Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA
RUANG THT RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 22 APRIL 2002 S/D 26 APRIL 2002

DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUSI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA


DI RUANG THT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA.

Surabaya, 26 April 2002


Mahasiswa

Subhan
NIM. 010030170 B

Pembimbing Ruangan

Pembimbing Akademik

Joni Haryanto, SKp.

NIP

NIP. 140 271745

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK MALIGNA
DI RUANG THT RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
I.

Pengertian
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering
terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

II. Penyebab

Streptococcus.

Stapilococcus.

Diplococcus pneumonie.

Hemopilus influens.

Otitis Media
Otitis media supuratif

Otitis media non Supuratif


(Otitis media serosa)

Otitis media akut (OMA)

Otitis media serosa akut

(lebih 2 bulan)
Otitis media supuratip kronis
(OMSK)

Otitis media serosa kronis


(Glue ear)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

I.

Pengertian
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat, 1997).

II. Patofisiologi
OMSK
Maligna
Degeneratif

Benigna
Metaplastik

Terdapat perforasi pada marginal/atik.


Granulasi di liang telinga luar yang
berasal dari dalam telinga tengah.
Polip

Gangguan berkomunikasi

Terlihat kolesteatom pada telinga


tengah (di epitimpanum).
Sekret berbentuk nanah dan
berbau khas (aroma kolesteatiom)
Otore = pus pada MAE
(kental/busuk)
Cemas
Pendengaran menurun

Perubahan persepsi / sensori


III. Pemeriksaan :
a. Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
1. Gangguan pendengaran/pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :

Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tibatiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya.

Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik


atau pemekaian obat ototoksik sebelumnya.

Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti


parotitis, influensa berat dan meningitis.

Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada

tempat yang bising atau pada tenpat yang tenang.


2. Suara berdenging/berdengung (tinitus)

Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau


berdenging yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi
atau kedua telinga.

Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.

3. Rasa pusing yang berputar (vertigo).


Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.

Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang
bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan
cepat.

Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di


telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di
labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan
penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadangkadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan
otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit
jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo
dan tinitus.

4. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

Apakah pada telinga kiri/kanan dan sudah berapa lama.

Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut,
tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris
yang berasal dari organ-organ tersebut.

5. Keluar cairan dari telinga (otore)

Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit
atau tidak dan sudah berapa lama.

Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan
sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari
teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom.
Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat
atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada
adanya cairan liquor serebrospinal.

b. Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu
mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi
kata-kata), dilaksanakan dnegan bantuan audiometrik.
Tujuan :
1.
2.
3.
4.

Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.


Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
Mengethaui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan
konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).

Pendengaran dapat didintifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum

seseorang mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada tik nol
terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai ke-20 db
dianggap dalam tingakt normal.
IV. Terapi OMSK
Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang
keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain di
sebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi (sederhana atau
radikal).
Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian
operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien
harus datang dengan teratur untuk kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier
pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi
serta membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering
permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi
lebar.
iV. Tindakan Pembedahan
Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan granulasi yang
luas. Tujuan opeasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik matoidektomi radikal (tampa meruntuhkan
dinding posterior liang telinga.
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di kerjakan
melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Tehnik operasi ini pada
OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering terjadi
kambuhnya kolesteatoma kembali.
B. Fokus Pengkajian :
Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta

hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan,


lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit
dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan
getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang
penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal
ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.
Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna
dan media.
Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang
telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk
melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal
memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada
membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang
telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai
kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan berkomunikasi
pendengaran.

berhubungan

dengan

efek

kehilangan

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.


Kriteria hasil :

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).


Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa
lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :
1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana
perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :

Tulisan

Berbicara

Bahasa isyarat.

2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.


a. Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan
dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada
berbicara dengan keras).

Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.

Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b. Jika klien dapat membaca ucapan :

Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.


Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak
dapat membaca bibi anda.

c. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.

Minimalkan percakapan
komunikasi tertulis.

jika klien kelelahan atau gunakan

Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan


semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah
perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan
mengabaikan keberadaan penerjemah.
3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.

Bicara dengan jelas, menghadap individu.

Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.

Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang


memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

Rasional :
1. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka
metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan
keterbatasan klien.
2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima
dengan baik oleh klien.
3. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat
berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi


pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan :
1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara
tepat.
2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga
dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang
diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :
1. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian,
pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang
tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah
pendengaran rusak secara permanen.
4. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan
organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih
besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :

Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :
1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan
dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam
berkomunikasi.
2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada
klien.
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang
dapat membantu klien.
Rasional :
1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif
tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan,
justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat
untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya
sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

DAFTAR

PUSTAKA

Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process


Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :
Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit
THT. FKUI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai