Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN : HERPES ZOSTER

Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat disebabkan oleh virus,
terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta
timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal
maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten
setelah infeksi oleh virus.
Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid
tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100
nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang
bersifat infeksius. Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar
dorsalis saraf, nervus kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada
individu yang immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan
saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus
dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.
Manifestasi klinis
1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal local
(nyeri otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok,
vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat
menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper
selalu unilateral.
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a Herpes zorter of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata
b Herpes zorter servikali
: menyerang pundak dan lengan
c Herpes zorter torakalis
: menyerang dada dan perut
d Herpes zorter lumbalis
: menyerang bokong dan paha.
e Herpes zorter sakralis
: menyerang sekitar anus dan getalia
f Herpes zorter atikum
: menyerang telinga
Klasifikasi Herpes Zoster
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf
trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan
nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam
ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul.
Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit.

3. Herpes zoster brakialis


Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Faktor Resiko Herpes zoster
1.
Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.
2.
Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV
dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3.
Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4.
Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
Faktor Pencetus Kambuhnya Herpes Zoster
Trauma / luka
Kelelahan
Demam
Alkohol
Gangguan pencernaan
Obat obatan
Sinar ultraviolet
Haid
Stres

KONTAK
LANGSUNG DG LESI AKTIF PENDERITA HE
VIRUS VARISELLA ZOSTER (VVZ)
DI UDARA

SISTEM RESPIRATORIK

Patofisiologis

VVZ MELALUI LESI DI PERMUKAAN KULIT DAN


NASOFARING
SARAF SENSORI

REPLIKASI DI KEL GETAH BENING

RETICULA ENDOTHELIAL SYSTEM (RES)

GANGLION SENSORIS (LATEN)


MENYEBAR MELALUI ALIRAN DARAH DAN LIMFE

REPLIKASI
VIREMIA

GANGLION SENSORIS (LATEN)

REAKTIVASI DINETRALISIR

REAKTIVASI DINETRALISIR

HERPES ZOSTER

GANGLION SENSORIS

SUTUL DAN BATANG OTAK


SARAF SENSORIS

KULIT

ADANYA REAKSI INFLAMASI

MULTIPLIKASI DI SEL EPIDERMAL


MAKULA
PAPULA

MK: HIPERTERMI

MK: RESIKO PENULARAN INFEKSI


VESIKEL

MK: GANGGUAN KENYAMANAN, NYERI

PUSTULA

MK: KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

ERUPSI DERMAL

MK: HDR

KUSTA

Komplikasi herpes Zoster


1.
Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic
(singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di
dermatom yang terkena setelah erupsi.
2.
Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu
bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang
spontan setelah 16 bulan
3.
Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
4.
Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder,
ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
5.
Herpes zoster diseminata / generalisata
6.
Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik,
progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa
disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Pemerikasaan mikroskop electron
6. Kultur virus
7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VV
8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Penatalaksanaan Herpes zoster
a. Pengobatan
1. Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin
/ polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
2. Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus
dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat
menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau
parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan
vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat
diberikan lewat infus intravena atau salep mata.

Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan


efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
b. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan
cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis.
Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat
diberikan
c. Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka
dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75 mg/hari)
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan
bagian terpenting perawatan
Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang
tidak teratasi.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah menderit penyakit cacar, Riwayat immunocompromised
(HIV/AIDS, leukimia). Riwayat terapi radiasi
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash,
kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau
tertusuk), gatal dan kesemutan, nyeri
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien karna herpes merupakan penyakit menular
c. Pemeriksaan Fisik
- Rambut dan Hygiene Kepala
Rambut klien berwarna hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, kulit kepala bersih.
- Mata
Simetris kiri dan kanan, reflek cahaya baik, konjungtiva tidak anemis, falpebra tidak
oedema, skelera tidak ikterik.
- Hidung
Simetris kiri kanan tidak ada peradangan.
- Mulut dan Gigi
Mulut bersih tidak ada peradangan, gigi tidak ada caries
- Telinga
Simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, tidak ada peradangan.
- Leher
Kelenjer tiroid dan getah bening tidak ada pembesaran.
- Dada atau Thorak
Inspeksi
: Simetris kiri, kanan
Palpasi
: Premitus kiri, kanan
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Pekak
- Sistem Cardiovaskuler
I
: biasanya ictus kiri : kanan
P
: premitus kiri : kanan
P
: pekak
A
: irama teratur
- Kulit
Nyeri, gatal, Lesi kulit, Kemerahan, Fatige
- Riwayat psikososial
Kondisi psikologis pasien, Kecemasan, Respon pasien terhadap penyakit
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi virus
b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah
c) Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder
akibat penyakit herpes
3. Intervensi
a) Dx 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi virus.

Dx
1

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan

INTERVENSI
Kaji nyeri, misal lokasi

RASIONAL
Informasi
memberikan

keperawatan ... x 24 jam,

nyeri, frekuensi, durasi,

data

diharapkan nyeri px dapat

dan intensitas (skala 1-

mengevaluasi kebutuhan/

terkontrol dengan kriteria

10),

keefektifan intervensi

hasil :

penghilang nyeri yang

Pasien

meringis
Skala nyeri 0 ( tidak

nyeri)
Pasien
rileks

tidak

tampak

tampak

lebih

serta

tindakan

dasar

untuk

digunakan.
Dorong
penggunaan

Memungkinkan klien untuk

keterampilan

berpartisipasi secara aktif

manajemen nyeri (missal

dan

teknik

control.

relaksasi,

visualisasi,

meningkatkan

rasa

bimbingan

imajinasi, tertawa, music,


dan sentuhan terapeutik)
Tingkatkan kenyamanan

Meningkatkan

dasar

dan

(missal

relaksasi,

teknik

visualisasi,

bimbingan imajinasi)dan

relaksasi
membantu

memfokuskan

kembali

perhatian.

aktivitas hiburan(missal :
music, televisi)
Evaluasi
penghilang

Tujuannya adalah control

nyeri/ control

nyeri maksimum dengan


pengaruh minimum pada
aktivitas kegiatan sehari-

Kembangkan
manajemen

rencana
nyeri

hari
Rencana

terorganisasi

mengembangkan

bersama klien dan tim

kesempatan untuk control

medis.

nyeri. Terutama dengan


nyeri kronis, klien/orang
terdekat

harus

aktif

menjadi partisipan dalam


manajemen

nyeri

di

rumah.
Membantu

mengurangi

terapeutik tepat sesuai

konsentrasi

nyeri

dengan kondisi dan usia

dialami dan memfokuskan

pasien

kembali perhatian

Berikan

aktivitas

yang

Berikan analgesic sesuai

Nyeri

indikasi, missal morfin,

tersering

metadon, atau campuran

meskipun respon individu

narkotik

IV

khusus.

berbeda. Saat perubahan

Pastikan

hal

tersebut

penyakit/pengobatan

hanya

untuk

memberikan

adalah

kompikasi

dari

kanker,

terjadi, penilaian dosis dan

analgesic

pemberian

dalam sehari. Ganti dari

diperlukan

akan

analgesic kerja pendek


menjadi kerja panjang
bila ada indikasi.

b) Dx 2: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah

Tujuan dan Kriteria Hasil

INTERVENSI (NIC)

x
1

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Anjurkan

selama.. kerusakan integritas kulit pasien

menggunakan

teratasi dengan kriteria hasil:

longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap

Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan

(sensasi,

elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulit

Perfusi jaringan baik

Menunjukkan

pemahaman

dalam

terjadinya sedera berulang


Mampu

melindungi

kulit

dan

mempertahankan kelembaban kulit dan


perawatan alami

Menunjukkan
penyembuhan luka

terjadinya

untuk

pakaian

bersih dan kering


Mobilisasi pasien

(ubah

yang

posisi

pasien) setiap dua jam sekali


Monitor
kulit
akan
adanya

proses perbaikan kulit dan mencegah

pasien

proses

kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby
oil pada derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
Kaji lingkungan

dan

peralatan

yang menyebabkan tekanan


Kolaburasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin.
Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril

c) Dx: Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan penampilan,
sekunder akibat penyakit herpes.
Dx
3

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan

INTERVENSI
Kaji makna perubahan

RASIONAL
Episode
traumatik

keperawatan tubuh dapat

pada pasien.

mengakibatkan perubahan

berfungsi secara optimal

tiba-tiba. Ini memerlukan

dan konsep diri meningkat.

dukungan

Dengan kriteria hasil:

perbaikan optimal

Pasien

penerimaan situasi diri


Memasukkan
perubahan

dalam

menyatakan

dalam

konsep diri tanpa harga


diri negatif

DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC
Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic dan
Noc. Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.

Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth.
EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai