Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Market Area
Pertumbuhan wilayah merupakan suatu proses dinamika perkembangan
internal dan eksternal wilayah tersebut, pertumbuhan wilayah pada awalnya
dipicu oleh adanya pasar yang dapat menyerap hasil produksi wilayah yang
bersangkutan, Alkadri, dkk (1999: 11).
1. Pengertian Market Area
Blair (1995) berpendapat bahwa market area adalah suatu wilayah yang
diperkirakan suatu produk bisa dijual. Outer limit terbagi dalam dua jenis yaitu
ideal outer range dan real outer range (Blair 1995). Ideal outer range dari suatu
komoditas jualan adalah jarak maksimum yang akan ditempuh oleh konsumen
untuk memperoleh komoditas kebutuhannya selama biaya transportasi di tambah
harga komoditi yang dibeliknya masih dipandang lebih murah dari harga rata-rata.
Real outer range adalah jarak maksimumyang akan ditempuh oleh konsumen
dalam persaingan pasar yang ada.
Besarnya market area ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, sebagai berikut :
1) Skala ekonomi (economi scal), komoditas/jasa usaha mempunyai skala
ekonomi yang tinggi biasanya mempunyai market area yang cukup besar.
2) Demand Density (tingkat kepadatan penduduk dan pendapatan perkapita.
3) Biaya transportasi, biaya transportasi yang tinggi akan menimbulkan harga
jual yang tinggi pula, dan pada akhirnya bisa memperkecil market area
(Blair, 1995).

Idcal outer range


Real outer range
Threshold (inner range)

Gambar 2
Sumber : Blair, 1995
Von Thunen (1826) dalam model teori lokasi pertanian dengan
membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya
transportasi. Kemudian dikembangkan oleh William Alonso (1964) yang
membahas tentang bid rent bahwa bid rent ditentukan oleh besarnya hasil
produksi yang diperoleh serta biaya-biaya yang akan dikeluarkan baik untuk
kegiatan produksi maupun ongkos angkut hasil produksi. Dengan kata lain, sewa
yang ditawarkan orang untuk membayar tanah per meter perseginya, menurun
mengikuti jaraknya dari pusat kota (komersial/perdagangan). Hal ini disebabkan
oleh sewa tanah atau harga tanah yang murah dengan konpensasi aksesibilitas
yang tinggi walaupun jauh dari perkotaan agar perusahaan dapat menerima
dengan mudah pasokan bahan baku dan memasarkan produknya.
Von Thunen (1826) dalam Ardhityatama (2011) mengemukakan tentang
teori nilai lahan yang berpendapat tentang keuntungan penggunaan lahan didapat
dari keseragaman fungsi lahan yang mengelilingi daerah pusat produksi. Faktor
utama yang mempengaruhi dan menentukan pola penggunaan lahan adalah biaya
transportasi.
Von Thunen berasumsi bahwa semakin jauh jarak dari lokasi dimana
barang tersebut diproduksi, maka semakin besar biaya transportasi di keluarkan.
Olehnya itu, segala biaya yang dikeluarkan pada saat produksi maupun proses
pengangkutan hasil komoditi beras ketempat pemasaran akan dihitung secara
berskala agar bisa memaksimalkan hasil input.
Dari Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Bone sebagai pemasok hasil
komoditi beras ke tempat pemasaran (Kota Makassar) dapat dilihat dari analisis
9

Alferd Weber sebagai berikut : jika ada dua bahan mentah (R1 dan R2) dan pasar
tunggal (M), dengan anggapan bahwa biaya angkutan per unit beban sama, maka
biayanya dari masing-masig titik (R1 dan R2) dapat dilukiskan isotims yang
konsentris dengan jarak yang sama. Masing-masing isotim menunjukkan lokasi di
titik-titik dimana biaya angkut total dapat dihitung dengan cara menjumlah nilai
dari isotim yang saling mengiris. Garis-garis penghubung titik-titik dengan total
transprtation cost yang sama disebut isodapanes, garis ini membatasi cost
gradient (derajat naiknya biaya) bagi komoditi.

Gambar 2
Sumber : Locational Triangle dari Weber
Lokasi merupakan tempat awal dari pengkutan hasil komoditi beras dari
Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Bone bila jarak dianggap sama menuju
ketempat pemasaran di Kota Makassar, sehingga transportasi berperan penting
dalam

proses

penjualan

ketempat

pemasaran.

Namun

juga

harus

memperhitungkan biaya transportasi karena biaya transportasi dipengaruhi oleh


berat lokasional, yaitu berat total semua barang berupa input yang harus diangkut
ketempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output
yang akan dibawa ke pasar. Berat total itu terdiri dari satu satuan produk akhir
ditambah semua berat input yang harus diangkut ke lokasi pabrik seperti bahan
mentah yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output.
2. Faktor Penentu Pemilihan Lokasi Kegiatan Ekonomi

10

Sjafrizal (2014) Secara garis besar terdapat enam faktor ekonomi utama
yang memengaruhi pemilihan lokasi suatu kegiatan ekonomi dan sosial yang
masing-masing dapat diuraikan berikut ini
a. Ongkos angkut
Ongkos angkut merupakan faktor atau variabel utama yang sangat penting
dalam pemilihan lokasi dari suatu kegiatan ekonomi. Alasannya karena ongkos
angkut tersebut merupakan bagian yang cukup penting dalam kalkulasi biaya
produksi. Hal ini terutama sangat dirasakan pada kegiatan industri pertanian
maupun pertambangan pada umumnya, baik bahan baku dan hasil produksinya
kebanyakan merupakan barang yang cukup berat sehingga pengangkutannya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Dalam hal ini kebanyakan ongkos angkut diasumsikan konstan untuk
setiap kilometernya. Namun, dalam realitanya hal ini tidak selalu benar karena
seringkali dalam angkutan dengan jarak lebih jauh akan mengahsilkan ongkos
angkut untuk setiap ton kilometernya yang lebih rendah. Dengan kata lain, dalam
kenyataanya sering terdapat penghematan angkut rata-rata bila jarak yang
ditempuh lebih jauh. Sjafrisal (2014: 23)
b. Perbedaan upah antar wilayah
Sudah menjadi kenyataan umum bahwa upah buruh antar wilayah tidak
sama. Perbedaan ini dapat terjadi karena variasi dalam biaya hidup, tingkat inflasi
daerah dan komposisi kegiatan ekonomi wilayah. Bagi negara sedang
berkembang, diamana fasilitas angkut masih belum tersedia keseluruh pelosok
daerah dan mobilitas barang dan faktor produksi antar wilayah belum begitu
lancar, maka perbedaan upah antar wilayah akan menjadi lebih besar. Upah yang

11

dimaksudkan dalam hal ini bukanlah upah nominal, tetapi upah riil setelah
diperhitungkan produktivitas tenaga kerja.
Perubahan upah ini mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi
karena tujuan utama investor dan pengusaha adalah untuk mencari keuntungan
secara maksimal. Bila upah di satu wilayah lebih rendah dibandingkan dengan
wilayah lain, maka pengusaha akan cenderung memilih lokasi diwilayah tersebut
karena akan dapat menekan biaya produksi sehingga keuntungan menjadi lebih
besar. Sebalinya, pengusaha akan cemderung tidak memilih lokasi pada suatu
wilayah bila upah buruhnya relatif lebih tinggi. Sjafrisal (2014: 24).
c. Keuntungan aglomerasi
keuntungan aglomerasi memengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi
adalah besar kecilnya keuntungan aglomerasi yang dapat diperoleh pada lokasi
tertentu. Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling
terkait satu sama lainnya terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan ini
dapat berbentuk kaitan dengan bahan baku dan kaitan dengan pasar (Forward
Linckages). Bila keuntungan tersebut cukup besar, maka pengusaha akan
cenderung memilih lokasi kegiatan ekonomi terkonsentrasi dengan kegiatan
lainnya yang saling terkait. Pemilihan lokasi akan cenderung tersebar bila
keuntungan aglomerasi tersebut nilainya relatif kecil.
Keuntungan aglomerasi tersebut dapat muncul dalam 3 bentuk.
1. keuntungan skala besar yang terjadi karena baik bahan baku maupun pasar
sebagian telah tersedia pada perusahaan yang terkait yang ada pada lokasi
tersebut.

12

2. keuntungan lokalisasi (Localisation Economies) yang diperoleh dalam


bentuk penurunan (penghematan) ongkos angkut baik untuk bahan baku
maupun hasil produksi bila memilih lokasi pada konsentrasi tertentu.
3. keuntungan karena penggunaan fasilitas secara bersama seperti listrik,
gudang, armada angkatan, air dan lainnya. Biasanya keuntungan ini diukur
dalam bentuk penurunan biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
fasilitas tersebut secara bersama. Sjafrisal (2014: 25)
d. Konsentrasi permintaan
untuk pemilihan lokasi kegiatan ekonomi adalah konsentrasi permintaan
antar wilayah (Spatial Demand). Dalam hal ini pemilihan lokasi akan cenderung
menuju tempat dimana terdapat konsentrasi permintaan yang cukup besar. Bila
suatu perusahaan berlokasi pada wilayah dimana terdapat konsentrasi permintaan
yang cukup besar, maka jumlah penjualan diharapkan akan dapat meningkat.
Disamping itu, biaya pemasaran yang harus dikeluarkan perusahaan menjadi lebih
kecil karena pasar telah ada pada lokasi dimana perusahaan berada. Keadaan ini
selanjutnya akan dapat pula meningkatkan volume penjualan yang selanjutnya
akan dapat pula memperbesar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh
perusahaan bersangkutan.
Konsentrasi permintaan antar wilayah merupakan hal yang wajar terjadi.
Untuk barang konsumsi, keadaan ini terutama terjadi karena konsentrasi
penduduk pada wilayah-wilayah tertentu misalnya didaerah perkotaan, daerah
pertambangan, pertanian, didekat pelabuhan dan lainnya. Sedangkan untuk barang
setengah jadi, konsentrasi prmintaan antar wilayah ini menjadi karena adanya
konsentrasi industri yang menggunakan barang setengah jadi tersebut. Pada

13

negara sedang berkembang, dimana fasilitas angkutan belum menyebar luas


keseluruh pelosok daerah, maka konsentrasi permintaan antar wilayah ini akan
cenderung lebih tinggi. Sjafrisal (2014: 26).
e. Kompetisi antara wilayah
Persaingan antar wilayah yang dimaksudkan disini adalah persaingan
sesama perusahaan dalam wilayah tertentu atau antar wilayah. Bila persaingan ini
sangat tajam, seperti pada pasar persaingan sempurna, maka pemilihan lokasi
perusahaan akan cenderung terkonsentrasi dengan perusahaan lain yang menjual
produk yang sama. Hal ini dilakukan agar masing-masing perusahaan akan
mendapatkan posisi yang sama dalam menghadapi persaingan sehingga tidak ada
yang dirugikan karena pemilihan lokasi perusahaan yang kurang tepat.
Sebaliknya, bilamana persaingan tidak tajam atau tidak ada sama sekali seperti
halnya pada pasar monopoli, maka pemilihan lokasi perusahaan akan cenderung
bebas, karena pembeli akan tetap datang dimana saja perusahaan beralokasi.
Persaingan dalam ilmu ekonomi dapat diukur dengan perbandingan harga
jual produk yang sama antar perusahaan yang bersaing. Suatu perusahaan dapat
dikatakan mempunyai daya saing tinggi bila harganya lebih rendah dari harga
produk saingan dan sebaliknya. Tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut harga diamana,
apakah harga pabrik atau harga di tempat pembeli. Sjafrisal (2014: 26).
f. Harga dan sewa tanah
Faktor yang memmengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi adalah
tinggi rendahnya harga atau sewa tanah. Dalam rangka memaksimalkan
keuntungan, perusahaan akan cenderung memilih lokasi dimana harga atau sewa
tanah lebih rendah. Hal ini terutama akan terjadi pada perusahaan atau kegiatan

14

pertanian yang memerlukan tanah relatif banyak dibandingkan dengan perusahaan


industri atau perdagangan. Pemilihan lokasi dalam hal ini menjadi penting karena
harga tanah biasanya bervariasi antar tempat. Harga tanah akan tinggi bila
terdapat fasilitas angkutan yang memadai untuk angkutan orang atau barang.
Disamping itu, khusus untuk daerah perkotaan, harga tanah bervariasi
menurut jarak ke pusat kota. Bila sebidang tanah berlokasi dekat dengan pusat
kota, maka harga per meter perseginya akan sangat mahal. Sebaliknya harga tanah
tersebut akan jauh lebih murah bila tanah tersebut terletak jauh dipinggir kota.
Karena itu, faktor harga tanah ini juga merupakan faktor penting dalam penentuan
lokasi penggunaan tanah (land-use) untuk kegiatan ekonomi dan perumahan di
daerah perkotaan. Sjafrisal (2014: 27).
Berdasarkan hal tersebut,harga hasil komoditi beras dari Kabupaten Sidrap
dan Kabupaten Bone jaraknya dianggap sama ke Kota Makassar dapat
dipengaruhi adanya aktivitas ekonomi yang berbeda disetiap daerah sehingga
produsen akan memaksimalkan keuntungannya untuk memenuhi kebutuhan para
tenaga kerjanya. Olehnya itu, hasil komoditi beras tersebut menjadi salah satu
kebutuhan masyarakat yang ada di kota sehingga harga yang sudah ditentukan
oleh produsen dipasaran tidak lagi menjadi halangan masyarakat untuk membeli
kebutuhannya.
B. Lokasi Perdagangan
1. Lokasi Perdagangan
Johnson E.A.J (1975) mengatakan daerah cenderung mempunyai pengaruh
pasar sendiri, terutama jika daerah tersebut merupakan tanah datar, luasnya
pengaruh radius dapat dibatasi oleh hambatan alam, sarana transportasi yang

15

mendukung daerah itu, hambatan dalam pencapaian bisa disebabkan oleh struktur
ruang yang kurang baik.
Morill (1982) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lokasi
kegiatan perdagangan adalah :
1. spasial atau geografis, yang berkaitan dengan karakteristik seperti ruang,
jarak, aksesibilitas, ukuran, bentuk, aglomerasi dan posisi relatif lokasi
dalam keseluruhan.
2. faktor lainnya yaitu ekonomi, politik, budaya sehingga saling berpengaruh
antara faktor spasial dan aspasial.
Menurut Diana (2003), faktor-faktor yang menentukan berkembangnya
lokasi perdagangan adalah :
1) Jumlah penduduk pendukung
Setiap jenis fasilitas perdagangan eceran mempunyai jumlah ambang batas
penduduk atau pasar yang menjadi persyaratan dapat berkembangnya
kegiatan. Jumlah penduduk pendukung dapt diketahui dari luas daerah
pelayanan tetapi luas daerah layanan tidak dapat ditentukan sendiri karena
faktor ini bergantung pada faktor fisik yang memengaruhi daya tarik suatu
fasilitas perdagangan.
2) Aksesibilitas
Aksesibilitas dengan kemudahan pencapaian suatu lokasi melalui
kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian. Untuk fasilitas perdagangan
kemudahan pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas dan kelengkapan
fasilitas parker merupakan syarat penentuan lokasi dan kesuksesan
kegiatan perdagangan.
3) Keterkaitan spasial
Pada kegiatan perdagangan yang bersifat generatif, analisis ambang batas
penduduk dan pasar menjadi hal yang penting sedangkan pada lokasi

16

perdagangan yang bersifat suscipient, analisa kaitan dari kegiatan


merupakan hal yang penting.
4) Jarak
Kecenderungan pembeli untuk berbelanja pada pusat yang dominan
namun menyukai tempat yang dekat maka faktor jarak merupakan
pertimbangan penting untuk melihat kemungkinan perkembangan suatu
lokasi terutama pusat perdagangan sekunder yang menunjukkan trade off
antara besarnya daya tarik pusat dan jarak antara pusat.
5) Kelangkapan pasilitas perdagangan
Kelengkapan fasilitas perdagangan menjadi faktor penentu pemilihan
lokasi berbelanja konsumen, konsumen berbelanja barang-barang tahan
lama yang tidak diberi secara tidak teratur seperti pakaian, alat-alat
elektronik pada perdagangan yang memiliki banyak pilihan barang yang
dapat diperbandingkan.
2. Perdagangan
Rondinelli (1985) berpendapat bahwa dalam interaksi ekonomi keterkaitan
integrasi spasial yang sangat penting adalah adanya jaringan pasar melalui
pelayanan komoditi, bahan baku yang berinterksi antara pusat perdagangan
dengan pemukiman. Karena kota lebih banyak berfungsi sebagai tempat
pemasaran (market town) maka kota merupakan penghungbung utama bagi
masyarakat kota dan masyarakat hinterlandnya. Pada umumnya jika ada
aksesibilita bagi pembeli maupun pedagang, maka pasar yang diciptakan oleh
adanya aktifitas perekonomian akan berkembangan karena dibutuhkan oleh
masyarakat.
Sin (1982) mengemukakan bahwa faktor pengaruh yang membagi
kawasan perdagangan pusat kota dipengaruhi oleh aksesibilitas dan keterkaitan
spasial. Perdagangan tidak lepas dari pasar sehingga pasar merupakan tempat jual
beli produk. Tingkat interaksi perdagangan komoditi pada wilayah Kabupaten
17

sidrap dan kabupaten bone khususnya hasil komoditi bers ketempat pemasaran di
kota Makassar dengan menggunakan indeks gravitasional meunjukkan semakin
besar indeks gravitasional semakin besar pula arus komoditi yang masuk dari
wilayah sentra produksi ke makassar.
3. Geografi Wilayah
Menurut Abdurrahmat dan Maryani (1997: 55), Perdagangan merupakan
bagian dari geografi ekonomi yang khusus mempelajari persamaan dan
perbedaan potensi wilayah dalam berproduksi, sehingga menimbulkan adanya
gerakan atau distribusi barang dan jasa antar berbagai tempat di permukaan
bumi.
Dengan demikian setiap daerah yang memiliki kebutuhan yang tidak
dapat dipenuhi di daerahnya akan mendapatkan transfer barang dan jasa dari
daerah lain. Jarak antar suatu daerah pun akan mempengaruhi biaya angkut barang
atau jasa. Semakin jauh lokasi yang dituju maka biaya angkutpun semakin
besar

sehingga harga barang semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Selain

lokasi, aksesbilitas juga mempengaruhi harga barang atau jasa.


Lokasi produksi hasil pertanian yang pada umumnya berada jauh dari
lokasi konsumsi menyebabkan seringkali hasil pertanian tersebut harus melintasi
wilayah antar wilayah (propinsi,kabupaten atau bahkan pulau) untuk bisa sampai
ke lokasi konsumen. Sehingga aliran produksi harus melintasi banyak wilayah,
yang dalam rangka otonomi daerah telah membuat berbagai peraturan dan
pungutan yang berhubungan dengan distribusi/angkutan hasil pertanian yang
melintasi daerahnya, yang bertujuan hanya untuk meningkatkan PAD.
Topografi juga berpengaruh terhadap penentuan lokasi industri akan didirikan
pada suatu tempat yang memiliki topografi yang datar. Hal ini dikarenakan biaya
transportasi lebih murah jika dibandingkan dengan tempat yang memiliki
topografi yang berkelok-kelok.
18

Sedangkan untuk menentukan lokasi pertanian, dipengaruhi oleh beberapa


faktor berikut.
1. Suhu
Suhu mempunyai peranan penting dalam bidang pertanian karena
berpengaruh pada tingkat pertumbuhan, pemulangan pembuangan, dan
panen tanaman. Suhu yang terlalu tinggi atau rendah menyebabkan
pertumbuhan tanaman tidak normal dan akhirnya produksi pertanian
menurun.
2. Curah Hujan
Curah hujan merupakan unsur iklim yang penting dalam pertanian karena
menentukan banyaknya air oleh permukaan bumi. Curah hujan
menentukan kemungkinan pola usaha pertanian yang cocok untuk setiap
daerah.
3. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan pembagian partikel-partikel tanah. Partikel
yang paling kecil adalah butir liat, kemudian butir debu, pasir, dan kerikil.
Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah
dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu, dan struktur liatnya
seimbang. Semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat tanah
tersebut mengikat air dan unsur hara. Tanah yang memiliki kandungan
liatnya tinggi akan sulit untuk diolah. Tetapi apabila tanah itu basah, maka
akan menjadi lengket.
4. Drainase
Tanah yang memiliki drainase yang bagus adalah tanah yang memiliki
kemampuan menyimpan air dengan baik. Setiap tanaman memerlukan air

19

yang baik. Ada tanaman yang membutuhkan sedikit air dan ada tanaman
yang membutuhkan banyak air.
5. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng menentukan teknik bercocok tanam dan pengolahan
lahan. Jika kemiringan lerengnya miring, maka teknik cocok tanam pada
daerah tersebut adalah dengan membuat terasteras. Tujuannya adalah
menjaga agar unsur hara tidak hilang.
6. Jenis Tanah
Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap lokasi pertanian karena tidak
semua jenis tanah dapat diolah untuk pertanian. Selain itu, jenis tanah juga
menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
Setiap tempat di permukaan bumi memiliki potensi yang berbeda-beda
dalam memproduksi khususnya di kabupaten sidrap dan kabupaten bene. Ada
lahan yang baik untuk sawah, budidaya, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan
serta ada pula lahan yang gersang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi,
iklim, ketinggian tempat, jenis tanah, kondisi air serta teknik pengelolaan dan
budidaya yang diterapkan. Perbedaan topografi dan iklim inilah yang
menyebabkan terjadinya perbedaan produktivitas antara kabupaten sidrap dan
kabupaten bene sehingga harga dipasar tidak sama.
C. Biaya Transportasi
Biaya transportasi merupakan biaya yang akan dikeluarkan selama proses
perjalanan, dengan kata lain biaya distribusi dari Ardiyoso dalam kamus besar
akuntansi bahwa biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu
produk.

20

Berkaitan dengan topografi rute yang dilalui kecepatan truk, dan lokasi
terjadinya pungutan resmi dan tidak resmi. Data ini meliputi data mengenai jarak
yang

ditempuh,

lamanya

waktu

perjalanan,

ketinggian,

tikungan,

dan

tanjakan/turunan, serta lokasi yang akurat dari setiap pemberhentian dan jumlah
uang yang dibayarkan.
Mutu jalan kabupaten yang buruk juga merupakan hambatan terhadap
kegiatan perdagangan antar kabupaten serta menghambat upaya untuk melakukan
integrasi antara wilayah-wilayah terbelakang dengan pasar yang lebih besar. Di
tingkat kabupaten, hanya 49% dari jalan kabupaten memiliki kondisi yang
memadai (Bank Dunia, 2007c). Beberapa biaya yang terkait dengan biaya
transportasi antara lain :
1. Pungutan Liar
Menurut Murphy Hutagalung Ketua Organda Pusat, pungutan liar
merupakan pengeluaran cukup besar bagi industri angkutan darat. Kalau saja
jumlah uang yang hilang itu digunakan untuk investasi armada truk dan
meningkatkan sistem transportasi, saya yakin bahwa mutu sistem angkutan kita
akan jauh lebih baik dari yang ada di Negara tetangga. (Suara Karya, 22
September, 2007). Karena truk biasanya melakukan kelebihan muatan dan supir
truk sering tidak memahami semua jenis pungutan yang diperlukan, supir
merupakan sosok yang rentan terhadap korban pungli oleh oknum polisi dan
preman. Biaya ini sering dianggap sebagai uang keamanan bagi supir truk. Akan
tetapi, pemilik truk menyatakan bahwa pembayaran pungutan liar ini atau uang
bulanan masih jauh lebih murah daripada membayar biaya sesuai peraturan seperti
biaya pelanggaran batas muatan.

21

2. Jembatan timbang
Sebelum pemberlakuan sistem desentralisasi pada tahun 2000, jembatan
timbang

dioperasikan

oleh

Kanwil

Departemen

Perhubungan.

Dengan

dilaksanakannya sistem desentralisasi wewenang ini dipegang oleh pemerintah


provinsi. Di bawah sistem yang ada sekarang, pemerintah provinsi bertanggung
jawab untuk mengelola jembatan timbang, sementara pemerintah pusat hanya
menentukan pedoman teknis dan standar mengenai lokasi jembatan timbang
tersebut.
Menurut sebuah studi yang dilakukan Departemen Perhubungan
(Pemerintah Indonesia, 2001), 83 dari 175 jembatan timbang di Indonesia tidak
berfungsi. Peralatan mereka sering rusak dan tidak diganti sementara bentuk
interaksi antara supir truk dan petugas Dinas Perhubungan yang bertugas pada
jembatan timbang tersebut memberikan peluang terjadinya pelanggaran hukum.
3. Biaya Operasional Bervariasi.
Biaya operasional bervariasi tergantung pada rute. Biaya tinggi terjadi di
rute Sidrap Makassar sedangkan biaya operasional yang rendah terjadi di rute
Bone Via Camba Makassar. Pada rute Bone Via Camba Makassar biaya juga
bisa menjadi tinggi akibat kondisi geografis, terutama terjalnya tanjakan dan
turunan sepanjang rute.
4. Biaya Muatan Lebih
Kebanyakan truk merupakan jenis bak terbuka, karena ini akan
memudahkan pemilik atau supir untuk menaikkan beban muat di atas kapasitas
maksimal dengan alasan untuk memaksimalkan keuntungan. Dalam keadaan
muatan lebih akan membahayakan dan mempercepat kerusakan jalan. Kebijakan

22

yang diterapkan saat ini telah gagal untuk menghentikan praktik muatan lebih,
dengan supir membayar sedikit uang atas pelanggaran semacam ini. Menurut
Luskin dan Walton 2001: 12), kegagalan dalam penerapan batas muatan akan
menyebabkan kerusakan jalan yang lebih parah dibandingkan dengan besarnya
keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan angkutan barang dan oknum di
jembatan timbang.
D. Penelitian Sebelumnya
Rudianto (2005) dengan judual penelitian Studi Pola Aliran Koleksi dan
Distribusi Komoditas di Kota Tebing Tinggi dan Wilayah Belakangnya bertujuan
untuk melakukan pemetaan terhadap penunjang kegiatan koleksi dan distribusi
komoditas, faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan koleksi dan distribusi
komoditas, struktur ekonomi, kebijakan pemerintah kota dan pola aliran koleksi
dan distribusi komoditas. Berdasrkan hasil penelitian menunjukkan peran kota
sebagai generatif, satu sisi kota tebing tinggi memiliki kecukupan ketersedian
komoditas pertanian, sehingga sangat tegantung pada subsidi distribusi dari
wilayah lain, terutama wilayah belakang, tetapi disisi lain Kota Tebing Tinggi
sebagai wilayah pemasaran dan penyediaan fasilitas penunjang sistem produksi
dan pelayanan public lainnya, seperti pasar, terminal, stasiun, pendidikan dan
kesehatan bagi wilayah belakangnya.
E. Pembahasan Teori dan Kerangka Pikir
Beberapa teori yang terkait dengan lokasi untuk penjualan hasil produksi
ketempat pemasaran dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan hasil output
maksimal dan meminimalkan biaya-biaya input. Olehnya itu dalam perencanaan
dan pengembangan wilayah untuk pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat

23

dikaitkan beberapa teori yang sudah pernah diuji secara empiris dibeberapa
Negara Eropa dan Amerika.
Market area merupakan suatu tempat penjualan hasil komoditi pertanian
dimana hasil komoditi tersebut melalui proses produksi dan pengangkutan
ketempat pemasaran dengan memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama pengangkutan untuk mendapatkan output yang maksimal. Sehingga dalam
pemilihan lokasi pertanian beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan antara
lain, (1). Ongkos angkut, (2). Perbedaan Upah Buruh Antar Wilayah, (3).
Keuntungan anglomerasi, (4). Konsentrasi permintaan, (5). Kompetisi antar
wilayah, (6). Harga sewa tanah. Sebagaimana dikatakan oleh alverd weber dalam
analisis pasar tunggal dari dua lokasi yang berbeda yang sama jaraknya bahwa
biayanya sama dengan angkutan perunit yang sama jaraknya. (dalam Blair,1995;
Von Thunen,1826; William Alonso,1964; Von Thunen dalam Ardhiyatama,2001;
sjafrizal, 2014).
Perdagangan merupakan bagian dari geografi ekonomi yang khusus
mempelajari persamaan dan perbedaan potensi wilayah dalam berproduksi,
sehingga menimbulkan adanya gerakan atau distribusi barang dan jasa antar
berbagai tempat di permukaan bumi. Olehnya itu daerah cenderung mempunyai
pengaruh pasar sendiri, terutama jika daerah tersebut merupakan tanah datar
luasnya dipengaruhi radius dapat dibatasi oleh hambatan alam, saran transportasi
yang mendukung daerah itu bisa disebabkan oleh struktur ruang yang kurang baik.
Untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik maka beberapa faktor yang terkait
dengan lokasi antara lain jarak, aksesibilitas, ukuran bentuk, aglomerasi, politik,
budaya, keterkaitan spasial. Ketrkaitan spasial juga penting dalam untuk jaringan

24

pasar melalui pelayanan komditi dan dilihat juga dari Iklimnya seperti, suhu,
curah hujan, tekstur tanah, drainase, kemiring lereng, jenis tanah, (dapat dilihat
dalam Johnson E.A.J,1975; Morill,1982; Diana,2003; Rondinelli, 1985; Sin,1982;
Abdurrahmat dan Maryani, 1997: 55.
Biaya transportasi merupakan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama
proses perjalan, dengan kata lain biaya distribusi adalah biaya yang terjadi guna
memasarkan atau mengirimkan suatu produk. Olehnya itu mutu jalan propinsi
juga merupakan suatu alat untuk menghubungkan kota (pasar) dengan daerah
hinterlandnya (bahan baku) guna melancarkan suatu usaha perdagangan sehingga
dalam proses pengangkutan beberapa biaya dapat dihitung sebagai berikut:
pungutan liar, jembatan timbang, biaya operasional bervariasi, biaya muatan lebih.
(Bank Dunia,2007c; Suara Karya,22 September,2007; Departemen Perhubungan
(Pemerintah Indonesia, 2001; Luskin dan Walton 2001: 12).

25

Kerangka Pikir
Pertumbuhan ekonomi

Market Area

Pasar 1

Pasar 2

Topografi
Vertical
Horizontal
Lebar Jalan
Profil Jalan

aksesibilitas

Biaya
Upah Kerja
Jembatan Timbang
Oprasional
Muatan Lebih

Analisis Jarak Hasil Komoditi


Ketempat Pasar
Gambar 3

26

Lokasi Pertanian

Iklim
Suhu
Curah Hujan
Tekstur Tanah
Jenis Tanah
Kemiringan
Lereng

(Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2016)

F. Rekonstruksi Teori/Proposisi dan Hipotesis


Berdasarkan kajian pustaka tersebut maka penjelasan teori dapat membuat
proposisi dan menghasilkan hipotesis sebagai berikut :
1. Model teori lokasi pertanian atau industri membandingkan hubungan antara
biaya produksi dan biaya transportasi dengan harga pasar. Jadi lokasi yang
dekat dengan kota akan mendapatkan keuntungan karena pengangkutan hasil
produksi ketempat pasar lebih minim biaya transportasinya dibandingkan
denga jarak yang jauh dari kota. Sehingga biaya transportasi proposional dari
dua daerah yang sama jaraknya.
Proposisi 1 :
Walaupun jarak pengangkutan hasil komoditi tersebut dianggap sama dari dua
daerah yang berbeda menuju ketempat pemasaran tidak mutlak sama biaya
transportasinya dan harga pemasarannya karena dua darah tersebut berbeda
topografi, dan dibatasi oleh hambatan alam seperti gunung sehinga melalui
jalur vertikal dan horizontal.
Hipotsis 1
Diduga biaya transportasi dan topografi berpengaruh signifikan terhadap harga
jual dipasaran.
2. Teori

lokasi

kegiatan

perdagangan

menggambarkan

tentang

adanya

kecenderungan daerah memengaruhi pasar yang disebabkan oleh struktur alam


yang kurang baik sehingga harga pasar bisa berubah. Dan banyaknya biaya-

27

biaya yang dikeluarkan seperti pungutan liar, jembatan timbang, biaya


operasional bervariasi, biaya muatan lebih. Terkait dengan hal tersebut harga
pasar juga tidak sama dari dua daerah yang sama jaraknya karena daerah
tersebut dibatasi oleh hambatan alam.
Proposisi 2 :
Selain dari faktor topografi dan biaya transportasi yang tinggi karena melewati
jalan yang vertikal dan horizontal dari dua daerah dianggap sama jaraknya
yang memengaruhi harga jual hasil produksi yaitu adanya perbedaan iklim
dari dua daerah yang berbeda seperti suhu, curah hujan, tekstur tanah,
drainase, kemiring lereng, dan jenis tanah.
Hipotesis 2
Diduga topografi dan iklim berpengaruh signifikan terhadap harga pasar hasil
produksi.

28

Anda mungkin juga menyukai