Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Market Area
Pertumbuhan wilayah merupakan suatu proses dinamika perkembangan
internal dan eksternal wilayah tersebut, pertumbuhan wilayah pada awalnya
dipicu oleh adanya pasar yang dapat menyerap hasil produksi wilayah yang
bersangkutan, Alkadri, dkk (1999: 11).
1. Pengertian Market Area
Blair (1995) berpendapat bahwa market area adalah suatu wilayah yang
diperkirakan suatu produk bisa dijual. Outer limit terbagi dalam dua jenis yaitu
ideal outer range dan real outer range (Blair 1995). Ideal outer range dari suatu
komoditas jualan adalah jarak maksimum yang akan ditempuh oleh konsumen
untuk memperoleh komoditas kebutuhannya selama biaya transportasi di tambah
harga komoditi yang dibeliknya masih dipandang lebih murah dari harga rata-rata.
Real outer range adalah jarak maksimumyang akan ditempuh oleh konsumen
dalam persaingan pasar yang ada.
Besarnya market area ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, sebagai berikut :
1) Skala ekonomi (economi scal), komoditas/jasa usaha mempunyai skala
ekonomi yang tinggi biasanya mempunyai market area yang cukup besar.
2) Demand Density (tingkat kepadatan penduduk dan pendapatan perkapita.
3) Biaya transportasi, biaya transportasi yang tinggi akan menimbulkan harga
jual yang tinggi pula, dan pada akhirnya bisa memperkecil market area
(Blair, 1995).
Gambar 2
Sumber : Blair, 1995
Von Thunen (1826) dalam model teori lokasi pertanian dengan
membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya
transportasi. Kemudian dikembangkan oleh William Alonso (1964) yang
membahas tentang bid rent bahwa bid rent ditentukan oleh besarnya hasil
produksi yang diperoleh serta biaya-biaya yang akan dikeluarkan baik untuk
kegiatan produksi maupun ongkos angkut hasil produksi. Dengan kata lain, sewa
yang ditawarkan orang untuk membayar tanah per meter perseginya, menurun
mengikuti jaraknya dari pusat kota (komersial/perdagangan). Hal ini disebabkan
oleh sewa tanah atau harga tanah yang murah dengan konpensasi aksesibilitas
yang tinggi walaupun jauh dari perkotaan agar perusahaan dapat menerima
dengan mudah pasokan bahan baku dan memasarkan produknya.
Von Thunen (1826) dalam Ardhityatama (2011) mengemukakan tentang
teori nilai lahan yang berpendapat tentang keuntungan penggunaan lahan didapat
dari keseragaman fungsi lahan yang mengelilingi daerah pusat produksi. Faktor
utama yang mempengaruhi dan menentukan pola penggunaan lahan adalah biaya
transportasi.
Von Thunen berasumsi bahwa semakin jauh jarak dari lokasi dimana
barang tersebut diproduksi, maka semakin besar biaya transportasi di keluarkan.
Olehnya itu, segala biaya yang dikeluarkan pada saat produksi maupun proses
pengangkutan hasil komoditi beras ketempat pemasaran akan dihitung secara
berskala agar bisa memaksimalkan hasil input.
Dari Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Bone sebagai pemasok hasil
komoditi beras ke tempat pemasaran (Kota Makassar) dapat dilihat dari analisis
9
Alferd Weber sebagai berikut : jika ada dua bahan mentah (R1 dan R2) dan pasar
tunggal (M), dengan anggapan bahwa biaya angkutan per unit beban sama, maka
biayanya dari masing-masig titik (R1 dan R2) dapat dilukiskan isotims yang
konsentris dengan jarak yang sama. Masing-masing isotim menunjukkan lokasi di
titik-titik dimana biaya angkut total dapat dihitung dengan cara menjumlah nilai
dari isotim yang saling mengiris. Garis-garis penghubung titik-titik dengan total
transprtation cost yang sama disebut isodapanes, garis ini membatasi cost
gradient (derajat naiknya biaya) bagi komoditi.
Gambar 2
Sumber : Locational Triangle dari Weber
Lokasi merupakan tempat awal dari pengkutan hasil komoditi beras dari
Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Bone bila jarak dianggap sama menuju
ketempat pemasaran di Kota Makassar, sehingga transportasi berperan penting
dalam
proses
penjualan
ketempat
pemasaran.
Namun
juga
harus
10
Sjafrizal (2014) Secara garis besar terdapat enam faktor ekonomi utama
yang memengaruhi pemilihan lokasi suatu kegiatan ekonomi dan sosial yang
masing-masing dapat diuraikan berikut ini
a. Ongkos angkut
Ongkos angkut merupakan faktor atau variabel utama yang sangat penting
dalam pemilihan lokasi dari suatu kegiatan ekonomi. Alasannya karena ongkos
angkut tersebut merupakan bagian yang cukup penting dalam kalkulasi biaya
produksi. Hal ini terutama sangat dirasakan pada kegiatan industri pertanian
maupun pertambangan pada umumnya, baik bahan baku dan hasil produksinya
kebanyakan merupakan barang yang cukup berat sehingga pengangkutannya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Dalam hal ini kebanyakan ongkos angkut diasumsikan konstan untuk
setiap kilometernya. Namun, dalam realitanya hal ini tidak selalu benar karena
seringkali dalam angkutan dengan jarak lebih jauh akan mengahsilkan ongkos
angkut untuk setiap ton kilometernya yang lebih rendah. Dengan kata lain, dalam
kenyataanya sering terdapat penghematan angkut rata-rata bila jarak yang
ditempuh lebih jauh. Sjafrisal (2014: 23)
b. Perbedaan upah antar wilayah
Sudah menjadi kenyataan umum bahwa upah buruh antar wilayah tidak
sama. Perbedaan ini dapat terjadi karena variasi dalam biaya hidup, tingkat inflasi
daerah dan komposisi kegiatan ekonomi wilayah. Bagi negara sedang
berkembang, diamana fasilitas angkut masih belum tersedia keseluruh pelosok
daerah dan mobilitas barang dan faktor produksi antar wilayah belum begitu
lancar, maka perbedaan upah antar wilayah akan menjadi lebih besar. Upah yang
11
dimaksudkan dalam hal ini bukanlah upah nominal, tetapi upah riil setelah
diperhitungkan produktivitas tenaga kerja.
Perubahan upah ini mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi
karena tujuan utama investor dan pengusaha adalah untuk mencari keuntungan
secara maksimal. Bila upah di satu wilayah lebih rendah dibandingkan dengan
wilayah lain, maka pengusaha akan cenderung memilih lokasi diwilayah tersebut
karena akan dapat menekan biaya produksi sehingga keuntungan menjadi lebih
besar. Sebalinya, pengusaha akan cemderung tidak memilih lokasi pada suatu
wilayah bila upah buruhnya relatif lebih tinggi. Sjafrisal (2014: 24).
c. Keuntungan aglomerasi
keuntungan aglomerasi memengaruhi pemilihan lokasi kegiatan ekonomi
adalah besar kecilnya keuntungan aglomerasi yang dapat diperoleh pada lokasi
tertentu. Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling
terkait satu sama lainnya terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan ini
dapat berbentuk kaitan dengan bahan baku dan kaitan dengan pasar (Forward
Linckages). Bila keuntungan tersebut cukup besar, maka pengusaha akan
cenderung memilih lokasi kegiatan ekonomi terkonsentrasi dengan kegiatan
lainnya yang saling terkait. Pemilihan lokasi akan cenderung tersebar bila
keuntungan aglomerasi tersebut nilainya relatif kecil.
Keuntungan aglomerasi tersebut dapat muncul dalam 3 bentuk.
1. keuntungan skala besar yang terjadi karena baik bahan baku maupun pasar
sebagian telah tersedia pada perusahaan yang terkait yang ada pada lokasi
tersebut.
12
13
14
15
mendukung daerah itu, hambatan dalam pencapaian bisa disebabkan oleh struktur
ruang yang kurang baik.
Morill (1982) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi lokasi
kegiatan perdagangan adalah :
1. spasial atau geografis, yang berkaitan dengan karakteristik seperti ruang,
jarak, aksesibilitas, ukuran, bentuk, aglomerasi dan posisi relatif lokasi
dalam keseluruhan.
2. faktor lainnya yaitu ekonomi, politik, budaya sehingga saling berpengaruh
antara faktor spasial dan aspasial.
Menurut Diana (2003), faktor-faktor yang menentukan berkembangnya
lokasi perdagangan adalah :
1) Jumlah penduduk pendukung
Setiap jenis fasilitas perdagangan eceran mempunyai jumlah ambang batas
penduduk atau pasar yang menjadi persyaratan dapat berkembangnya
kegiatan. Jumlah penduduk pendukung dapt diketahui dari luas daerah
pelayanan tetapi luas daerah layanan tidak dapat ditentukan sendiri karena
faktor ini bergantung pada faktor fisik yang memengaruhi daya tarik suatu
fasilitas perdagangan.
2) Aksesibilitas
Aksesibilitas dengan kemudahan pencapaian suatu lokasi melalui
kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian. Untuk fasilitas perdagangan
kemudahan pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas dan kelengkapan
fasilitas parker merupakan syarat penentuan lokasi dan kesuksesan
kegiatan perdagangan.
3) Keterkaitan spasial
Pada kegiatan perdagangan yang bersifat generatif, analisis ambang batas
penduduk dan pasar menjadi hal yang penting sedangkan pada lokasi
16
sidrap dan kabupaten bone khususnya hasil komoditi bers ketempat pemasaran di
kota Makassar dengan menggunakan indeks gravitasional meunjukkan semakin
besar indeks gravitasional semakin besar pula arus komoditi yang masuk dari
wilayah sentra produksi ke makassar.
3. Geografi Wilayah
Menurut Abdurrahmat dan Maryani (1997: 55), Perdagangan merupakan
bagian dari geografi ekonomi yang khusus mempelajari persamaan dan
perbedaan potensi wilayah dalam berproduksi, sehingga menimbulkan adanya
gerakan atau distribusi barang dan jasa antar berbagai tempat di permukaan
bumi.
Dengan demikian setiap daerah yang memiliki kebutuhan yang tidak
dapat dipenuhi di daerahnya akan mendapatkan transfer barang dan jasa dari
daerah lain. Jarak antar suatu daerah pun akan mempengaruhi biaya angkut barang
atau jasa. Semakin jauh lokasi yang dituju maka biaya angkutpun semakin
besar
19
yang baik. Ada tanaman yang membutuhkan sedikit air dan ada tanaman
yang membutuhkan banyak air.
5. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng menentukan teknik bercocok tanam dan pengolahan
lahan. Jika kemiringan lerengnya miring, maka teknik cocok tanam pada
daerah tersebut adalah dengan membuat terasteras. Tujuannya adalah
menjaga agar unsur hara tidak hilang.
6. Jenis Tanah
Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap lokasi pertanian karena tidak
semua jenis tanah dapat diolah untuk pertanian. Selain itu, jenis tanah juga
menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
Setiap tempat di permukaan bumi memiliki potensi yang berbeda-beda
dalam memproduksi khususnya di kabupaten sidrap dan kabupaten bene. Ada
lahan yang baik untuk sawah, budidaya, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan
serta ada pula lahan yang gersang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi,
iklim, ketinggian tempat, jenis tanah, kondisi air serta teknik pengelolaan dan
budidaya yang diterapkan. Perbedaan topografi dan iklim inilah yang
menyebabkan terjadinya perbedaan produktivitas antara kabupaten sidrap dan
kabupaten bene sehingga harga dipasar tidak sama.
C. Biaya Transportasi
Biaya transportasi merupakan biaya yang akan dikeluarkan selama proses
perjalanan, dengan kata lain biaya distribusi dari Ardiyoso dalam kamus besar
akuntansi bahwa biaya yang terjadi guna memasarkan atau mengirimkan suatu
produk.
20
Berkaitan dengan topografi rute yang dilalui kecepatan truk, dan lokasi
terjadinya pungutan resmi dan tidak resmi. Data ini meliputi data mengenai jarak
yang
ditempuh,
lamanya
waktu
perjalanan,
ketinggian,
tikungan,
dan
tanjakan/turunan, serta lokasi yang akurat dari setiap pemberhentian dan jumlah
uang yang dibayarkan.
Mutu jalan kabupaten yang buruk juga merupakan hambatan terhadap
kegiatan perdagangan antar kabupaten serta menghambat upaya untuk melakukan
integrasi antara wilayah-wilayah terbelakang dengan pasar yang lebih besar. Di
tingkat kabupaten, hanya 49% dari jalan kabupaten memiliki kondisi yang
memadai (Bank Dunia, 2007c). Beberapa biaya yang terkait dengan biaya
transportasi antara lain :
1. Pungutan Liar
Menurut Murphy Hutagalung Ketua Organda Pusat, pungutan liar
merupakan pengeluaran cukup besar bagi industri angkutan darat. Kalau saja
jumlah uang yang hilang itu digunakan untuk investasi armada truk dan
meningkatkan sistem transportasi, saya yakin bahwa mutu sistem angkutan kita
akan jauh lebih baik dari yang ada di Negara tetangga. (Suara Karya, 22
September, 2007). Karena truk biasanya melakukan kelebihan muatan dan supir
truk sering tidak memahami semua jenis pungutan yang diperlukan, supir
merupakan sosok yang rentan terhadap korban pungli oleh oknum polisi dan
preman. Biaya ini sering dianggap sebagai uang keamanan bagi supir truk. Akan
tetapi, pemilik truk menyatakan bahwa pembayaran pungutan liar ini atau uang
bulanan masih jauh lebih murah daripada membayar biaya sesuai peraturan seperti
biaya pelanggaran batas muatan.
21
2. Jembatan timbang
Sebelum pemberlakuan sistem desentralisasi pada tahun 2000, jembatan
timbang
dioperasikan
oleh
Kanwil
Departemen
Perhubungan.
Dengan
22
yang diterapkan saat ini telah gagal untuk menghentikan praktik muatan lebih,
dengan supir membayar sedikit uang atas pelanggaran semacam ini. Menurut
Luskin dan Walton 2001: 12), kegagalan dalam penerapan batas muatan akan
menyebabkan kerusakan jalan yang lebih parah dibandingkan dengan besarnya
keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan angkutan barang dan oknum di
jembatan timbang.
D. Penelitian Sebelumnya
Rudianto (2005) dengan judual penelitian Studi Pola Aliran Koleksi dan
Distribusi Komoditas di Kota Tebing Tinggi dan Wilayah Belakangnya bertujuan
untuk melakukan pemetaan terhadap penunjang kegiatan koleksi dan distribusi
komoditas, faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan koleksi dan distribusi
komoditas, struktur ekonomi, kebijakan pemerintah kota dan pola aliran koleksi
dan distribusi komoditas. Berdasrkan hasil penelitian menunjukkan peran kota
sebagai generatif, satu sisi kota tebing tinggi memiliki kecukupan ketersedian
komoditas pertanian, sehingga sangat tegantung pada subsidi distribusi dari
wilayah lain, terutama wilayah belakang, tetapi disisi lain Kota Tebing Tinggi
sebagai wilayah pemasaran dan penyediaan fasilitas penunjang sistem produksi
dan pelayanan public lainnya, seperti pasar, terminal, stasiun, pendidikan dan
kesehatan bagi wilayah belakangnya.
E. Pembahasan Teori dan Kerangka Pikir
Beberapa teori yang terkait dengan lokasi untuk penjualan hasil produksi
ketempat pemasaran dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan hasil output
maksimal dan meminimalkan biaya-biaya input. Olehnya itu dalam perencanaan
dan pengembangan wilayah untuk pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat
23
dikaitkan beberapa teori yang sudah pernah diuji secara empiris dibeberapa
Negara Eropa dan Amerika.
Market area merupakan suatu tempat penjualan hasil komoditi pertanian
dimana hasil komoditi tersebut melalui proses produksi dan pengangkutan
ketempat pemasaran dengan memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama pengangkutan untuk mendapatkan output yang maksimal. Sehingga dalam
pemilihan lokasi pertanian beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan antara
lain, (1). Ongkos angkut, (2). Perbedaan Upah Buruh Antar Wilayah, (3).
Keuntungan anglomerasi, (4). Konsentrasi permintaan, (5). Kompetisi antar
wilayah, (6). Harga sewa tanah. Sebagaimana dikatakan oleh alverd weber dalam
analisis pasar tunggal dari dua lokasi yang berbeda yang sama jaraknya bahwa
biayanya sama dengan angkutan perunit yang sama jaraknya. (dalam Blair,1995;
Von Thunen,1826; William Alonso,1964; Von Thunen dalam Ardhiyatama,2001;
sjafrizal, 2014).
Perdagangan merupakan bagian dari geografi ekonomi yang khusus
mempelajari persamaan dan perbedaan potensi wilayah dalam berproduksi,
sehingga menimbulkan adanya gerakan atau distribusi barang dan jasa antar
berbagai tempat di permukaan bumi. Olehnya itu daerah cenderung mempunyai
pengaruh pasar sendiri, terutama jika daerah tersebut merupakan tanah datar
luasnya dipengaruhi radius dapat dibatasi oleh hambatan alam, saran transportasi
yang mendukung daerah itu bisa disebabkan oleh struktur ruang yang kurang baik.
Untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik maka beberapa faktor yang terkait
dengan lokasi antara lain jarak, aksesibilitas, ukuran bentuk, aglomerasi, politik,
budaya, keterkaitan spasial. Ketrkaitan spasial juga penting dalam untuk jaringan
24
pasar melalui pelayanan komditi dan dilihat juga dari Iklimnya seperti, suhu,
curah hujan, tekstur tanah, drainase, kemiring lereng, jenis tanah, (dapat dilihat
dalam Johnson E.A.J,1975; Morill,1982; Diana,2003; Rondinelli, 1985; Sin,1982;
Abdurrahmat dan Maryani, 1997: 55.
Biaya transportasi merupakan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama
proses perjalan, dengan kata lain biaya distribusi adalah biaya yang terjadi guna
memasarkan atau mengirimkan suatu produk. Olehnya itu mutu jalan propinsi
juga merupakan suatu alat untuk menghubungkan kota (pasar) dengan daerah
hinterlandnya (bahan baku) guna melancarkan suatu usaha perdagangan sehingga
dalam proses pengangkutan beberapa biaya dapat dihitung sebagai berikut:
pungutan liar, jembatan timbang, biaya operasional bervariasi, biaya muatan lebih.
(Bank Dunia,2007c; Suara Karya,22 September,2007; Departemen Perhubungan
(Pemerintah Indonesia, 2001; Luskin dan Walton 2001: 12).
25
Kerangka Pikir
Pertumbuhan ekonomi
Market Area
Pasar 1
Pasar 2
Topografi
Vertical
Horizontal
Lebar Jalan
Profil Jalan
aksesibilitas
Biaya
Upah Kerja
Jembatan Timbang
Oprasional
Muatan Lebih
26
Lokasi Pertanian
Iklim
Suhu
Curah Hujan
Tekstur Tanah
Jenis Tanah
Kemiringan
Lereng
lokasi
kegiatan
perdagangan
menggambarkan
tentang
adanya
27
28