Anda di halaman 1dari 3

John Fitzgerald Kennedy

John Fitzgerald Kennedy Hanya satu Presiden Amerika Serikat (AS) yang berteman
dengan Soekarno. Dialah Presiden John Fitzgerald Kennedy. Sebelumnya Soekarno
sempat dongkol pada Presiden terdahulu AS Eisenhower karena membantu
pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi. Soekarno mengunjungi
Kennedy bulan April tahun 1961. Keduanya langsung cocok. Secara pribadi Kennedy
memberikan sebuah helikopter kepresidenan untuk Soekarno. Lewat lobi itu, AS pun
setuju menjual pesawat angkut C-130 Hercules untuk merebut Irian Barat dari
Belanda. John F Kennedy kemudian mengutus adiknya, Jaksa Agung AS Bob
Kennedy ke Indonesia dan Belanda. Bob banyak menekan Belanda untuk mau
duduk di meja perundingan menyelesaikan sengketa Irian Barat. John Kennedy
sudah berjani akan mengadakan kunjungan balasan ke Indonesia. Soekarno pun
membangun sebuah paviliun istimewa di istana negara untuk sahabatnya itu.
Sayangnya John F Kennedy keburu tewas ditembak sebelum sempat mencoba
paviliun istimewa itu.
"Kennedy berpikiran progresif. Ketika aku membicarakan masalah bantuan kami, dia
mengerti. Dia setuju. Seandainya Presiden Kennedy masih hidup tentu kedua
negara tak akan berseberangan sejauh ini," kata Soekarno menyesali tragedi ini
dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.

Sebagian pihak menilai pembunuhan Kennedy penuh nuansa politis. Apa hubungan
Kennedy dengan penggalian emas PT Freeport?

Lisa Pease membeberkan hal itu dalam artikel berjudul 'JFK, Indonesia, CIA, and
Freeport' di majalah Probe tahun 1996. Tulisan ini juga disimpan dalam National
Archive di Washington DC.

Freeport ternyata sudah lama mengincar Papua. Tahun 1959, perusahaan Freeport
Sulphur nyaris bangkrut karena tambang mereka di Kuba dinasionalisasi oleh Fidel
Castro. Dalam artikel itu disebut berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan
upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.

Di tengah kondisi perusahaan yang terancam hancur itu pada Agustus 1959, Forbes
Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur menemui Direktur
Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.

Gruisen bercerita dirinya menemukan laporan penelitian di Gunung Ersberg


(Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936.
Disebutkan tembaga di gunung ini tak perlu susah-susah digali. Ibarat kata tinggal
meraup, karena tembaga berada di atas tanah.

Wilson tertarik dan mulai mengadakan survei ke Papua. Dia setengah gila
kegirangan karena menemukan gunung itu tak hanya berisi tembaga tapi emas! Ya,
dia menemukan gunung emas di Papua.

Tahun 1960, suasana di Papua tegang. Soekarno berusaha merebut Papua dari
Belanda lewat operasi militer yang diberi nama Trikora. Freeport yang mau menjalin
kerjasama dengan Belanda lewat East Borneo Company pun belingsatan. Kalau
Papua jatuh ke Indonesia bisa runyam urusannya. Mereka jelas tak mau kehilangan
gunung emas itu.

Wilson disebutkan berusaha meminta bantuan John F Kennedy. Tapi si Presiden AS


itu malah kelihatan mendukung Soekarno. John pula yang mengirimkan adiknya Bob
Kennedy untuk menekan pemerintah Belanda agar tak mempertahankan Papua. JFK
juga yang mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika
ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan
dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran
akibat Perang Dunia II, terpaksa menurut.

Agaknya Belanda pun tak tahu ada gunung emas di Papua sehingga mereka
menurut saja disuruh mundur oleh AS.

Kontrak Freeport pun buyar. Apalagi Soekarno selalu menolak perusahaan asing
menancapkan kaki mereka di Papua. Pada perusahaan minyak asing yang sudah
kadung beroperasi di Riau, Soekarno meminta jatah 60 persen untuk rakyat
Indonesia.

Kekesalan mereka bertambah, Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi


kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia.

Sebutir peluru menghentikan langkah Kennedy. Kebijakan pengganti Kennedy


langsung bertolak belakang. Indonesia pun makin jauh dari AS dan semakin mesra
dengan Blok Timur yang berbau komunis.

Tragedi September 1965 menghancurkan Soekarno. Dia yang keras menolak modal
asing, digantikan Soeharto.

Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang


Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama
yang kontraknya ditandatangani Soeharto.

Ironisnya, pemerintah Indonesia hanya dapat jatah 1 persen. Kontras sekali dengan
apa yang diperjuangkan Soekarno.
Jika Soekarno dan Johf F Kennedy masih ada, Freeport tidak akan pernah ada di
indonesia.

Anda mungkin juga menyukai