Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Apriani Kuddi
1020111224
kelompok A9
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email: Apriani.april44@yahoo.com
Pendahuluan
Rabu, 22 Juli 2015, saya berserta kelompok Family Folder 9 diberi tugas melakukan
kunjungan rumah pasien kelurahan wilayah Puskesmas Grogol 1 didampingi dosen pembimbing
kami dr. Linny. Family Folder merupakan document lengkap suatu keluarga terutama dalam
hubungannya dengan derajat kesehatan. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama
menurut Blum, keempat faktor tersebut adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku manusia,
dan lingkungan. a) Factor genetik: Paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau
masyarakat dibanding ketiga faktor yang lainnya. b) Faktor pelayanan kesehatan: Ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. c) faktor perilaku: di negara berkembang faktor
ini paling besar pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat.
Perilaku individu / kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor
lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit. d) faktor lingkungan: lingkungan yang
terkendali akibat sikap hidup dan perilaku masyarakat yang baik akan menekan berkembangnya
masalah kesehatan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit infeksi saluran
pernapasan akut pada masyarakat dan kaedah tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan
berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga. Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum
yang dalam prakteknya melayani pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam profile the five stars doctor. Pelayanan kedokteran
yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi: komprehensif (pelayanan
kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu (dalam proses dan waktu), kolaboratif
dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan keputusan untuk kepentingan pasien,
berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan cara mengikuti seminar/pendidikan
1
kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah peribadi/perorangan seutuhnya (bio-psikososial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta harus dipandang sebagai satu kesatuan
dengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan, ideology, politik, ekonomi, social, budaya,
agama, keamanan dan lingkungannya). Pelayanan dokter keluarga menunjang setiap orang sadar,
mau dan mampu hidup sehat dalam arti sejahtera jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkan
setiap orang bekerja produktif secara sosial dan ekonomi (UU no. 23/92 tentang kesehatan).
Seorang dokter berkompetensi dengan profil yang direkomendasikan WHO yaitu five stars
doctor yang dijabarkan sebagai berikut:
Health provider: Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan pasien sebagai
manusia yang utuh (holistic) baik individu, maupun sebagai bagian integral keluarga dan
masyaarakat, layanan berkualitas, menyeluruh, berkesinambungan dan layanan secara
perseorangan jangka panjang dan hubungan saling percaya.
Decision maker: Mampu membuat keputusan secara ilmiah berkaitan dengan pemeriksaan,
pengobatan, dan penggunaan teknologi tepat guna sesuai dengan harapan pasien, etis,
pertimbangan cost effective dan adanya kemungkinan layanan yang terbaik.
Communicator: Mampu menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku sehat
dengan cara yang efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan dan
melindungi kesehatan mereka.
Community leader: Sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat ditempat bekerjanya, dan
maupun diluar system kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan pasien secara individu
dan masyarakat, menggunakan data-data kesehatan secara tepat.
Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang
menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan
adanya kunjungan rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien
antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
2. Meningkatkan hubungan dokter pasien
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
Manfaat kunjungan ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswa
dapat menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.
untuk menyatakan suatu penyakit yang sering terjadi di saluran pernafasan atas, nasal mucosa
oropharynx. Penyakit ini juga biasa disebut pilek, acute rhinitis, acute nasopharyngitis, acute
rhinosinusitis.1
Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur yaitu :
a. Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya :
1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli).
2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan
(pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).
b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongan umur
yaitu:
: -
:-
Puskesmas
Aulia (4 tahun) datang ke Puskesmas Grogol 1 Baru pada tanggal 22 Juli 2015 dengan keluhan
batuk, pilek sejak 2 hari sebelumnya.
Anamnesis: (Auto-anamnesis)
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama: batuk, pilek 2 hari sebelumnya
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami batuk pilek sepanjang hari. Pasien tidak mengonsumsi obat
sebelumnya. Batuk pilek baru dialami setelah tiba di jakarta ketika baru datang dari jawa.
Keluhan penyerta lain yang dirasakan pasien: Batuknya tidak berdahak, tanpa demam.
Keluhan nyeri saat menelan disangkal pasie, terasa lendir di tenggorok, dan hidung
tersumbat. Pasien belum pernah melakukan operasi amandel. Sesak napas pun disangkal
pasien.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang lain, sakit yang diderita pasien
biasanya hanya Batuk, pilek, demam saja. Dirawat dirumah sakit pun belum pernah.
Riwayat Biologis Keluarga:
a. Keadaan kesehatan sekarang: Baik
Pasien dapat dikatakan baik karena pasien dapat bercakap cakap dengan baik dan
kesadaran serta daya ingatnya baik. Pasien tidak terlihat kesakitan, terlihat sedikit lemas.
Anggota keluarga lain pun tidak menderita penyakit.
b. Kebersihan perorangan: kurang baik
Kebersihan pasien dapat dikatakan kurang baik karena yang terlihat dari kebersihan kulit,
tangan dan kaki tampak kurang bersih. tetapi pakaian yang digunakan tampak bersih.
Begitupun kebersihan anggota keluarga lainnya.
c. Penyakit yang sering diderita : Batuk, pilek, demam.
d. Penyakit keturunan
: Tidak ada
: Tidak ada
Di keluarga pasien tidak ditemukan adanya penyakit kronis / menular seperti tuberkulosis
dan lepra. Tapi nenek dari ibu dirumah tersebut mempunyai riwayat DM, kejang,
hipertensi.
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita cacat fisik dan mental.
g. Pola makan
: Baik
Pola makan pasien dapat dikatakan baik karena dari yang terlihat dari pola makan sehari
hari teratur yaitu 3 kali sehari dan pada jam jam makan. asupan gizi makan keluarga
baik yakni tersedia nasi, sayur, dan lauk.
6
h. Pola istirahat
: Baik
: 5 orang
Di dalam rumah pasien ada 5 orang, yaitu Sarmin (suami), Rudiah (Pasien), M.
Sadih(putra 1), Ahmad Rasidi (putra 2), dan Aulia (putri 3).
Psikologis Keluarga:
a. Kebiasaan buruk
: kurang baik
Pasien tidak merokok, tetapi di keluarga ada yang merokok yaitu sang ayah. Kebiasaan
cuci tangan sebelum memasak, sebelum makan, setelah buang air kadang dilakukan.
b. Pengambilan keputusan
: Bersama-sama
: Kurang
Keterbatasan dana membuat keluarga pasien hanya 1 kali dalam setahun pergi rekreasi
bersama.
Keadaan Rumah / Lingkungan:
a. Jenis bangunan
: kayu triplek
b. Lantai rumah
: semen
c. Luas rumah
: 3 x 2 m2
d. Penerangan
: sangat kurang
Karena rumah pasien tidak memiliki ventilasi sama sekali , dan letak kontrakannya yang
masuk ke gang kecil tidak memungkinakan mendapat penyinaran matahari yang cukup.
Dan dirumah pasien penerangan hanya dari sebuah lampu saja.
e. Kebersihan
: Kurang
: Kurang
Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang. Dikarenakan rumah pasien
letaknya berada masuk ke gang kecil dan sempit yang tidak memungkinkan untuk adanya
sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik.
g. Dapur
: tidak ada
h. Jamban keluarga
: Tidak Ada kamar mandi dan toilet khusus untuk keluarga pasien.
: PDAM / Ledeng
: kurang Baik
Spiritual Keluarga :
a. Ketaatan beribadah
: Baik
:-
Pasien masih belum bersekolah, ayah tamatan SD, anak anak pasien tamatan SMA.
b. Hubungan anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
Keluarga pasien bersosialisasi baik dengan tetangga
d. Kegiatan organisasi sosial
: baik
: Sedang
Suami bekerja hanya sebagai pekerja konveksi, Ibu Mubariyah hanya seorang tukang cuci,
yang tentunya penghasilannya kurang. Namun meskipun begitu, kebutuhan makan seharihari selalu tercukupi.
Kultural Keluarga:
a. Adat yang berpengaruh
: Tidak ada
b. Lain lain
: Tidak ada
8
1.
Nama
Hub
dgn KK
Umur
(tahun)
Sarmin
Kepala
keluarg
a
43
tahun
SD
pekerja
konveksi
Islam
Keadaan
kesehata
n
Baik
Keada
Imunisa
an
si
gizi
Baik
Lengkap
l
P
2.
Istri
Rudiah
48
tahun
SD
tukang
cuci
Islam
baik
Baik
lengkap
ta
d
Im
ta
3.
M. sadih
Putria
pertam
a
22
tahun
SMA
Tidak
bekerja
Islam
Baik
Baik
Lengkap
4.
Ah.
Rasidi
Putra
kedua
17 tahun
SMA
tidak
bekerja
Islam
Baik
Baik
Lengkap
5.
Aulia
Putri
Ketiga`
4 tahun
Islam
Baik
Baik
lengkap
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Pasien tampak compos mentis
Tanda-tanda vital:
1. Tekanan Darah: 120/80 mmHg
2. Frekuensi Nadi: 72x/menit
3. Frekuensi Napas: 24x/menit
4. Suhu badan: 36,6oC
Hasil Pemeriksaan Faring:
1. Tonsil
-
2. Uvula
-
Posisi di tengah
Hiperemis (-)
Edema (-)
Memanjang (-)
3. Faring
9
Granul (-)
2. Palpasi
Meraba apakah terdapat benjolan, rasa nyeri tekan, meraba sela iga menyempit atau
melebar, pergerakan thoraks saat statis dan dinamis, dan melakukan pemeriksaan vokal
fremitus.
3. Perkusi
Apakah hasil perkusi sonor atau tidak pada paru-parunya, pemeriksaan batas paru-hati dan
paru-jantung.
4. Auskultasi
Jenis suara napas (trakeal, bronchial, bronchovesikuler, vesikuler), Suara napas tambahan
seperti ronkhi basah, ronkhi kering, wheezing.
Diagnosis penyakit: Infeksi Saluran Pernapasan Akut Non Pneumonia
Diagnosis Banding: Rhinitis, Nasofaringitis, Laringitis, Tuberkulosis paru
Diagnosis Keluarga: Keluarga Aulia dalam kondisi sehat namun berisiko tertular penyakit yang
diderita oleh aulia karena kondisi tempat tinggal yang sempit namun dihuni banyak orang
memungkinkan penularan terjadi.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Darah Rutin
10
Darah Rutin:
Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Eritrosit dalam batas normal. Leukosit dan laju endap
darah meningkat.
Pemeriksaan Dahak
Pewarnaan Gram: sesuai bakteri yang ditemukan
Pewarnaan BTA: Kemungkinan didapatkan BTA (-)
sekitar
Khusus bayi melalui pemberian ASI eksklusif
Upaya mencuci tangan
Imunisasi
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Mencegah anak-anak berhubungan dengan penderita ISPA
3. Kuratif:
Antitusif: Dekstrometorfan, 15-30 mg setiap 4-6 jam.
Analgetik-antipiretik: Paracetamol tablet 500 mg 3 kali sehari selama 5 hari.
11
4. Rehabilitatif:
Pemberian makanan cukup gizi dan cukup istirahat.
Prognosis
a) Penyakit: Baik jika terapi adekuat, konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat.
b) Keluarga: Kemungkinan tertular besar. Mengingat kondisi tempat tinggal yang sempit
namun dihuni banyak orang. Keluarga perlu diberi edukasi untuk selalu menjaga
kebersihan perorangan, lingkungan, dan makan-makanan bergizi.
c) Masyarakat: kemungkinan penularan ke orang lain besar, sebab rata-rata lokasi rumah
penduduk yang berdekatan, dalam gang-gang kecil dan sempit, memperbesar
kemungkinan kontak dengan droplet pasien.
Resume:
Aulia (4 tahun) datang ke Puskesmas Grogol , diantar ibunya dengan keluhan batuk pilek sejak 2
hari yang lalu. Di diagnosis menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Untuk Menyingkirkan
diagnosis banding lain perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin,
Pemeriksaan dahak, dan foto rontgen toraks.
12
13
Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalami sianosi sentral,
tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi antibiotik dengan
memberikan benzilpenisilin dan gentamisin atau kanamisin.
Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibu untuk menjaga
agar bayi tetap hangat, memberi ASI secara sering, dan bersihkan sumbatan pada hidung
jika sumbatan itu menggangu saat memberi makan.
Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan
memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi
perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral,
obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan,
nilai ulang dua kali sehari.
Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan
memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari,
obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati pada pemberian terapi cairan, nilai
ulang setiap hari.
Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknya tidak
diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam.
15
Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada penderita ISPA agar tidak bertambah parah dan
mengakibatkan kematian.
Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol
selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah
gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.
Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin dalam 48
jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzilpenisilin kemudian periksa
adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anak masih menunjukkan tanda
pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka cari penyebab pneumonia
persistensi.
Pneumonia: Coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya tandatanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik).
Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding
dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati sebagai
pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama sekali tetapi
tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat, maka ganti
antibiotik dan pantau secara ketat.
Saran
Bagi Orang Tua: Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada balita, diharapkan orang
tua dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi balita seperti kebiasaan membuka
jendela untuk mengurangi kelembaban udara, tidak merokok di dekat balita dan menjaga
jarak apabila menderita ISPA.
Bagi Masyarakat: Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja sama
menciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam ruangan,
pemberian ASI Eksklusif pada balita, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang
hari, dan menjaga jarak dengan balita apabila menderita ISPA baik dalam keluarga
maupun kehidupan bermasyarakat).
Daftar Pustaka
16
1.
Amin Z, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Stiati Manifestasi Klinik dan
Pendekatan pada Pasien dengan Kelainan Sistem Pernapasan Dalam: Ilmu penyakit dalam.
Edisi ke-5 jilid III. Jakarta. Interna Publishing; 2009.h.2189-95.
17