2002
ABSTRACT
FOOD SAFETY FOR ANIMAL PRODUCTS: THE NEED IN THE INTERNATIONAL FREE TRADE
Issues of food safety, includes the food safety for the animal products grows to inhibit the incoming of low quality imported
animal product which is unsafe for human being. Therefore several countries enhance to produce high quality of animal product
and safe to be consumed. This paper reviews several factors that distribute to the quality and food safety in every single chain of
the preparation of animal products. In pre-production step, many factors involve to the quality and safety because several
contaminants and diseases can be happened in this step. Several data of diseases and contaminants which causes the negative
impacts on economic, political and health will be provided in this paper. An effort to produce high quality and safe animal
products can be done by implementing the HACCP in every step of preparation of it (GAP, GHP, GMP, GDP, and GRP). To
assure the distribution of high quality and halal of imported animal products in Indonesia, it is necessary to give more strict
regulation which is supported by infrastructure, facilities, human resources development and law enforcement.
Key words: Food safety, animal products, international free trade, HACCP
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pembangunan di Indonesia
ditekankan kepada pembangunan sumber daya manusia
(SDM) yang merupakan subyek sekaligus obyek dalam
proses pembangunan masyarakat Indonesia secara
keseluruhan. Hal ini tersurat di dalam GBHN 19992004 maupun pada GBHN tahun-tahun sebelumnya.
Keadaan ini menggambarkan bahwa peningkatan
kualitas SDM sangat strategis, karena pada gilirannya
dengan SDM yang berkualitas akan mendukung
pembangunan ekonomi nasional dengan lebih cepat.
47
SJAMSJUL BAHRI et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
48
2.
3.
49
SJAMSJUL BAHRI et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
Transpor
Prosesor
(RPH)
Distributor
Pengecer
Konsumen
Pengumpulan/
penangan telur
Prosesor
Pengepakan/
Penyimpanan
Distributor
Pengecer
Konsumen
Pemerahan/
milking
Transportasi
Pengolahan/
Penyimpanan
Distributor/
Pengecer
Konsumen
50
d.
2.
51
SJAMSJUL BAHRI et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
52
Tahun
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1999
2000
Austria
1998
0
2001
1
Balgia
46
Czech Rer.
46
Denmark
Finlandia
Perancis
12
18
31
161
285
Jerman
125
Yunani
Irlandia
15
14
17
18
16
19
16
73
80
83
91
149
220
Italia
48
Jepang
Liechtenstein
Luxembourg
Belanda
17
Portugal
12
14
29
30
106
170
163
67
Slovakia
Spanyol
82
Swiss
15
29
64
68
45
38
14
50
33
37
Inggris
7226
14407
25359
37280
35090
24436
14562
8149
4393
3235
2300
1443
526
53
SJAMSJUL BAHRI et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
Penyakit
Pangan
Bakterial
Yang
Ditularkan
Melalui
Salmonellosis
Agen penyebabnya adalah Salmonella sp. yang
terdiri dari banyak serotipe. Sumber penularan berasal
dari kotoran manusia maupun hewan dan air yang
terkontaminasi oleh limbah tersebut. Kuman ini sering
ditemukan dalam bahan makanan asal hewan seperti
daging termasuk daging sapi, daging unggas dan telur.
Salmonellosis merupakan penyakit yang terdapat
hampir di seluruh dunia. Penyakit ditularkan dari
hewan kepada manusia melalui makanan yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella tersebut.
Salmonella typhimurium merupakan spesies yang
paling banyak ditemukan pada manusia maupun hewan
demikian juga Salmonella enteritidis. Hewan yang
positif salmonella akan menjadi sumber kontaminasi di
lingkungan sekitarnya. Kontaminasi dapat terjadi
selama transportasi, di tempat pemotongan hewan,
dalam prosesing, dan pada saat distribusi produk ternak
tersebut. Daging atau produk ternak lain yang diketahui
telah tercemar oleh salmonella tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi. Pencegahan dapat dilakukan dengan
tindakan hygienis. Dari 480 sampel intestin kambing
dan domba dari Rumah Potong Hewan (RPH) Bogor
dan DKI, didapatkan 15 isolat, sedangkan dari 61
sampel karkas didapatkan 1 isolat (SRI POERNOMO, 1986).
Enteritis Clostridium perfringens
Bakteri ini bersifat anaerobik, dapat ditemukan
dalam bentuk vegetatif atau bentuk spora. Bakteri
relatif tahan terhadap proses pemanasan dan
54
Hemorrhagic Colitis
Penyakit ini disebabkan oleh Escherichia coli
serotipe O157:H7 yang banyak dijumpai di air yang
terkontaminasi oleh kotoran manusia. Kuman ini
memproduksi toksin yang menyebabkan Hemorrhagic
Colitis. Daging mentah dapat tercemar oleh kuman ini.
Gejala sakit berupa kejang perut, diare kadang kala
berdarah, mual, muntah, serta ada kalanya disertai
demam yang ringan. Pada umumnya proses penularan
dan pencemaran bakterial ke dalam daging terjadi pada
waktu proses pasca produksi berlangsung yaitu mulai
saat pemotongan, pengulitan, pengeluaran jeroan
sampai dengan proses pengangkutan dan pemasaran
kepada konsurnen. Hal tersebut terjadi terutama bila
prosedur-prosedur hygienis diabaikan.
Cemaran (kontaminan) kimiawi dan bahan toksik
lainnya
Daging, susu dan telur sebagai bahan pangan
selain dapat tercemar oleh mikroorganisme, juga dapat
tercemar/terkontaminasi oleh berbagai obat-obatan,
senyawa kimia dan toksin baik pada waktu proses
praproduksi maupun pada saat proses produksi sedang
berlangsung.
Cemaran atau residu obat
Residu obat seperti antibiotika dapat dijumpai di
dalam daging apabila pemakaian obat-obatan hewan
Tabel 2. Beberapa data residu antibiotika yang melampaui BMR pada produk ternak di Indonesia
Jenis antibiotika
Telur (ppm)
Oksitetrasiklin
Tetrasiklin
Klortetrasiklin
Sulfonamida*
>0,1 (65/93)1
>0,1 (28/93)1
>0,1 (4/50)2
>0,1 (19/19)2
0,7085 (25/30)4
-
>0,1 (64/91)3
>0,1 (5/91)3
>0,2 (58/91)3
-
AFB1 (ng/g)
AFM1 (ng/g)
Sumber
<0,01-0,1
0-0,1
Tt-0,37
Tt-0,012 (0,002)*
0,001-0,019 (0,007)*
0,456-1,139
0,33-1,44
-
Tt-0,123
Tt-1,07
Tt-1,50
0,45-65,46 (7,364)*
0,67-33,67 (12,072)*
<0,1*
<0,1*
0,045-0,18 ng/ml
2
2
2
3
3
4
4
1
55
SJAMSJUL BAHRI et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
Daging ayam1)
(ppb)
Susu3)
(ppb)
0,02-10,76
tt-101,44
0,06-0,28
0,08-0,54
2,65-1,84
0,72-4,39
tt-26,29
tt-6,50
tt-1,75
tt-0,15
tt-0,27
tt-0,36
tt-1,08
-
tt-0,842
tt-0,042
tt-0,11
tt-0,054
tt-0,09
tt-0,88
tt-0,076
0,0001-0,293
0,176-0,256
0,002-0,029
0,011-0,35
-
Endosulfan
Lindan
DDT
Aldrin
Diazinon
Ronel
0,001-0,008
0,001-0,073
0,001-0,263
-
0,001-0,0107
0,001-0,063
0,001-0,005
tt-0,067
0,001-0,564
0,109-0,205
0,002-0,894
0,052-0,527
0,001-0,005
-
0,008-0,305
0,001-0,999
-
0,001-0,15
-
Tabel 6. Beberapa data residu logam berat pada telur dan daging sapi di Jawa (ppm)
Produk ternak dan asalnya
Cd
Cu
Zn
Pb
Sumber
0,0274-0,0763 (n=30)
0,0298-0,2675 (n=30)
0,1-0,5 (n=57)
0,7-6,3 (n=64)
69-281 (n=64)
2,2-6,2 (n=64)
0,14-0,36 (n=41)
0,79-4,89 (n=41)
66-220 (n=31)
1,28-3,28 (n=41)
56
Sumber
1885 (*)
1, 2
1, 2
Bali
Sumatera Selatan
Lampung
Jawa Barat
1885 (*)
1, 2
1, 2, 3
1885(*);1914;1927/28
1, 2
Sumatera Barat
Kalimantan Timur
1885(*)
1, 2
Kalimantan Barat
1885(*)
1, 2
NTT
1885(*)
1, 2
1, 2, 3
1910 (*)
1, 2
Jawa Tengah
Jambi
Bengkulu
1914(*)
1, 2
Sumatera Utara
1930(*)
1, 2
Sulawesi Selatan
1930(*)
1, 2
Sulawesi Tenggara
1931/32(*)
1, 2
Irian Jaya
1983(*)
1996(*)
57
SJAMSJUL BAHRI et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
Purwakarta, Jabar
P.Rote-NTT
Kalaka, Kendari Sultra
Kendari Sultra
Kendari Sultra
Kendari Sultra
Purwakarta Jabar
Karawang Jabar
Bekasi Jabar
Semarang Jateng
Boyolali Jateng
Kudus Jateng
Kab. Ngada NTT
Purwakarta Jabar
1992 (*)
1922(*)
1932 (*)
1969 (80 Orang)
1973 (7 orang)
1977 (240 orang)
1975-1994 (30 orang)
1983-1985 (36 orang)
1983-1985 (47 orang)
1990-1993 (71 orang)
1990-1993 (54 orang)
1994 (1 orang)
1996 (24 Orang)
1999-200 (>20 orang)
Sumber
1
1
2
1,6
1,6
6
3
3
3
3
3
3
4
5
Cemaran Kimiawi
Cemaran kimiawi pada produk peternakan seperti
daging, susu dan telur dapat terjadi akibat adanya
penggunaan obat-obatan, penggunaan bahan aditif dan
cemaran senyawa kimia dan toksin pada pakan. Hal ini
dapat terjadi baik pada waktu proses praproduksi
maupun pada saat proses produksi sedang berlangsung.
Cemaran atau residu obat
Dari data yang diperoleh berdasarkan survei yang
telah dilakukan, terlihat bahwa produk peternakan
seperti daging, telur, dan susu ditemukan adanya residu
obat seperti antibiotika golongan tetrasiklin dan
sulfonamida (Tabel 2). Umumnya golongan tetrasiklin
lebih banyak ditemukan dengan kandungan yang cukup
tinggi. Keberadaan residu obat yang melewati batas
Tabel 9. Cemaran Salmonella spp pada beberapa spesimen komoditas ternak di Indonesia pada tahun 1989-1996
Jumlah kasus
Komoditas ternak
Ayam
Itik
Telur
Babi
Sapi
89/90
90/91
91/92
92/93
93/94
94/95
95/96
49
1
69
28
56
30
-
73
46
20
4
131
49
85
21
75
33
70
6
239
50
-
205
55
13
26
-
58
Total
828
233
219
95
59
59
SJAMSJUL BAHRI , et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
pengusaha dan masyarakat. Bahkan media massa ikutikutan memanfaatkannya sebagai berita utama yang
menambah hangatnya suasana polemik tersebut.
Dampak lain yang ditanggung Pemerintah, Industri
dan Masyarakat
Dampak negatif lain akibat cemaran pangan asal
ternak adalah berupa: (1) biaya perawatan korban yang
ditanggung pemerintah maupun masyarakat; (2) pihak
Industri atau pengusaha mengalami penurunan
produksi, bahkan pada kasus Antraks pada burung unta
di Purwakarta telah menyebabkan tutupnya usaha
peternakan tersebut; (3) kerugian masyarakat peternak
atau Pengusaha akibat kematian ternaknya dalam
jumlah besar baik akibat penyakit maupun akibat
pemusnahan (stamping out); (4) menurunnya
produktivitas manusia yang terserang penyakit tersebut;
dan (5) kehilangan jiwa atau kematian.
UPAYA-UPAYA PENGAMANAN PANGAN
ASAL TERNAK
Peraturan-peraturan Pendukung
Untuk lebih menjamin bahwa daging sapi yang
akan dikonsumsi oleh masyarakat benar-benar aman
dan memenuhi persyaratan hygienis serta halal, maka
pemerintah perlu mengaturnya baik dalam bentuk
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Dirjen atau
aparat-aparat pemerintah lainnya yang ditunjuk
mempunyai wewenang untuk itu. Di bawah ini
disajikan peraturan-peraturan penting yang berkaitan
dengan upaya-upaya penyediaan daging sapi maupun
produk ternak lainnya yang bermutu, aman dan halal
untuk dikonsumsi masyarakat maupun untuk ekspor.
a). Undang-undang No. 6 tahun I967, tentang
ketentuan-ketentuan pokok peternakan dan
kesehatan hewan.
b). Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1983, tentang
kesehatan masyarakat vetenner.
c). Keputusan Menteri Pertanian No. 555 tahun 1986,
tentang syarat-syarat RPH dan Usaha Pemotongan
Hewan.
d). Peraturan Pemerintah R.I. No. 15 tahun 1991,
tentang Standar Nasional Indonesia.
e). Keputusan Presiden No. 12 tahun 1991, tentang
Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standar
Nasional Indonesia.
f). Peraturan Pemerintah R.I. No. 78 tahun 1992,
tentang Obat Hewan.
g). Keputusan Ketua Dewan Standarisasi Nasional
No. 0l8/IV.2.06/H.K.01.04/ 5/92, tentang Sistem
Standarisasi Nasional.
60
2.
3.
4.
Penerapan
Konsep
HACCP
Penyediaan Daging Sapi
Pada
Proses
5.
6.
7.
61
SJAMSJUL BAHRI , et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
62
63
SJAMSJUL BAHRI , et al.: Keamanan Pangan Asal Ternak: Suatu Tuntutan di Era Perdagangan Bebas
64