Anda di halaman 1dari 50

CLEAN CONSTRUCTION

BIDANG AIR LIMBAH


A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Survey Topografi
Survey ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh rangkaian
pekerjaan. Survey topografi meliputi kegiatan:
Pengecekan ulang elevasi rencana
Menyebarkan titiktitik panduan diseluruh wilayah kerja
Menentukan titiktitik (koordinat) posisi manhole.

Gambar 1. Penentuan Titik Koordinat Posisi Manhole


a. Pemeriksaan ulang elevasi rencana
Pemeriksaan ulang elevasi rencana perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi dalam rentang waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan sekaligus memeriksa
kebenaran/akurasi survey perencanaan.

Gambar 2. Pemeriksaan Ulang Elevasi Rencana


Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh perencana dan
menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah survey. Titik referensi

utama adalah Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615 yang ditetapkan oleh Badan
Koordinator Survey dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL) serta benchmark yang
ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) 13.

Gambar 3. Titik Benchmark (BM) dan Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615
b. Penyebaran titik panduan di seluruh wilayah kerja dan menentukan titik (koordinat)
posisi manhole
Tujuan dari penyebaran titiktitik panduan bantuan ini adalah bila di suatu lokasi hendak
dilakukan pemasangan pipa, maka titik panduan bantuan tersebut dapat dipergunakan sebagai
acuan dalam menentukan elevasi invert saluran.

Gambar 4. Penyebaran Titik Panduan Di Wilayah Kerja Dan Penentuan Titik Koordinat Manhole
Titik lokasi manhole dan titik panduan bantuan tersebut harus dilengkapi informasi mengenai
nomor, koordinat, elevasi invert, dan elevasi permukaan jalan.
2. Test Pit
Test pit adalah kegiatan untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan tanah. Utilitas
tersebut berupa pipa PDAM, kabel PLN dan Telkom, serta utilitas lainnya yang mungkin ada.
Bila ternyata dalam test pit ditemukan adanya utilitas yang menghalangi jalur pipa, maka jalur
pipa tersebut harus disesuaikan.

Gambar 5. Diagram Alir Survey Topografi dan Penentuan Posisi Manhole di Lapangan
Penyesuaian dengan memindahkan posisi pipa (dari tepi jalan ke tengah jalan atau sebaliknya).
Atau bila ternyata memungkinkan, perubahan yang dilakukan adalah memindahkan utilitas yang
bersangkutan tentunya dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.

Gambar 6. Penyesuaian Posisi Pipa Dengan Utilitas Yang Ada

Gambar 7. Diagram Alir Test Pit


7.
3. Pemeriksaan Kondisi Bangunan Existing
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi
existing bangunan yang ada di sekitar lokasi kegiatan, seperti adanya retak pada bangunan,
tembok atau dinding dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan agar di kemudian hari apabila ada
keluhan dari pemilik bangunan bisa diketahui apakah kerusakan tersebut diakibatkan oleh
pelaksanaan pekerjaan atau sudah terjadi sebelumnya ataupun ada sebab lainnya. Semua
dokumentasi haruslah dilengkapi dengan foto.

Gambar 8. Pemeriksaan Bangunan Existing

A. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA


1. Karakteristik Pipa
Pipa primer dan sekunder/tersier terbuat dari beton bertulang (RC Pipe) dengan bahan dari semen
anti sulfat. Kedua jenis pipa tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu mengalirkan air limbah
secara gravitasi. Pipa forcemain berfungsi untuk mengalirkan air limbah dengan pemompaan,
jenis pipa yang digunakan pipa baja (steel pipe) diameter 500 mm dan 600 mm, serta pipa PVC
diameter 150 mm dan 200 mm.

Gambar 9. Karakteristik Pipa Yang Akan Digunakan


Spesifikasi pipa beton ( RC Pipe ) :
Mutu beton : K350 ( sebelum proses spinning )
K550 ( setelah proses spinning )
Mutu baja tulangan :
Tegangan leleh > 4.500 kg/cm2
Tegangan tarik 5.000 kg/cm2
Tabel 1. Jenis Pipa Yang Akan Digunakan

Langkahlangkah kerja pemasangan pipa baja bertekanan lebih sederhana dari pemasangan pipa
beton. Karena kemiringan pipa bertekanan bukan merupakan faktor penting, walaupun tidak
boleh diabaikan, dan kedalaman galian tidak terlalu dalam (timbunan minimum di atas pipa 1,50
m). Hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian adalah penyambungan pipa baja.
Penyambungan dilakukan dengan pengelasan yaitu las listrik dan harus dilakukan oleh tenaga
yang berpengalaman agar diperoleh hasil yang sempurna.

Gambar 10. Detil Pemasangan Pipa Baja Bertekanan


1. Metoda Pemasangan Pipa Dengan Metode Clean Construction
Clean Construction adalah prinsip kerja pemasangan pipa yang bersih, rapi dan tertib sehingga
dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.

Gambar 11. Diagram Alir Pemasangan Pipa Baja Bertekanan

Penggalian dan pemasangan pipa untuk tiap


segmen sepanjang 50 m.

Tanah galian langsung diangkut dengan dump


truck ke tempat pembuangan sementara untuk
digunakan kembali nantinya

Tidak

diperkenankan

menaruh

material

di

jalan/trotoar kecuali dalam area di tempat kerja

Dilengkapi pagar pengaman dan rambu lalu lintas


yang memadai. Untuk pekerjaan pada malam hari
dilengkapi dengan lampu penerangan / pengaman

Penyiraman dengan air di sekitar tempat kerja


dilakukan setiap hari untuk menghindari debu
7

Gambar 12. Pekerjaan Penggalian


Dengan Metode Clean Construction

2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa


Tahapan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa seperti pada diagram alir berikut ini:

Gambar 13. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa


a. Penandaan Jalur Pipa dan Pemotongan Permukaan Jalan
Bila pekerjaan pemasangan pipa akan dilakukan, terlebih dulu dilakukan penentuan jalur pipa
yang akan dipasang. Hal ini perlu dilakukan karena sering kali posisi jalur pipa yang tergambar di
gambar rencana perlu penyesuaian atau perubahan. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya
adalah jalan ternyata tidak benarbenar lurus seperti pada gambar rencana dan terdapat utilitas
atau bangunan yang menghalangi jalur pipa. Penandaan jalur pipa pada permukaan jalan
dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan sebagai batas pekerjaan galian. Posisi jalur pipa
disesuaikan dengan kondisi jalan dan utilitas yang ada di bawah jalan. Selain sebagai penanda
jalur pipa, tanda pada permukaan jalan juga berfungsi untuk memberi arah dan batas galian.
Permukaan jalan yang telah ditandai kemudian dipotong dengan mesin sampai kedalaman 57
cm. Pemotongan ini dimaksudkan agar lapis permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak
karena aktivitas penggalian. Pemotongan permukaan jalan sampai kedalaman 57 cm dengan
mesin dimaksudkan agar lapisan permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena
aktivitas penggalian.

Gambar 14. Proses Penandaan Jalur Dan Pemotongan Permukaan Jalan


2. Pekerjaan galian
Jalur pipa yang telah siap kemudian digali. Metode pelaksanaan galian disatu lokasi dengan
lokasi lain adakalanya tidak sama. Terdapat beberapa hal penting yang menjadi faktor utama
dalam menentukan metode pelaksanaan penggalian. Yaitu :
a. Lebar daerah milik jalan (Damija)
b. Jenis tanah
c. Elevasi muka air tanah dan
d. Kepadatan lalu lintas
Gambar 15. Pekerjaan Galian

Berdasarkan lebar Damija, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual (tenaga
manusia) dan dengan mesin gali (excavator). Bahan galian langsung diangkut ke tempat
pembuangan. Di lokasi lokasi tertentu penggalian dilakukan dengan mesin dan manual. Bagian
atas, dilakukan secara manual untuk menghindari kerusakan utilitas, dan selanjutnya dengan
excavator.

Gambar 16. Pengupasan Permukaan Jalan

Gambar 17. Pekerjaan Penggalian Secara Manual Dan Penggunaan Mesin


a. Pemasangan Turap
Berdasarkan

jenis

karakteristik

tanah,

metode

pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu galian dengan


turap dan tanpa turap. Secara umum jenis tanah yang
dikategorikan yaitu tanah yang tidak runtuh (butiran
padat) dan tanah yang mudah runtuh (butiran lepas).
Penggalian tanpa turap umumnya dilaksanakan untuk
pemasangan pipa dengan diameter kecil, galian tidak
terlalu dalam dan kondisi tanah stabil. Untuk tanah
yang mudah runtuh, maka penggunaan turap sangat
diperlukan untuk memastikan galian tetap pada
kondisi yang diharapkan. Jenis turap yang digunakan
antara lain turap kayu, sheeting plate dan sheet pile.

10

Gambar 18. Pemasangan Turap

Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai material untuk
turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan diperoleh
permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah juga menahan masuknya air tanah ke
dalam lubang galian.
Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat
dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet
pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan
diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan
tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang
galian.
Gambar 19. Sheet Pile

Gambar 20. Turap dengan menggunakan material dari kayu

Gambar 21. Pemasangan Sheeting Pile


11

Gambar 22. Pemasangan Sheeting Plate


b.

Dewatering

Gambar 23. Pekerjaan


Dewatering

Berdasarkan elevasi muka air tanah, pekerjaan galian harus


disertai dengan usaha membuang air (dewatering) bila elevasi air
tanah lebih dangkal dari dasar galian. Artinya tanah galian
terendam air sehingga mengganggu proses penggalian dan
pemasangan pipa. Pada galian tanah yang dalam, dengan muka air
tanah tinggi, mudah terhanyutkan oleh aliran air bawah tanah,
maka galian harus diamankan dengan penggunaan turap yang
kedap air (sheet pile). Air dipompa ke saluran terdekat atau
dengan menggunakan tempat penampungan.

3. Pemasangan Pipa
Pemasangan pipa sangat terkait dengan pemasangan manhole. Data yang sangat diperlukan
diawal pemasangan pipa adalah elevasi invert manhole awal dan akhir (pipa terpasang dari
manhole ke manhole). Elevasi ini menentukan kemiringan pipa karena terjadi beda tinggi antara
invert awal dan akhir. Berdasarkan datadata tersebut, surveyor yang terlibat dalam pemasangan
pipa harus mengawasi dan mengecek elevasi dari masingmasing pipa karena pipa dipasang satu
per satu.

Gambar 24. Manhole

12

Gambar 25. Pekerjaan Pemasangan Manhole


Pada prinsipnya pipa dipasang setelah manhole selesai
dipasang namun kenyataan dilapangan, seringkali jaringan
pipa dipasang terlebih dahulu. Pemasangan pipa seperti ini
biasanya akan berhenti menjelang manhole dengan
menyisakan 2 batang pipa.
Pemasangan 2 pipa terakhir tersebut akan dilakukan dalam

rangkaian pemasangan manhole. Cara ini dipilih karena


manhole memiliki lebar galian yang lebih besar dari galian pipa dan terutama untuk manhole
yang posisinya pada persimpangan jalan, potensi untuk menimbulkan kemacetan arus lalu lintas
sangat besar sehingga diperlukan konsentrasi dan penanganan khusus.
Hal yang penting dalam pelaksanaan pemasangan pipa adalah penyambungan, pengukuran
elevasi/kemiringan, dan pengukuran kelurusan pipa. Ketiga hal tersebut di atas bila tidak dapat
terlaksanakan dengan benar, maka jaringan pipa akan berisiko bocor, terjadi genangan atau
endapan, dan bahkan tidak mengalir.
a. Penyambungan pipa
Pipa diturunkan dengan penggantung dan diletakkan di atas tumpukan karung yang diisi pasir.
Maksud dari tumpukan karung pasir adalah agar pipa memperoleh dudukan yang baik dan stabil.
Dengan demikian saat pipa disambung dan ditimbun secara keseluruhan, elevasi dapat
dipertahankan. Penyambungan pipa berikutnya dapat dimulai dari spigot ataupun socket.

13

Gambar 26. Diagram Alir Pemasangan/Penyambungan Pipa

14

Gambar 27. Proses Penyambungan Pipa


b. Pengukuran elevasi/kemiringan pipa
Pipa yang diturunkan dan sudah disambung, harus diperiksa elevasi/kemiringannya. Pengecekan
ini dilakukan pada dua titik yaitu pada titik sambungan (sekaligus untuk mengetahui apakah ada
perubahan setelah disambung) dan pada ujung lainnya. Bila kedua titik tersebut telah sesuai
kemiringannya, maka pipa dapat disambung dengan pipa lainnya.

Gambar 28. Pengukuran Elevasi Dan Kemiringan Pipa


c. Pengukuran kelurusan pipa
Selain elevasi/kemiringan pipa harus benar, kelurusan pipa secara keseluruhan juga harus benar.
Apabila pipa tidak tepat lurus, maka akan berpengaruh pada posisi manhole dan pengaturan
jaringan pipa berikutnya. Pengukuran kelurusan dilakukan dengan cara menarik benang as pipa
dari manhole ke manhole. Benang ini berada di atas galian. Untuk memastikan apakah pipa sudah
15

lurus, harus ditarik garis tegak lurus dari benang tersebut ke permukaan pipa atau dapat juga
menggunakan rantai penggantung pipa. Dapat juga menggunakan batang kayu atau aluminium
yang diberi tanda pada bagian tengahnya. Dengan demikian, kelurusan pipa dapat diperiksa dari
tanda pada tengah batang kayu atau aluminium tersebut.

Keterangan: A dan B. Pengukuran Dengan alat bantu selain benang


C. Dengan alat bantu benang

Gambar 29. Pengukuran Kelurusan Pipa


4. Timbunan Dan Pengaspalan
Timbunan kembali dilakukan secara bertahap lapis demi lapis. Masingmasing tahapan harus
dipadatkan. Timbunan kembali dimulai dengan timbunan pasir dan diikuti oleh timbunan dengan
material pilihan dan agregat kelas A & B. Timbunan berhenti pada ketinggian minus 90 mm dari
permukaan jalan. Tujuannya adalah untuk diisi/dilapisi dengan Asphalt Treatment Base (ATB)
setebal 50 mm serta lapisan aspal (AC) setebal 40 mm. Tahapan penimbunan kembali dilakukan
seperti alur kegiatan di samping berikut ini.
a. Timbunan / urugan pasir
Proses penimbunan pasir dibantu dengan mengalirkan air pada pasir timbunan.Tujuan dari
memberikan aliran air adalah agar pasir ikut hanyut dan mengisi celah-celah antara pipa dengan
tanah. Timbunan pasir tidak dipadatkan dengan alat bantu mekanis tetapi hanya disiram air dan
ditusuktusuk dengan kayu. Pemadatan dengan alat bantu mekanis pada timbunan pasir (sand
bedding) tidak dibenarkan karena dapat merusak pipa.
16

Gambar 30. Diagram Alir Proses Penimbunan

Gambar 31. Potongan Timbunan/Urugan Pasir

17

Keterangan:
(A) Penurunan pasir dari truck (B) Meratakan timbunan pasir

(C) Penyiraman timbunan pasir

Gambar 32. Pekerjaan Penimbunan Pasir


b. Timbunan/urugan material pilihan
Timbunan pasir dilanjutkan dengan timbunan menggunakan material pilihan. Material yang
digunakan adalah tanah hasil galian yang memenuhi syarat material pilihan. Urugan dengan
material pilihan harus dipadatkan lapis per lapis setiap tebal lapisan 20 cm. Selanjutnya adalah
pengisian dengan agregat A dan B. Pemadatan urugan material pilihan menggunakan alat
pemadat mekanis.
A

B
Gambar 33. Pekerjaan Penimbunan Dengan Material Tanah (A) dan Agregat Kelas A (B)
Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal pada pekerjaan timbunan kembali, perlu iperhatikan
teknik pemadatannya dan alat yang digunakan. Kepadatan yang kurang baik akan menimbulkan
rongga antar butiran yang berukuran besar dan dalam jumlah yang banyak. Ronggarongga
tersebut bila dibiarkan akan mengakibatkan turunnya permukaan jalan dikemudian hari. Hal
pertama yang harus diperhatikan adalah kadar air material timbunan. Kadar air yang tinggi akan
menyebabkan tanah timbunan tidak padat karena butiran selalu bergerak bersama gerakan
hidrostatik air. Kadar air yang kurang juga akan menyebabkan pemadatan tidak optimal karena
tanah timbunan sulit bergerak dan hanya mengakibatkan padat permukaan saja. Kadar air yang
18

baik adalah kadar air optimal sesuai dengan hasil pengujian laboratorium. Kondisi inilah yang
seharusnya diterapkan di lapangan, namun kenyataannya sering kali tidak dilakukan. Untuk
mendapatkan kadar air yang cukup kontraktor melakukan penyiraman atau menggenangi
timbunan dengan air untuk keesokan harinya dipadatkan dengan alat bantu mekanis. Peralatan
yang memadai juga berperan untuk menghasilakan pemadatan yang baik. Penggunaan alat
pemadat mekanis seperti stamper, tendem, baby roller sangat membantu menghasilkan
pemadatan yang baik. Selain itu jumlah lintasan alat pemadat juga harus cukup dan merata.
Pemadatan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan di tempat bekas
galian sehingga membahayakan kendaraan / pengguna jalan

Gambar 34. Proses Pemadatan Timbunan


d. Pengaspalan
Pengembalian kondisi permukaan jalan yang dilalui pipa sewer DSDP dibedakan dalam 2 tipe
penanganan sesuai kelas jalan sebaga berikut :
1. Jalan negara, pengembalian kondisi dengan hot mix ATB tebal 5 cm dan AC tebal 4 cm hanya
selebar galian pipa .
2. Jalan provinsi dan jalan kota, pengembalian kondisi dengan ATB tebal 5 cm selebar galian
pipa sewer dan AC tebal 4 cm selebar perkerasan aspal jalan tersebut.
Adapun proses penghamparan hot mix (ATB & AC) sebagai berikut :
Hot mix diproduksi pada instalasi pencampur aspal (AMP) sesuai proporsi material job mix
formula yang sudah disetujui.
Persiapan lahan hamparan dengan alat compressor untuk membersihkan permukaan
hamparan dari debu dan kotoran sampah
Aspal prime coat dengan volume + 0,8 liter/m disemprotkan di atas permukaan agregat A
sebagai perekat hamparan ATB, dilanjutkan proses pemadatan ATB dengan alat roda bagi
tandem seberat 5-8 ton pada suhu (110-125)C dengan jumlah lintasan 1-2 PP. Kemudian
dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)C
dengan jumlah lintasan 1216 PP.
Asphalt take coat dengan volume + 0,3 ltr / m disemprotkan di atas permukaan perkerasan
aspal lama sebagai perekat hamparan AC baru, dilanjutkan proses pemadatan AC dengan
19

alat roda besi tandem (5-8 ton) pada suhu (110125)C dengan lintasan 1-2 PP. Kemudian
dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)C
dengan jumlah lintasan 12-16 PP.
Pada hari berikutnya dilakukan pengambilan sampel hamparan ATB & AC di lapangan
untuk uji laboratorium dengan core drill. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain
untuk mengetahui kepadatan lapangan yaitu minimal 98 % dari kepadatan laboratorium (
JMF ) dan tst Extraksi( Kadar aspal dan gradasi agregat ).
Setelah hamparan AC berumur minimal 2 minggu dilanjutkan dengan pembuatan marka
jalan sesuai marka yang lama.

Gambar 35. Pekerjaan Pengaspalan


5. Pengaturan Area Kerja
Ruang kerja yang dimaksud adalah kecukupan ruang untuk melakukan aktivitas tanpa
terhalangi. Selain untuk keperluan aktivitas, ruang kerja juga berfungsi sebagai media K3
(keselamatan dan keamanan kerja) bagi masyarakat umum yang melintas di sekitar lokasi kerja.
Besaran ruang kerja ini dipengaruhi oleh metode kerja yang digunakan. Penggalian dengan
menggunakan alat mekanis seperti excavator akan membutuhkan ruang yang lebih besar
dibandingkan dengan galian manual.
Selain untuk kecukupan kerja alat, ruang kerja juga dipergunakan untuk menempatkan
bahan/material, dan material hasil galian. Pembatas antara ruang kerja dengan ruang public
digunakan barikade. Barikade merupakan dinding yang bersifat sementara yang terbuat dari seng
20

dan diberi warna yang mencolok agar pada malam hari dapat mudah dikenali. Khusus pada
malam hari, pembatas ruang juga perlu dilengkapi dengan lampu isyarat.

Gambar 36. Pengaturan Area Kerja

Gambar 37. Ruang Kerja Pemasangan Pipa Dengan Metode Galian Terbuka Di Tepi Jalan

21

Gambar 38. Ruang kerja pemasangan pipa dengan metode galian terbuka di tengah jalan (jalan
ditutup sementara untuk kendaraan)

Gambar 39. Ruang Kerja Pemasangan Pipa dengan Metode Galian Terbuka pada Jalan Dengan
Lebar Lebih Dari 7 m
6. Pengaturan Lalu Lintas
Semakin banyak kendaraan yang melintas pada jalan di lokasi pemasangan pipa, maka
dibutuhkan usaha yang semakin kompleks dalam mengatasinya seperti pemasangan rambu dan
penempatan orang yang mengatur lalu lintas (signal man). Semakin sempit jalan, maka semakin
rumit karena harus mengatur penempatan hasil galian, persediaan pipa dan material timbunan. Di
satu sisi, jalan tidak boleh ditutup total. Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak
22

kontraktor, konsultan supervisi dan proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para
stake holder atau tokoh masyarakat setempat Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada
masyarakat dan pihakpihak terkait sebelum kegiatan dimulai.

Gambar 40. Pengaturan Lalu Lintas Pada Pekerjaan Pemasangan Pipa Air Limbah
Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak kontraktor, konsultan supervisi dan proyek
berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh masyarakat setempat
Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat dan pihakpihak terkait sebelum
kegiatan dimulai.

C. METODE JACKING
Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah
permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini
merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode
jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan
dibuang ke tempat penampungan / pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun
dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum
Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah
permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini
merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode
jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan
dibuang ke tempat penampungan/pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun
dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum.

23

Jacking adalah suatu metode


pemasangan
pipa
dengan
melakukan pemboran tanah di
bawah permukaan jalan lalu
mendorongkan
pipa
dengan
menggunakan tekanan hidrolis.
Metode ini merupakan salah satu
metode pemasangan pipa yang
dipergunakan pada proyek DSDP.
Metode jacking yang digunakan
adalah tipe slurry. Lumpur (tanah
bercampur air) yang dihasilkan
dibuang ke tempat penampungan /
pengolahan, dimana tanah yang
terendap dapat ditimbun dengan
baik dan airnya dibuang ke saluran
umum
Gambar 41. Lokasi Shaft Di Ruas
Jalan
Keterangan:
A. Lalu lintas masih dapat melintas di sekitar
shaft
B. Lubang shaft yang tertutup check plate dapat
dilalui kendaraan

Gambar 42. Ilustrasi Situasi Di Sekitar Lokasi Departure Shaft

24

1. Latar Belakang Penggunaan Metode Jacking


Proses ini dilakukan dengan tujuan menghindari pekerjaan galian terbuka yang cukup dalam
untuk memasang pipa yang dapat mengakibatkan gangguan ekstrim pada lingkungan dan pada
struktur atas atau permukaan jalan, berkenaan dengan arus lalu lintas, geometri jalan dan kondisi
sosial masyarakat. Dengan menggunakan metode jacking, diharapkan persoalanpersoalan
tersebut dapat teratasi atau diminimalkan karena ruang publik yang dimanfaatkan proyek dapat
direduksi, tingkat kebisingan dapat ditekan, tingkat kebersihan lokasi dapat ditingkatkan dan
tidak diperlukan penutupan jalan secara total.

2. Karakteristik Pipa Untuk Jacking

Gambar 43. Karakteristik Pipa Untuk Jacking


3. Metode Pelaksanaan
Langkah kerja pemasangan pipa dengan metode jacking seperti diagram alir berikut:

25

Gambar 44. Diagram Alir Langkah Kerja Pelaksanaan Metode Jacking


Tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan sama dengan pemasangan pipa dengan metode galian
terbuka. Jalur pipa yang terletak di tengan jalan dan memiliki kedalaman hingga 6,0 m, sangat
jarang terhalangi oleh utilitas kecuali pada galian shaft. Dengan demikian test pit cukup
dilakukan di posisi shaft.
3.1 Pembuatan Shaft Jacking
Pekerjaan jacking memerlukan 2 buah shaft (departure dan arrival) sehingga jacking akan efektif
bila shaft diposisikan pada posisi manhole. Dengan demikian galian shaft sekaligus galian untuk
manhole. Selain itu, departure shaft sebaiknya digunakan untuk dua arah. Dan bila ternyata
terdapat lebih dari satu manhole, arah tujuan, pada posisi garis lurus, maka dapat saja jacking

26

diteruskan sampai manhole berikutnya. Dengan catatan mesin jacking mampu menekan pipa
hingga manhole berikutnya.

Gambar 45. Ilustrasi Arah Jacking


3.2. Karakteristik Shaft
Kegiatan pemasangan pipa dengan Jacking dilakukan di bawah permukaan tanah, namun masih
diperlukan kegiatan galian untuk pembuatan shaft. Shaft merupakan suatu lubang yang
digunakan untuk menempatkan peralatan jacking dan sebagai tempat berakhirnya pipa. Terdapat
dua buah shaft yaitu departure shaft dan arrival shaft. Departure shaft adalah tempat yang
didisain sebagai awal dari jacking dan merupakan ruang kontrol pelaksanaan jacking. Dalam
departure shaft terdapat mesin jacking dan segala perlengkapan untuk kegiatan jacking.

Gambar 46. Tipikal Departure Shaft

27

Dimensi aktual yang di lapangan selalu


lebih besar dari kebutuhan. Ini
disebabkan sheer pile yang digunakan
memiliki dimensi 40 cm dan jumlahnya
selalu kelipatan 40 cm agar didapat
jumlah sheet pile yang pas.

Gambar 47. Profil Sheet Pile yang digunakan pada


Shaft Jacking
Arrival shaft adalah suatu lubang tempat berakhirnya pipa jacking dan digunakan untuk
demobilisasi mesin bor jacking. Arrival shaft dan departure shaft memiliki perbedaan dimensi.
Departure shaft memiliki dimensi yang lebih besar karena banyak digunakan peralatan jacking
dan alat lainnya. Sedangkan arrival shaft dimensinya lebih kecil dan hanya berfungsi untuk
mengeluarkan mata bor jacking. Untuk kedalaman, disesuaikan dengan kebutuhan elevasi pipa.

Gambar 48. Tipikal Arrival Shaft


3.3 Konstruksi Shaft
Untuk meminimalisasi penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas disekitar area shaft,
digunakanlah deck beton bertulang sebagai penutup lubang galian sehingga ruang publik yang
dipergunakan lebih kecil dan kendaraan dapat melintas di atas lubang yang tertutup deck dengan
baik. Penggunaan tutup deck beton bertulang disesuaikan dengan kegiatan:
a. Pada arrival shaft: setelah seluruh pekerjaan pembuatan lubang shaft selesai, lubang akan
ditutup dengan deck beton bertulang. Tutup deck beton bertulang akan dibuka hanya pada
saat mesin jacking telah sampai dan siap dikeluarkan.
b. Pada departure shaft: tutup deck beton akan digunakan untuk menutup sebagian lubang
shaft sehingga penggunaan ruang publik dapat seminimal mungkin. Pembukaan tutup deck
28

beton pada departure shaft hanya dilakukan saat memasukkan pipa beton yang akan
dijacking.

Gambar 49. Konstruksi Shaft


3.4 Metode Pelaksanaan Jacking Pipa
Tipe jacking yang digunakan adalah slurry karena tipe ini lebih cepat dan lebih tidak merusak
struktur di atas (permukaan tanah) lokasi jacking dari pada tipe yang lainnya (Earth Pressure
Balance Jacking and Tuyure Jacking). Alur pekerjaan secara garis besar sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Jacking
Mekanisme Jacking metode slurry:
1. Mesin bor (shield machine) pada bagian depan (bulkhead) mulai bekerja dengan mengebor
tanah. Tanah hasil bor akan masuk ke dalam shield machine dan dicampur dengan cairan
slurry agar larut sehingga dapat dialirkan keluar melalui pipapipa slurry. Dalam melakukan
pemboran, besarnya tekanan slurry dalam mesin bor harus disesuaikan dengan tekanan
tanah dan air tanah tujuannya agar diperoleh tingkat kestabilan yang cukup dalam
melaksanakan pemotongan (pengeboran) tanah.

29

Gambar 50. Diagram Alir Konstruksi Shaft

30

Gambar 51. Garis Besar Pekerjaan Jacking


2. Cairan slurry yang bercampur tanah akan dikeluarkan dari shaft dengan pompa slurry dan
dikontrol dengan valve. Cairan tanah dan slurry akan dialirkan melalui pipa vertikal dan akan
dipisahkan kembali sebagai cairan slurry dan tanah menggunakan mesin proses slurry yang
dipasang di luar shaft.
3. Cairan slurry yang telah dipisahkan tadi kemudian dialirkan kembali ke mesin bor tanah
sedangkan tanah hasil pemboran akan ditampung sementara di truk tangki untuk diangkut ke
tempat pembuangan bila sudah penuh. Sirkulasi sistem tersebut akan berlangsung selama
jacking dan membutuhkan alat pengendali berupa dial pengukur tekanan, katupkatup dan
pompapompa.
4. Sementara itu pada saat yang bersamaan hydraulic jack akan menekan pipa masuk ke dalam
tanah yang telah digali/dibor.
5. Untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, maka akan dilakukan
pemantauan pada ruang kontrol.

Gambar 52. Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa

31

3.5. Monitoring Kelurusan dan Kemiringan Pipa Jacking


Kontrol terhadap kelurusan dan kemiringan pipa dilakukan dengan menetapkan mesin jacking
sebagai target dalam menentukan arah pemboran tanah. Mengetahui apakah arah pemboran sudah
tepat dengan menempatkan perlengkapan survey berupa laser transit di departure shaft. Hasil
survey elevasi dan poligonnya harus menjadi acuan dalam melakukan monitoring ini.

Gambar 53. Kegiatan Monitoring Pada Kegiatan Jacking Pipa


(A) Mesin Monitoring; (B) Laser Beam

Gambar 54. Skema Monitoring Pipa Jacking

32

Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (1)

33

Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (2)


3.6. Pipa Service Air Limbah
Pipa utama (main sewer) yang dipasang dengan metode jacking harus dilengkapi dengan pipa
service. Hal ini dikarenakan tidak dimungkinkan untuk memasang pipa lateral pada pipa
yangdijacking. Pipa service ini berfungsi mengalirkan air limbah dari sambungan rumah. Air
limbah yang masuk ke dalam pipa service akan dialirkan ke pipa utama melalui manhole.
Sebagai pipa service digunakan pipa beton dengan diameter 200 mm (sama dengan pipa
sekunder).
34

Gambar 56. Ilustrasi Sambungan Rumah (Pipa Service) Dan Jacking Pipa Utama

D. PIPA LATERAL
1. Karakteristik PIpa
Pipa lateral adalah pipa yang menghubungkan jaringan pipa air limbah dengan box sambungan
rumah. Material pipa yang dipergunakan untuk pipa lateral adalah polyvinyl chloride (PVC)
untuk air limbah dengan dimensi (diameter) 150 mm. Sebagai aksesoris pelengkap dari pipa
lateral adalah rubber ring, elbow, dan socket.
Tabel 2. Karakteristik Pipa PVC

35

2. Metode Pelaksanaan
Pipa lateral dipasang setelah jaringan pipa selesai dipasang, dan penimbunan kembali dilakukan
setelah pipa lateral terpasang. Secara umum pemasangan pipa lateral terbagi atas dua teknik yaitu
socket penyambung telah terpasang dan socket penyambung belum terpasang pada badan pipa.
Perbedaan yang paling nyata dari kedua teknik tersebut adalah pada penempatan box sambungan
rumah. Jika socket lateral telah terpasang pada badan pipa, maka posisi kotak sambungan rumah
akan ditentukan oleh posisi socket. Tetapi bila socket lateral belum terpasang, maka posisi box
sambungan rumah dapat ditentukan berdasarkan kehendak pemilik properti atau sesuai dengan
situasi rumah dan posisi socket menyesuaikan.

Keterangan:
A = Mesin bor untuk membuat lubang pada badan pipa dan pipa diameter 200 mm yang telah dipasangi socket lateral
B = Pipa diameter 1000 mm yang telah dipasangi socket lateral
C = Pengeboran badan pipa yang telah terpasang untuk pemasangan socket lateral

Gambar 57. Pelaksanaan Pemasangan Sambungan Pada Pipa Lateral


Karena pemasangan pipa lateral mempengaruhi kapan penimbunan kembali galian jaringan pipa
dilakukan, maka biasanya pemasangan pipa lateral dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah
menyambungkan socket lateral pada badan pipa dan memasang pipa lateral sejarak 23 m.

Gambar 58. Pemasangan Pipa Lateral Tahap 1


36

Tahap kedua adalah menyambung pipa yang telah terpasang tersebut hingga ke posisi box
sambungan rumah. Dengan demikian saat tahap pertama selesai, timbunan kembali dapat
dilakukan dan tahap kedua dapat dimulai setelah pemasangan jaringan pipa selesai.

Keterangan:
A & B = Galian dari jaringan pipa ke arah posisi box sambungan rumah melintasi saluran tepi jalan
C = Pipa lateral yang dimasukkan ke dalam lubung dan galian terbuka

Gambar 59. Pekerjaan Pemasangan Sambungan Pipa Sambungan Rumah Ke Pipa Lateral
Hal yang sangat penting dilakukan adalah memberi tanda di mana posisi pipa lateral berakhir
karena pipa lateral tersebut akan disambung di lain hari. Bila tidak diberi tanda, maka pada saat
pelaksanaan penyambungan akan mengalami kesulitan mencari ujung pipa yang berakibat
pekerjaan menjadi terlambat.
Pemasangan pipa lateral tahap II:
Penandaan posisi sambungan rumah dan pipa lateral untuk lanjutan pemasangan pipa lateral
tahap II

Gambar 60. Penandaan Posisi Untuk Pemasangan Pipa Lateral Tahap II

37

Gambar 61. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Pipa Lateral Tahap II

38

Gambar 62. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Sambungan Pipa Lateral Dan Kotak SR

39

3. Sambungan Pipa Lateral Ke Jaringan Pipa Dengan Atau Tanpa Halangan

Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r
Limbah (1)
40

Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r
Limbah (2)
41

Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Air
Limbah (3)

E. PEKERJAAN SAMBUNGAN RUMAH (HOUSE CONNECTION)


Sambungan rumah merupakan suatu rangkaian pemasangan pipa air limbah rumah tangga sampai
dengan bak kontrol, selanjutnya dihubungkan dengan pipa lateral ke jaringan pipa air limbah.
Pemasangan sambungan rumah haruslah dengan persetujuan dari pemilik rumah (properti). Bila
pemilik setuju, maka ditindak lanjuti dengan survey sambungan rumah.

Gambar 64. Diagram Alir Tahapan Pekerjaan Sambungan Rumah

42

1. Survey Sambungan Rumah


Survey Sambungan Rumah bertujuan untuk :
Mengetahui posisi sumber air limbah seperti kamar mandi, wastafel, dapur dan lainlain.
Menentukan jalur pipa dan posisi bak kontrol.
Mengidentifikasi kondisi semula sistem pembuangan air limbah
Hasil survey berupa gambar denah rumah dan rencana jalur pipa yang dilengkapi dengan
ukurannya. Hasil survey tersebut harus ditanda tangani oleh pemilik rumah sebagai bukti
persetujuannya.

Gambar 65. Denah Sambungan Rumah (Tanpa Skala)

Gambar 66. Kegiatan Pengukuran Elevasi Lantai Rumah

43

Gambar 67. Penandaan Titik Bak Kontrol Dan Penjelasan Kepada Pemilik Rumah
2. Pemasangan Sambungan Rumah
Pelaksanaan sambungan rumah dikerjakan setelah survey selesai dilakukan dan pemilik rumah
telah menyetujui untuk dilakukan pemasangan sambungan rumah tersebut. Pemasangan
sambungan rumah secara garis besarnya dibagi menjadi 2 jenis pekerjaan yaitu pemasangan pipa
air limbah dan pemasangan bak kontrol. Pekerjaan pemasangan pipa air limbah menggunakan
pipa PVC dengan diameter 100 mm dengan kelas untuk air limbah. Sedangkan bak control
terbuat dari pasangan batu bata yang disusun membentuk box yang bagian dasarnya dibentuk
invert sesuai dengan diameter pipa air limbah. Bak control tersebut diberi tutup pada bagian
atasnya yang terbuat dari beton bertulang. Bentuk bak kontrol ada 2 yaitu segi empat dan
lingkaran. Bak kontrol berbentuk segi empat terbuat dari batu bata sedangkan yang lingkaran
adalah fabrikasi beton bertulang (seperti buis beton). Pemasangan bak kontrol fabrikasi
dimaksudkan untuk mempercepat waktu pemasangan di lapangan.

Gambar 68. Ilustrasi Pemasangan Pipa Sambungan Rumah

44

.
Gambar 70. Bentuk Bak Kontrol Pada Sambungan Rumah
2.1. Metode pelaksanaan
Pengerjaan sambungan rumah diusahakan seminimal mungkin mengganggu kenyamanan
penghuni dan berusaha agar pembongkaran interior sesedikit mungkin. Selain itu, waktu untuk
mengerjakan sambungan rumah harus dilakukan secepat mungkin.
45

Untuk mengurangi proses pembongkaran interior bangunan, sambungan dilakukan di luar


bangunan dengan menyambung pipa yang keluar dari sumber air limbah (kamar mandi, WC,
dapur, dsb). Dengan demikian bagian yang dibongkar adalah bagian luar rumah seperti taman
dan rabatan tepi rumah. Untuk sambungan pada septic tank, sambungan dilakukan pada pipa inlet
sehingga tidak perlu membongkar septic tank.
2.2. Pengurasan Dan Pembubuhan Desinfektan Pada Septic Tank
Tujuan dari sambungan rumah adalah untuk menyalurkan air limbah ke jaringan air limbah kota.
Dengan demikian keberadaan septic tank tidak diperlukan lagi. Setelah tersambung dengan
jaringan pipa air limbah kota, dilakukan pengurasan septic tank yang dilakukan dengan mobil
tangki penguras. Septictank kemudian dibilas dengan cara mengisi kembali dengan air bersih
yang kemudian disedot kembali. Pembuangan lumpur tinja harus di IPLT ( Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja ) yang telah mendapatkan izin resmi.
Septic tank yang telah kosong harus disemprot atau diisi larutan desinfektan agar bersih dari
kuman. Bahan yang digunakan adalah kaporit [Ca(OCl)2] dengan kandungan chlorine minimal
60%. Porsi penggunaannya adalah 50 gr/m3 untuk setiap septic tank. Kaporit dicampur dengan
air hingga homogen dengan alat pengaduk, kemudian dimasukkan ke dalam septictank selama
minimal 1 jam kemudian dikeluarkan dan dibuang ke tempat yang aman. Agar septic tank
tersebut tidak digunakan lagi, maka harus dilakukan penutupan pada inlet septic tank.

Gambar 71. Pengurasan Tangki Septik

F. BIAYA PEMASANGAN PIPA


Biaya pekerjaan pemasangan pipa air limbah dengan metode clean construction, meliputi biaya
untuk:
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan galian dan pengangkutan tanah galian
Pekerjaan pemasangan pipa dan manhole
46

Pekerjaan timbunan kembali


Pekerjaan perbaikan jalan, kecuali untuk pekerjaan pengaspalan (overlay) dimasukkan dalam
jenis pekerjaan tersendiri.
Unit biaya pemasangan pipa dikelompokkan berdasarkan:
Diameter pipa
Kedalaman pipa terpasang
Kedalaman pemasangan pipa dan kondisi tanah setempat serta tinggi muka air tanah akan
menentukan metode pelaksanaan di lapangan, demikian pula lebar jalan dan kondisi lapangan
akan menentukan jenis, tipe, dan kapasitas peralatan yang digunakan, dimana hal tersebut akan
mempengaruhi besarnya biaya pemasangan. Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran pipa
terpasang di lapangan, dari pusat mainhole ke mainhole berikutnya. Secara ringkas biaya
pemasangan untuk setiap meter panjang pipa seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Gambaran Biaya Pemasangan Pipa

Catatan : 1. Biaya di atas tidak termasuk biaya sewa tempat tanah galian.
2. Biaya pemasangan pipa dengan metode clean construction sedikit lebih tinggi ( 10%)
dibandingkan dengan biaya pemasangan pipa tanpa clean construction.

G. SOSIALISASI
Kegiatan sosialisasi memegang peranan cukup penting dalam pembangunan sistem perpipaan air
limbah suatu kota, karena di Indonesia sistem ini baru ada di beberapa kota. Tidak mudah
47

memberi pemahaman pada masyarakat maupun pihakpihak terkait tentang pentingnya


penanganan air limbah, untuk itu sosialisasi perlu dilaksanakan secara menerus mengikuti
tahapan kegiatan sebagai berikut:
Tahap perencanaan (pra konstruksi)
Tahap konstruksi/pelaksanaan
Tahap operasional (pasca konstruksi)
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh pimpinan proyek dibantu konsultan dengan kegiatan
antara lain berupa :
Penjelasan dan diskusi dengan instansi instansi terkait, DPRD, tokoh tokoh masyarakat
Pertemuan dengan masyarakat langsung di banjar banjar
Kunjungan ke sistem serupa di kota lain yang sudah beroperasi
Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat
Penyebaran materi sosialisasi berupa brosur, poster, dsb.

Gambar 72. Sosialisasi Tahap Perencanaan

48

2. Tahap Konstruksi
Kegiatan dilaksanakan bersama-sama oleh konsultan, kontraktor dan tim proyek. Kegiatan lebih
terfokus pada kelancaran pelaksanaan di lapangan, di antaranya berupa:
Koordinasi dengan instansi yang terkait langsung di lapangan seperti polisi, PDAM,
Telkom, dll
Koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, para kelian banjar, sehubungan
dengan jadwal, metode pelaksanaan, dll
Sosialisasi door to door untuk kegiatan khusus seperti penempatan sambungan rumah dan
kegiatan yang terkait langsung di lokasi
Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat
Penyampaian informasi melalui radio setempat mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan di
lapangan terkait dengan gangguan lalu lintas, dsb

Gambar 73. Sosialisasi Tahap Konstruksi


3. Tahap Operasional
Kegiatan dilaksanakan oleh konsultan dan badan pengelola. Kegiatan lebih ditekankan pada
operasional dan perawatan sistem yang sudah terbangun, termasuk biaya pelayanan dengan cara:

49

Sosialisasi door to door untuk memberi penjelasan tentang operasional dan perawatan system
perpipaan air limbah, juga disampaikan informasi tentang benda-benda yang tidak boleh
dibuang ke dalam saluran yang akan mengganggu system
Sosialisasi pada anak-anak tingkat sekolah dasar dengan mengajak mereka untuk menjadi
polisi limbah di dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal
Penyebaran materi berupa brosur, penempatan poster di tempat-tempat umum
Penyebaran informasi melalui media televisi dan radio

Gambar 74. Sosialisasi Tahap Operasional

Gambar 75. Bahan Sosialisasi Jaringan Air Limbah Kepada Masyarakat


50

Anda mungkin juga menyukai