Anda di halaman 1dari 18

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RS PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG
PERIODE 27 APRIL 2015 30 MEI 2015
Nama Mahasiswa

: Diporapdwijoyo Sinoputro

NIM

: 112014333

Tanda Tangan:

Dokter Pembimbing : dr. Endang Kustiowati, Sp.S (K), MSiMed

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. AH

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan

: SMK

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Jl. Wonodri Baru No.44 RT 3/2

No CM

: 036893

Perawatan

: Rawat Jalan

DAFTAR MASALAH
No
1.
2.
3.

Masalah aktif
Lower Back Pain
Hipertensi
Ischialgia

Tanggal
17-6-2015
17-6-2015
17-6-2015

No Masalah tidak aktif


1. Gastritis

Tanggal
17-6-2015

SUBJEKTIF

1) Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Minggu, 21 Juni 2015 WIB
2) Keluhan Utama
Nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kanan
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku merasakan rasa sakit yang menjalar dari pinggang ke sepanjang kaki
kanan. Pasienberkata bahwa dia mengetahui bahwa dirinya terkena saraf kejepit sejak
dulu. Pasien mengaku pernah dioperasi 2 kali pada tahun 2003 dan 2006. Pada kedua
operasi tersebut rasa sakit yang dirasakan pasien menghilang sama sekali, namun kadang
pasien merasa kesemutan. Pada tanggal 28 Maret, pasien merasakan rasa sakit yang
dirasa tidak tertahankan sehingga pasien datang ke IGD dan dirawat inap selama 10 hari.
Setelah pulang dari rawat inap, pasien mengaku rasa sakit yang dirasakannya sudah jauh
berkurang.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi grade 1, Diabetes Mellitus (-), Sakit Jantung (-)
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (+), Sakit jantung (-), kelainan pembekuan darah (-)
6) Riwayat Sosial, ekonomi, pribadi
Pasien merupakan seorang pegawai dengan seorang istri dan 2 orang anak. Pasien
mengaku kondisi ekonominya cukup untuk menghidupi anak dan istrinya. Hubungan
sosial pasien dengan keluarga dan lingkungannya baik. Pasien juga mengaku keadaan
rumahnya cukup bersih dan lapang untuk ditinggali 4 orang. Kebersihan rumah dan diri
pasien juga baik.

OBJEKTIF
1) Status presens
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Kepala
Leher
Dada
Jantung
Perut

: Tampak sakit ringan


: compos mentis
: 140/90
: 90 kali/ menit
: 20 kali/ menit
: 36,7 oC
: Normocephal, simetris
: Simetris, tidak teraba pembesaran KGB
: bentuk dada normal, simetris, vesikuler, tidak ada bunyi patologis
: Bunyi jantung 1 dan 2 murni regular, murmur (-), gallop (-)
: bentuk perut membuncit, BU (+) normal, tidak teraba pembesaran

hepar dan lien.


2) Status Psikis
Cara berpikir
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan

3) Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk
Nyeri tekan
Simetris
b. Leher
Sikap
Pergerakan
Kaku kuduk
c. Urat Saraf Kepala

: realistic, sesuai umur


: pasien sadar
: baik
: sesuai tingkat pendidikan

: Normosefali
: (-)
: (+)
: Simetris
: bebas
: (-)

N I (Olfaktorius)
Subjektif

: baik

Objektif ( teh, kopi, vanilla dan tembakau ) : tidak dilakukan


3

N II (Optikus)
Kanan

Kiri

Tajam penglihatan

tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Pengenalan warna

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Lapang pandang

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Fundus okuli

tidak dilakukan

tidak dilakukan

N III (Okulomotorius)
Kanan
Kelopak mata

Kiri

Terbuka

Terbuka

Superior

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Inferior

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Medial

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Endoftalmus

tidak ada

tidak ada

Eksoftalmus

tidak ada

tidak ada

Diameter pupil

3 mm

3 mm

Bentuk

bulat

bulat

Langsung

Tidak langsung

Strabismus

Gerakan mata :

Pupil :

Refeleks terhadap sinar

Nistagmus

Reflex konversi

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Refleks konsesuil

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Melihat kembar

N IV (trochlearis)
Pergerakan mata
Strabisumus
Diplpopia

tidak dilakukan
-

tidak dilakukan
-

N V ( Trigeminus)
Kanan

Kiri

Membuka mulut

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Mengunyah

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Menggigit

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Sensibilitas

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Refleks kornea

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Refleks masetter

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Mengunyah

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

N VI ( abdusens )
Kanan
Gerak mata lateral

tidak ada kelainan

Kiri
tidak ada kelainan

Strabismus

Diplopia

N VII ( Fasialis)
Kanan
Mengerutkan dahi

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Menutup mata

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Memperlihatkan gigi

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Bersiul

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Perasaan lidah bagian muka tidak dilakukan

tidak dilakukan

N VIII ( Vestibulokoklearis )
Kanan

Kiri

Kiri

Mendengar suara berisik

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Detik arloji

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Webber

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Rinne

tidak dilakukan

tidak dilakukan

N IX ( Glosofaringeus )
Kanan

Kiri

Perasaan bagian lidah belakang

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Sensibilitas

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Pharynx

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Refleks muntah

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Tersedak

tidak dilakukan

tidak dilakukan

N X ( Vagus )
Kanan

Kiri

Arkus faring

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Bicara

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Menelan

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

N XI ( Asesorius )
Kanan

Kiri

Mengangkat bahu

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Memalingkan kepala

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Kanan

Kiri

N XII ( Hipoglosus )

Pergerakan lidah

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Tremor lidah

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Artikulasi

baik, tidak ada kelainan

baik, tidak ada kelainan

Badan dan Anggota Gerak

Badan
o Motorik
Respirasi
Duduk
Bentuk columna vertebralis
Pergerakan columna vertebralis
o Sensibilitas
Kanan
Taktil
Baik

: Simetris dalam keadaan statis dan dinamis


: dapat dilakukan
: Normal
: sedikit berkurang
Kiri
Baik
7

Nyeri
Thermi
Diskriminasi
Lokalisasi

Baik
tidak dilakukan
tidak dilakukan
baik

o Refleks
Refleks kulit perut atas
Refleks kulit perut bawah
Refleks kulit perut tengah
Refleks kremaster

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan

Anggota gerak atas


o Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi
o Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi
Lokalisasi
o Refleks
Biceps
Triceps
Brachioradiolis

Baik
tidak dilakukan
tidak dilakukan
baik

Kanan
Bebas
5,5,5
normotonus
tidak ada
Kanan
baik
baik
tidak dilakukan
tidak dilakukan
baik
Kanan
++
++
++

Kiri
Bebas
5,5,5
normotonus
tidak ada
Kiri
baik
baik
tidak dilakukan
tidak dilakukan
baik
Kiri
++
++
++

Anggota gerak bawah


o Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi

Kanan
baik
4,4,5
Normotonus
tidak ada

Kiri
terbatas
5,5,5
Normotonus
tidak ada

o Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi
Lokalisasi

Kanan
Baik
Bertambah
tidak dilakukan
tidak dilakukan
baik

Kiri
berkurang
baik
tidak dilakukan
tidak dilakukan
baik
8

o Refleks
Patella
Achilles
Babinski
Tes Chaddoux
Tes Laseque
Tes Bragard
Tes Patrick
Tes Anti-Patrick

Kanan
++
++
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)

Kiri
++
++
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Alat Vegetative
a. Miksi
: baik
b. Defekasi : baik
4) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:*
-

Terlampir

Pemeriksaan MRI (2006):**


-

Terlampir

RINGKASAN
1. Subjektif
Pasien datang untuk kontrol mengenai rasa sakit yang menjalar dari pinggang ke kaki
kanannya.
Pasien memiliki riwayat operasi penyakit HNP sebanyak 2 kali, yakni pada tahun 2003 dan
2006. Setelah operasi pasien merasa baik-baik saja meski kadang ada rasa kesemutan pada
kakinya. Pada tanggal 28 Maret 2015 tiba-tiba pasien merasakan rasa sakit yang luar biasa
sehingga pasien memutuskan untuk datang ke IGD dan dirawat inap.
2. Objektif
9

Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah : 140/90
Nadi
: 90 kali/ menit
Pernapasan
: 20 kali/ menit
o
Suhu
: 36,7 C
Kekuatan dan gerakan pada anggota gerak bagian atas baik dan bawah kanan baik,
anggota gerak bawah kanan ada terbatasnya gerakan karena rasa sakit.
3. Assesment
Diagnosis Klinis

: Ischialgia dextra

Diagnosis Topis

:Radiks medulla spinalis setinggi L5-S1

Diagnosis Etiologi

: Hernia Nucleus Pulposus

4. Planning
a. Medika Mentosa
o Analgetik
o NSAID

: Parasetamol 500 mg 3x/hari


: Celecoxib 200 mg 2x/hari

b. Non Medika Mentosa


o Tirah baring
o Edukasi gaya hidup ( bekerja secara ergonomic, turunkan berat badan berlebih,
olahraga berenang)
o Penggunaan lumbal korset
o Fisioterapi

PROGNOSIS
Ad vitam

: ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

10

TINJAUAN PUSTAKA
---A. DEFENISI
HNP ( Hernia Nukleus Pulposus ) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui robekan
annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.1,2

B. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :2
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus ( gel )
akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks.2
11

Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif ( nyeri ) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal
( mekanis, termal, kimiawi ). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi
yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk
mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.3
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator
inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada
serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput
pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan
biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan
dasar pemeriksaan Laseque.2,3

C. ETIOLOGI
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :2-4
-

Degenerasi diskus intervertebralis


Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
Riwayat trauma
Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu

lama.
Sering membungkuk.
Posisi tubuh saat berjalan
Proses degeneratif ( usia 30-50 tahun ).
Struktur tulang belakang.
Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang. Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus
tidak kuat menahan nucleus pulposus ( gel ) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang
berada di canalis vertebralis menekan radiks.

D. FAKTOR RESIKO

12

Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :2-4


1
2
3

Umur : makin bertambah umur risiko makin tinggi


Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

Faktor risiko yang dapat dirubah :2-4


1. Pekerjaan dan aktivitas
Duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau
gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam
jangka waktu yang lama.
3. Merokok
Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang
diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain pada
punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang
E. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat terjadi kesegala
arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke arah postero-lateral yang
menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana
yang terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina.5
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia ( nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus ). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai di bawah lutut.
Bila saraf sensorik yang besar ( A beta ) terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan
dermatomnya.5
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :4,5

Nyeri punggung bawah.


Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan dari bokong
menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.

13

Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak
membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin akibat
bertambahnya tekanan intratekal.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/ tungkai
bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon

patella ( KPR ) dan achilles ( APR ).


Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual.
Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk

mencegah kerusakan fungsi permanen.


Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat.

1. Pemeriksaan penunjang1-5
a Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi ( EMG )
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi
atau tahap kompresi
b Somato Sensoric Evoked Potential ( SSEP )
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati
c Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka
myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan
kompresi radiks dari neuropati perifer.
d MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda equina. Alat ini sedikit kurang teliti
daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku emas
untuk HNP.
e Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau memperlihatkan perubahan
degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.

14

Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

g
h

Pemeriksaan Laboratorium klinik


Pemeriksaan lain, misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block ( melakukan blok
langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang menuju ke sana ).

15

F. TERAPI
Pada prinsipnya penanganan HNP dapat mencakup :2-4
1. Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid ( OAINS ) diperlukan untuk jangka waktu pendek disertai
dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle
relaxan karena memiliki efek depresan. Pada tahap awal, apabila didapati pasien dengan depresi
premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri, pemberian anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan
simptomatis lainnya, kadang-kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi,
OAINS, dan penenang.
2. Penanganan operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri berat/intractable/ menetap/
progresif.
Defisit neurologik memburuk
Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak berhasil.
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologi.
3. Rehabilitasi Medik
a. High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik ( CEM ) berfrekuensi 27 MHz dan panjang gelombang 11,06 m, dapat
memberikan efek lokal antara lain :
- Mempercepat resolusi inflamasi kronik
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling menjauh. Efek mekanis traksi
pada tulang belakang adalah :
- Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi
- Peregangan terhadap diskus intervertebralis
- Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus artikularis.
- Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh
4. Pembedahan
Merupakan tindakan yang paling jarang di lakukan. Pada umumnya dilakukan bila nyeri karena tonjolan
discus ( hernia nucleus pulposus HNP). Bila nyeri tidak teratasi dan kelemahan tungkai beranjak
memburuk, karena tekanan pada saraf.

16

Pencegahan3,4

Latihan Punggung Setiap Hari

1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan gerakkanlah
menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah
beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut
dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi
beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up
parsial, dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai.
Lakukan beberapa kali.

Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.


2. Tekukan lutut, bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukkan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda

Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama


2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar dengan
paha. Gunakan alat bantu ( seperti ganjalan/bantalan kaki ) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama, letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki secara
bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik tidak teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi

Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak rendah

17

2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan buah untuk
mencegah konstipasi.

PROGNOSIS
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan motoris biasanya lebih
cepat dari pada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan/prognosis
adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial.
Sebagian besar pasien sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh
dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat lambat dan
tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri pinggang bawah dengan
iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa iskialgia. Dari penelitian Weber, tahun
pertama terdapat perbaikan secara signifikan pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun
kedua kelompok baik dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang ada
tidak berbeda secara signifikan.2-4
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta P. Neurologi klinis dasar edisi 4, cetakan kelima. Jakarta: PT Dian Rakyat; 1999. 8795.
2. Sidharta P. Sakit Neuromuskuler dalam praktek umum. Jakarta: PT Dian Rakyat. 182-212
3. Nuarta B. Kapita selekta kedokteran: ilmu penyakit saraf edisi 3, jilid kedua, cetakan ke
enam. Jakarta:Media Aesculapius; 2004. 54-59
4. Purwanto ET. Hernia nucleus pulposus. Jakarta: Perdosi
5. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT Dian Rakyat; 2005. 197-215

18

Anda mungkin juga menyukai