Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
diperlukan untuk menjalani kehidupannya. Menurut UU Sisdiknas (2003: 1)
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar

dan

proses

pembelajaran

mengembangkan potensi dirinya

agar

peserta

didik

secara

aktif

untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan adalah usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada
pada anak baik sebagai individu manusia maupun anggota masyarakat agar
dapat mencapai kesempurnaan hidup (Ki Hajar Dewantoro dalam Arif
Rohman, 2009: 8). Pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap
kehidupan manusia. Dengan pendidikan, seseorang dapat meraih cita-citanya
dan mendapatkan kebahagiaan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimilikinya, oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan
melakukan pembelajaran sebaik-baiknya agar diperoleh hasil yang maksimal.
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar. Bagaimana belajar memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. (Dimyati dan Mujiono,
2002: 157). Pembelajaran di kelas hendaknya dikelola, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Pembelajaran tersebut mengacu pada kurikulum sekolah.
Pembelajaran di kelas tidak terlepas dari aktivitas belajar siswa. Melalui
aktivitas belajar siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengalaman
belajar sehingga proses belajar mengajar akan menjadi lebih bermakna bagi
siswa. Pelaksanaannya juga harus dilaksanakan dengan menerapkan
pendekatan yang relevan sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang.
Matematika merupakan salah satu jenis dari enam
materi ilmu yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmuilmu social dan linguistik. Didasarkan pada pandangan
konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar
matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan
1

konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan


anak berusaha memecahkannya (Hamzah, 2007: 126).
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu
kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh
sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun
demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering
diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata.
Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari
konsep matematika. Selama mempelajari matematika di
kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari
penalaran

deduktif

maupun

induktif

sering

ditemukan

meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar


bernalar. (Depdiknas, 2003: 5 6 )
Menurut

Muksetyo

(2007:

26)

pembelajaran

matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar


kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi
tentang bahan matematika yang dipelajari. Suatu proses
pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang
dilakukan guru untuk menciptakan situasi kelas agar siswa
belajar

dengan

menggunakan

model

pembelajaran

terbimbing.
Menurut Prihantoro (2006: 21) tujuan pembelajaran
matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir
sistematis,

logis,

mengembangkan

kritis,
sikap

kreatif,
gigih

dan

dan

konsisten,

percaya

diri

serta
dalam

menyelesaikan masalah. Agar tujuan pembelajaran dapat


tercapai dengan baik, guru harus mampu mengorganisir
semua

komponen

sedemikian

rupa

sehingga

antara

komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi


secara harmonis. Salah satu komponen dalam pembelajaran
adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode

pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan


materi, siswa dan konteks pembelajaran. Sehingga dituntut
kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran
serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajar.
Penerapan pendekatan pembelajaran yang sesuai juga sangat
memengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui
usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan
positif yang disebut proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan
suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh tingkat
konsentrasi siswa ketika melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Hal
tersebut sangat dipengaruhi cara pengajaran guru yang kurang menarik.
Hasil analisis terhadap nilai ulangan matematika siswa kelas IV SDN
3 Kamolan menunjukkan bahwa masih banyak siswa belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapan oleh sekolah, yaitu 65.
Dari 15 siswa hanya 3 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, dan 12
siswa lainnya memperoleh nilai di bawah KKM. Rendahnya hasil belajar
matematika tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya cara
pengajaran guru yang konvensional, guru belum menerapkan pendekatan
pembelajaran, serta guru tidak menggunakan benda konkret (nyata) ketika
mengajar. Oleh sebab itu, perlu suatu solusi dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran yang tepat.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada
peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan
berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif
dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima
gagasan dari orang lain dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni,
2000).
Pendekatan

yang

mulai

dikembangkan

di

Indonesia

untu

meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran matematika adalah


pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

PMRI menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran


bermakna dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat
realistik (nyata). Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu
masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Menurut Zulkardi
(2000) PMRI adalah pendekatan yang bertitik tolak dari hal-hal yang real
nyata bagi siswa, serta menekankan keterampilan proses berdiskusi dengan
teman sekelas sehingga pada akhirnya hasil penemuanya tersebut dapat ia
gunakan untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun masalah
kelompok.
Dasar filosofi yang digunakan dalam PMRI ini adalah kontrukstivisme
yaitu dalam memahami suatu konsep matematika siswa diharapkan
membangun dan menemukan sendiri pemahamnnya. Karakteristik dari
pendekatan ini adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk membangun pemahaman tentang konsep yang baru dipelajarinya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar melalui
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Materi
Jaring-jaring Kubus pada Siswa Kelas IV SDN 3 Kamolan Tahun Pelajaran
2015/2016.
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah dalam Penelitian Tindakan
Kelas di kelas IV SDN 3 Kamolan sebagai berikut:
a. Hasil belajar siswa belum mencapai KKM.
b. Siswa belum terlibat dalam pembelajaran.
c. Siswa belum bisa memahami konsep materi pelajaran.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dapat dianalisis masalah dalam
proses pembelajaran antara lain sebagai berikut:
a. Pengajaran guru yang masih konvensional.
b. Guru belum menerapkan pendekatan pembelajaran Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
c. Guru tidak menggunakan benda konkret (alat peraga) ketika mengajar.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari hasil identifikasi masalah dan analisis masalah di atas, maka
penulis akan melakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika khususnya jaringjaring kubus melalui pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) yang dituangkan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika
materi jaring-jaring kubus pada siswa kelas IV SDN 3 Kamolan tahun
pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Tujuan Umum
Pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika
dalam menentukan jaring-jaring kubus pada siswa kelas IV.
2. Tujuan Khusus
Pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika
dalam menentukan jaring-jaring kubus pada siswa kelas IV SDN 3
Kamolan tahun pelajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat menjelaskan bahwa
pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar materi jaring-jaring
kubus pada siswa kelas IV SDN 3 Kamolan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Dapat meningkatkan aktivitas siswa
pembelajaran.

dalam

mengikuti

3) Dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang jaring-jaring


kubus.
b. Manfaat bagi guru
1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar.
2) Meningkatkan kinerja guru dalam mengajar matematika,
khususnya materi jaring-jaring kubus.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih baik dan lebih
kondusif bagi peningkatan kompetensi sekolah.
2) Pendekatan PMRI dapat digunakan sebagai referensi untuk
meningkatkan kualitas pengajaran matematika di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai