PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda,
sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat
asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan
menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan
berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang
bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan
netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH
meter.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu dalam keadaan
tertidur, istilah pernapasan yang lazim igunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan yaitu
pernapasan luar(eksterna)merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah
keseluruhan serta dalam pernapasandalam (interna) merupakan penggunaan O2 dan pembentukan
CO2 oleh sel sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah pompa ventilasi paru.Sehubungan dengan
organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara ekspirasi maka
mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Organ yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu hidung, pharynx, laring, trakhea, bronkus,
bronkeolus, alveoli, dan paru-paru.
Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa dalam tubuh sangat
penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar kimia asam basa sukar dipisahkan
dengan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ dalam berbagai larutan dapat berubah dan
perubahan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.
Hampir semua reaksi biokimia di dalam tubuh kita tergantung dari pemeliharaan
konsentrasi ion hidrogen yang fisiologis. Konsentrasi ion hidrogen harus diatur secara ketat karena
Page
1
perubahan dari konsentrasi ion hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ yang luas. Pengaturan
ini (yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa) merupakan hal yang sangat penting bagi
anesthesiologist.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan
asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam
basa dalam tubuh. Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang gangguan keseimbangan
asam dan basa dalam tubuh, beserta asuhan keperawatan yang dilakukan. Semoga bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang seperti yang diuraikan di atas, dapat ditarik atau dibuat beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud dengan asam basa ?
2.
Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?
3.
Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
4.
Apa saja ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
5.
Bagaimana contoh asuhan keperawatan pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka disimpulkan beberapa tujuan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Defenisi Kimia Asam Basa
a. Asam
Asam adalah substansi yang mengandung 1 atau lebih H + yang dapat dilepaskan dalam
larutan ( donor proton ). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik dalam tubuh
Page
2
adalah menguap dan tak menguap (volatile dan nonvolatile). Asam volatile dapat berubah antara
bentuk cairan maupun gas.
Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan
dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat
memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan
elektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah.
Asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
b. Basa
Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau bersenyawa
dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti natrium hidroksida (NaOH),
terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam. Basa yang lemah, seperti
natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian terurai dalam larutan dan kurang bereaksi kuat
dengan asam.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu
basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti
sabun bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan asam.
B. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada cairancairan tubuh. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan
fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara
kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan penyangga pH yang paling penting
dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
Page
3
kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit
karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus
yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru
karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah
karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam. CO2
juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen
metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.
C. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh
Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH plasma, suatu indikator
konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam rentang normal yang sempit antara 7,35-7,45. Mekanisme ini
mencakup aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang, pH didefinisikan
sebagai konsentrasi H+, makin banyak ion hidrogen, makin asam suatu larutan dan makin rendah
pH. Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan sebesar
sepuluh kali lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam plasma.
a. Bufer Kimia
Page
4
Bufer kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar dalam ph cairan
tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat bekerja dengan cepat
untuk mencegah perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Sistem bufer utama tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam karbonik. Normalnya
ada 20 bagian bikarbonat(HCO3-) untuk satu bagian asam karbonik (H 2CO3). Jika rasio ini
berubah, maka nilai pH akan berubah. Rasio inilah yang penting dalam mempertahankan ph,
bukan nilai absolutnya. Perawat harus mengingat bahwa karbondioksida merupakan asam
potensial, jika CO2 dilarutkan dalam air, ia akan berubah menjadi asam karbonik (CO 2 + H2O
= H2CO3). Karena itu, ketika karbondioksida ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga
meningkat dan sebaliknya.
Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan ekstraseluler termasuk fosfat
anorganik dan protein plasma. Bufer intraseluler termasuk protein, fosfat organik dan
anorganik, dan dalam sel darah merah, hemoglobin.
b. Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu
meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus ginjal.
Dalam keadaan asidosis respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik, ginjal
mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk membantu
mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan alkalosis metabolik dan respiratorik, ginjal
mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu mempertahankan keseimbangan. Ginjal
jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal.
Kompensasi ginjal untuk ketidakseimbangan secara relatif lambat (dalam beberapa jam atau
hari).
c. Paru-paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu
juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan
hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam
darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO 2) merupakan
stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah
Page
5
arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek
yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada
keadaan
asidosis
metabolik, frekuensi
pernapasan meningkat
sehingga
menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam).
Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan
penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam).
D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam
darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis
respiratorik
terjadi
jika
paru-paru
tidak
dapat
mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
1) Emfisema
2) Bronkitis kronis
3) Pneumonia berat
4) Edema pulmoner
5) Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan.
c. Gejala
Page
6
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat,
namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Manifestasi Klinik
1) Pada keadaan hipoventilasi CO2 tertahan dan akan berikatan H2O menyebabkan
meningkatnya HCO3.
2) H2CO3 akan berdisosiasi enjadi H+ dan HOO sehingga dalam analisa gas darah
didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.
3) pH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah sehingga
mempermudah pelepasan O2 ke jaringan sehingga saturasi turun.
4) PCO2 meningkat, CO2 jaringan dan otak juga meningkat. CO 2 akan bereaksi dengan
H2O membentuk H2CO3.
5) Meningkatnya PaCO2 dan H+ akan menstimulasi pusat pernafasan di medulla Oblongata
sehingga timbul hiperventilasi. Secara klinis akan tampak respirasi cepat dan dalam
Analisa Gas Darah (AGD): PaCO2 turun.
6) Pusing, bingung, letargi, muntah sebagai akibat dari penurunan CO 2 dan H+ akan
mengakibatkan pembuluh darah cerebral.
7) Aliran darah cerebral meningkat sehingga terjadi oedema otak dan mendepresi Susunan
Saraf Pusat
8) Gagalnya mekanisme pernafasan dan meningkatnya PaCO2 akan menstimulasi ginjal
untuk meningkatkan NaHCO3 yang berfungsi sebagai sistem buffer mejadi lebih asam.
Hal ini urin menjadi asam dan HCO3 meningkat, pernafasan dangkal dan lambat.
9) Meningkatnya ion H+ mempengaruhi mekanisme kompensasi sehingga H+ masuk
intrasel dan Kalium (K) intrasel masuk ke dalam plasma.
10) Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis yang kritis akan mendepresi otak dan fungsi
jantung. Secara klinis akan tampak: PaCO2 menurun, pH turun, hiperkalemia, penurunan
kesadaran dan aritmia.
Bila PaCO2 secara kronis diatas nilai 50 mmHg, pusat pernapasan menjadi sensitif
secara relatif terhadap karbondioksida sebagai stimulan perbapasan menyisakan hipoksemia
sebagai doronganutama pernapasan. Pemberian oksigen dapat menghilangkan stimulus
Page
7
hipoksemia, dan pasien mengalami nekrosis karbondioksida, kecuali situasi ini diatasi
dengan cepat. Karenanya, oksigen harus diberikan dengan sangat waspada.
e. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas darah arteri menunjukan pH kurang dari 7,35 dan PaCO 2 lebih
besar dari 42 mmHg pada asidosis akut. Bila kompensasi telah terjadi secara sempurna
(retensi bikarbonat oleh ginjal), pH arteri mungkin dalam batasan normal lebih rendah.
Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik tindakan diagnostik lain dapat mencakup
evaluasi elektrolit serum, rontgen dada untuk menentukan segala penyakit pernapasan, dan
skrin obat jika diduga terjadi takar lajak obat. Pemeriksaan EKG untuk mengidentifikasi
segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK mungkin juga tampak.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti berada
sesuai dengan penyebab ketidakadekuatan ventilasi. Preparat farmakologi digunakan sesuai
indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme bronkhial, dan
antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari
dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan
drainase pluren. Hidrasi yang adekurat (2-3 1/hari) di indikasikan untuk menjaga membran
mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik, yang digunakan
secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang
tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga
ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk
mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO 2 harus diturunkan secara
lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding
dada.
g. Jenis Asidosis Respiratorik
1) Asidosis Respiratorik Akut
Respon kompensasi terhadap peningkatan PaCO2 secara akut (6-12 jam) adalah
terbatas. Sistem penyangga yang berperan secara primer dilakukan oleh hemoglobin dan
pertukaran H+ ekstraseluler dengan Na+ dan K+ dari tulang dan kompartemen cairan
interstisial. Respon ginjal untuk mempertahankan bikarbonat dalam jumlah lebih sangat
Page
8
terbatas pada keadaan yang akut. Sebagai hasilnya, [HCO3-] plasma meningkat hanya
sekitar 1 mEq/L untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO2 di bawah 40 mmHg.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan
baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam
yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk
dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan
asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal
sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau
penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
1) Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
2) Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3) Ketoasidosis diabetikum
4) Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang
diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan
sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Page
10
4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Page
12
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu,
alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut
dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
ASIDOSIS RESPIRATORIK
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data : pasien datang dengan keluhan sesak napas
a. Identitas pasien
1) No. Register :
2) Nama
: Ny.Cinthia
3) Jenis kelamin: Perempuan
4) Umur
: 35th
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan
: wiraswasta
7) Status
: sudah menikah
8) Agama
: islam
9) Alamat
: sugio_lamongan
10) Tanggal waktu datang :
Page
13
6)
7)
8)
C. RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi keperawatan pada klien adalah klien tidak mengalami gangguan gas, tidak
terjadi peningkatan TIK, tidak ada perubahan napas, dan perfusi jaringan optimal
.
Dx 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO 2, penurunan asupan oksigen,
hipoventilasi, narcosis CO2
Tujuan : dalam waktu 1/24 jam setelah diberikan, gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Intervensi
Rasional
Kaji klien yang dicurigai mengalami Tujuan penanganan asidosis respiratorik akut adalah
asidosis respiratorik secara cepat dan memulihkan ventilasi efektif secepatnya dengan
tepat
Istirahatkan
klien
dengan
mendasarinya
posisi Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru
fowler
optimal.
Istirahat
akan
meningkatkan
Cari
factor
penyebab
mengurangi
tenaga
cadangan
kerja
jantung,
jantung,
kronis
dan
mengalami
peningkatan PaCO2 secara akut, harus dicari factorfaktor penyebab seperti pneumonia atau emboli paru
yang dapat memperberat kelainan yang mendasarinya
eksternal
dan
pembatasan
pengunjung
akan
perubahan
kesadaran,
catat
sianosis
berada di ruangan.
tingkat Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru
serta yang sehat dapat menggangu oksigenasi organ vital
pemilihan
cairan
klien
yang
mengalami
hipoksemia
pemberian Mekanisme pathogenesis peningkatan permeabilitas
alveokapiler mengakibatkan edema interstitial dan
alveolar. Pemberian cairan yang berlebihan pada
orang normal dapat menyebabkan edema paru dan
gagal pernapasan. Pilihan koloid versus cairan
kristaloid
unutk
menggantikan
terapi
masih
berat
badan
harian
akurat
utama
terapi
cairan
adalah
untuk
pemberian
mekanik.
melihat
dengan
cepat
perkembangan
setelah
mendapat intervensi.
ventilasi Pemberian ventilasi mekanik jika terjadi krisis.
Perhatian yang besar harus ditunjukkan dalam
pemberian O2 pada klien-klien hiperkapnea kronis.
Dx.2. Pola napas tidak efektif yang berhubunagn dengan gangguan konduksi elektrikal,
peningkatan pH sel-sel miokardium.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Intervensi
Rasional
Auskultasi bunyi napas (krakles)
Indikasi edema paru
Kaji adanya edema.
sekunder
dekompensasi jantung.
Curiga gagal kongestif/kelebihan
Page
17
akibat
volume
cairan.
Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru
optimal.
Istirahat
jantung,
meningkatkan
jantung,
dan
akan
mengurangi
tenaga
menurunkan
kerja
cadangan
tekanan
darah.
diastole
pemulihan,
sehingga
berat
badan
Kolaborasi :
tanda-tanda
dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada keadaan normal, autoregulasi mempertahankan
Page
18
nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
pada hipertensi sistolik.
vascular
serebral
yang
dapat
di
pasien
untuk
batuk.
infeksi.
membatasi Aktvitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial
Anjurkan
untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri
bergerak atau berbalik ditempat tidur. dari efek valsava.
Anjurkan klien untuk menghindari Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan
batuk dan mengejan berlebihan.
intracranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan Ransangan aktivitas yang meningkat dapat
batasi pengunjung.
perdarahan
dalam
kasus
stroke
hemoragik/perdarahan lainnya.
Kolaborasi :
Berikan cairan per infuse dengan Meminimalkan fruktuasi pada beban vascular dan
perhatian ketat.
tekanan
intracranial,
retriksi
cairan
dapat
Monitor
kadar
natrium
serum
dan
dengan
7. Memberikan O2 4 liter/menit
8. Mengauskultasi bunyi napas (krakles)
9. Mengkaji adanya edema.
10. Mengistirahatkan klien dengan posisi fowler
11. Mengukur intake dan output.
12. Menimbang berat badan
13. Mempertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular.
14. Membaringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
15. Memantau tanda-tanda neurologis dengan GCS.
16. Memonitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada hipertensi
sistolik.
17. Membantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untukmengeluarkan napas
apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.
18. Menganjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
19. menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Kolaborasi :
1.
2.
3.
4.
E. EVALUASI
1. Dx 1 :
Hasil yang diaharapkan
a. Melaporkan tak adanya /penurunan dipsnea
b. Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan
c. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
d. Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 0,005 : HCO3 24 2 mEq/L, dan PaCO2 40 mmHg
2. Dx 2 :
Hasil yang diharapkan
a. klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit respons batuk berkurang.
3. Dx 3 :
Hasil yang diharapkan
a. klien tidak gelisah; tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS 4,5,6; pupil isokor;
refleks cahaya (+).
b. Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali per menit, suhu : 36-36,7o C, pernapasan 16-20
kali permenit),
Page
20
c. serta klien tidak mengalami deficit neurologis seperti lemas, agitasi, iritabel, hirefleksia, dan
spastisitas dapat terjadi serta akhirnya timbul koma, kejang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Page
21
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh
manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ
dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Dua kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis
adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit
mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan
pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari
sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis
respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.
A. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.
Page
22