Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda,
sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat
asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan
menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan
berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang
bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan
netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH
meter.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu dalam keadaan
tertidur, istilah pernapasan yang lazim igunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan yaitu
pernapasan luar(eksterna)merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah
keseluruhan serta dalam pernapasandalam (interna) merupakan penggunaan O2 dan pembentukan
CO2 oleh sel sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah pompa ventilasi paru.Sehubungan dengan
organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara ekspirasi maka
mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Organ yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu hidung, pharynx, laring, trakhea, bronkus,
bronkeolus, alveoli, dan paru-paru.
Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa dalam tubuh sangat
penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar kimia asam basa sukar dipisahkan
dengan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ dalam berbagai larutan dapat berubah dan
perubahan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.
Hampir semua reaksi biokimia di dalam tubuh kita tergantung dari pemeliharaan
konsentrasi ion hidrogen yang fisiologis. Konsentrasi ion hidrogen harus diatur secara ketat karena
Page
1

perubahan dari konsentrasi ion hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ yang luas. Pengaturan
ini (yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa) merupakan hal yang sangat penting bagi
anesthesiologist.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan
asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam
basa dalam tubuh. Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang gangguan keseimbangan
asam dan basa dalam tubuh, beserta asuhan keperawatan yang dilakukan. Semoga bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang seperti yang diuraikan di atas, dapat ditarik atau dibuat beberapa rumusan
masalah, antara lain:
1.
Apa yang dimaksud dengan asam basa ?
2.
Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?
3.
Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
4.
Apa saja ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh ?
5.
Bagaimana contoh asuhan keperawatan pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka disimpulkan beberapa tujuan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui pengertian asam basa


Untuk mengetahui pengertian keseimbangan asam basa
Untuk mengetahui pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh
Untuk mengetahui ganggguan keseimbangan asam basa dalam tubuh
Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pasien dengan gangguan keseimbangan asam
basa

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Defenisi Kimia Asam Basa
a. Asam
Asam adalah substansi yang mengandung 1 atau lebih H + yang dapat dilepaskan dalam
larutan ( donor proton ). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses metabolik dalam tubuh

Page
2

adalah menguap dan tak menguap (volatile dan nonvolatile). Asam volatile dapat berubah antara
bentuk cairan maupun gas.
Asam adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan
dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat
memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan
elektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah.
Asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.
b. Basa
Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap atau bersenyawa
dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa yang kuat, seperti natrium hidroksida (NaOH),
terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam. Basa yang lemah, seperti
natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian terurai dalam larutan dan kurang bereaksi kuat
dengan asam.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa memiliki pH lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu
basa kuat dan basa lemah. Basa mempunyai rasa pahit dan merusak kulit, terasa licin seperti
sabun bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan asam.
B. Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+) pada cairancairan tubuh. Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan
fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara
kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan penyangga pH yang paling penting
dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
Page
3

kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit
karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus
yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru
karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah
karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam. CO2
juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen
metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.
C. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh
Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH plasma, suatu indikator
konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam rentang normal yang sempit antara 7,35-7,45. Mekanisme ini
mencakup aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang, pH didefinisikan
sebagai konsentrasi H+, makin banyak ion hidrogen, makin asam suatu larutan dan makin rendah
pH. Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan sebesar
sepuluh kali lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam plasma.
a. Bufer Kimia
Page
4

Bufer kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar dalam ph cairan
tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat bekerja dengan cepat
untuk mencegah perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Sistem bufer utama tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam karbonik. Normalnya
ada 20 bagian bikarbonat(HCO3-) untuk satu bagian asam karbonik (H 2CO3). Jika rasio ini
berubah, maka nilai pH akan berubah. Rasio inilah yang penting dalam mempertahankan ph,
bukan nilai absolutnya. Perawat harus mengingat bahwa karbondioksida merupakan asam
potensial, jika CO2 dilarutkan dalam air, ia akan berubah menjadi asam karbonik (CO 2 + H2O
= H2CO3). Karena itu, ketika karbondioksida ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga
meningkat dan sebaliknya.
Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan ekstraseluler termasuk fosfat
anorganik dan protein plasma. Bufer intraseluler termasuk protein, fosfat organik dan
anorganik, dan dalam sel darah merah, hemoglobin.
b. Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu
meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus ginjal.
Dalam keadaan asidosis respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik, ginjal
mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk membantu
mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan alkalosis metabolik dan respiratorik, ginjal
mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu mempertahankan keseimbangan. Ginjal
jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal.
Kompensasi ginjal untuk ketidakseimbangan secara relatif lambat (dalam beberapa jam atau
hari).
c. Paru-paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu
juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan
hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam
darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO 2) merupakan
stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah
Page
5

arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek
yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada

keadaan

asidosis

metabolik, frekuensi

pernapasan meningkat

sehingga

menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam).
Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan
penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam).
D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam
darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis

respiratorik

terjadi

jika

paru-paru

tidak

dapat

mengeluarkan

karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
1) Emfisema
2) Bronkitis kronis
3) Pneumonia berat
4) Edema pulmoner
5) Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme
pernafasan.
c. Gejala

Page
6

Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat,
namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Manifestasi Klinik
1) Pada keadaan hipoventilasi CO2 tertahan dan akan berikatan H2O menyebabkan
meningkatnya HCO3.
2) H2CO3 akan berdisosiasi enjadi H+ dan HOO sehingga dalam analisa gas darah
didapatkan PaCO2 meningkat dan PH turun.
3) pH yang rendah disertai meningkat 2.3 DPG intra seluler sel darah sehingga
mempermudah pelepasan O2 ke jaringan sehingga saturasi turun.
4) PCO2 meningkat, CO2 jaringan dan otak juga meningkat. CO 2 akan bereaksi dengan
H2O membentuk H2CO3.
5) Meningkatnya PaCO2 dan H+ akan menstimulasi pusat pernafasan di medulla Oblongata
sehingga timbul hiperventilasi. Secara klinis akan tampak respirasi cepat dan dalam
Analisa Gas Darah (AGD): PaCO2 turun.
6) Pusing, bingung, letargi, muntah sebagai akibat dari penurunan CO 2 dan H+ akan
mengakibatkan pembuluh darah cerebral.
7) Aliran darah cerebral meningkat sehingga terjadi oedema otak dan mendepresi Susunan
Saraf Pusat
8) Gagalnya mekanisme pernafasan dan meningkatnya PaCO2 akan menstimulasi ginjal
untuk meningkatkan NaHCO3 yang berfungsi sebagai sistem buffer mejadi lebih asam.
Hal ini urin menjadi asam dan HCO3 meningkat, pernafasan dangkal dan lambat.
9) Meningkatnya ion H+ mempengaruhi mekanisme kompensasi sehingga H+ masuk
intrasel dan Kalium (K) intrasel masuk ke dalam plasma.
10) Ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis yang kritis akan mendepresi otak dan fungsi
jantung. Secara klinis akan tampak: PaCO2 menurun, pH turun, hiperkalemia, penurunan
kesadaran dan aritmia.
Bila PaCO2 secara kronis diatas nilai 50 mmHg, pusat pernapasan menjadi sensitif
secara relatif terhadap karbondioksida sebagai stimulan perbapasan menyisakan hipoksemia
sebagai doronganutama pernapasan. Pemberian oksigen dapat menghilangkan stimulus

Page
7

hipoksemia, dan pasien mengalami nekrosis karbondioksida, kecuali situasi ini diatasi
dengan cepat. Karenanya, oksigen harus diberikan dengan sangat waspada.
e. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi gas darah arteri menunjukan pH kurang dari 7,35 dan PaCO 2 lebih
besar dari 42 mmHg pada asidosis akut. Bila kompensasi telah terjadi secara sempurna
(retensi bikarbonat oleh ginjal), pH arteri mungkin dalam batasan normal lebih rendah.
Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik tindakan diagnostik lain dapat mencakup
evaluasi elektrolit serum, rontgen dada untuk menentukan segala penyakit pernapasan, dan
skrin obat jika diduga terjadi takar lajak obat. Pemeriksaan EKG untuk mengidentifikasi
segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK mungkin juga tampak.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi; tindakan yang pasti berada
sesuai dengan penyebab ketidakadekuatan ventilasi. Preparat farmakologi digunakan sesuai
indikasi. Sebagai contoh, bronkodilator membantu menurunkan spasme bronkhial, dan
antibiotik yang digunakan untuk infeksi pernapasan. Tindakan hygiene pulmonari
dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernapasan dari mukus dan
drainase pluren. Hidrasi yang adekurat (2-3 1/hari) di indikasikan untuk menjaga membran
mukosa tetap lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.
Oksigen suplemen diberikan bila diperlukan. Ventilasi mekanik, yang digunakan
secara waspada dapat memperbaiki ventilasi pulmonari. Penggunaan ventilasi mekanik yang
tidak bijaksana dapat menyebabkan eksresi karbondioksida yang demikian cepat sehingga
ginjal tidak mampu untuk mengeliminasi kelebihan biokarbonat dengan cukup cepat untuk
mencegah alkalosis dan kejang. Untuk alasan ini, kenaikan PaCO 2 harus diturunkan secara
lambat. Membaringkan pasien dalam posisi semifowler memfasilitasi ekspansi dinding
dada.
g. Jenis Asidosis Respiratorik
1) Asidosis Respiratorik Akut
Respon kompensasi terhadap peningkatan PaCO2 secara akut (6-12 jam) adalah
terbatas. Sistem penyangga yang berperan secara primer dilakukan oleh hemoglobin dan
pertukaran H+ ekstraseluler dengan Na+ dan K+ dari tulang dan kompartemen cairan
interstisial. Respon ginjal untuk mempertahankan bikarbonat dalam jumlah lebih sangat

Page
8

terbatas pada keadaan yang akut. Sebagai hasilnya, [HCO3-] plasma meningkat hanya
sekitar 1 mEq/L untuk setiap peningkatan 10 mmHg dari PaCO2 di bawah 40 mmHg.

2) Asidosis Respiratorik Kronis


Kompensasi ginjal yang maksimal menandakan terjadinya asidosis respiratorik
kronis. Kompensasi ginjal dapat dinilai hanya setelah 12-24 jam dan mungkin mencapai
maksimal setelah 3-5 hari. Selama waktu itu, peningkatan PaCO 2 yang bertahan sejak
lama menyebabkan kompensasi ginjal yang maksimal. Selama asidosis respiratorik
kronis, [HCO3-] plasma meningkat sekitar 4 mEq/L untuk setiap peningkatan 10 mmHg
dari PaCO2 dibawah 40 mmHg.
Pemberian oksigen harus dilakukan dengan sangat waspada pada pasien yang
mengalami retensi CO2 dimana terjadi hipoksia ketimbang hiperkapnea yang
mengstimulasi ventilasi.
2. Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi
kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu
banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
adalah :
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila dimakan
dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis
aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
Page
9

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah
satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan
baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam
yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk
dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan
asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal
sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau
penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
1) Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
2) Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3) Ketoasidosis diabetikum
4) Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.

d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang
diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan
sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Page
10

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan


bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam
urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam
darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau
overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan
pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh,
diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun
tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis
atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi
asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya
memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:
1) Rasa nyeri
2) Sirosis hati
3) Kadar oksigen darah yang rendah
4) Demam
5) Overdosis aspirin.
c. Gejala
Page
11

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat


menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa
terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam
darah arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai
contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Page
12

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu,
alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1) Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2) Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3) Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut
dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
ASIDOSIS RESPIRATORIK
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data : pasien datang dengan keluhan sesak napas
a. Identitas pasien
1) No. Register :
2) Nama
: Ny.Cinthia
3) Jenis kelamin: Perempuan
4) Umur
: 35th
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan
: wiraswasta
7) Status
: sudah menikah
8) Agama
: islam
9) Alamat
: sugio_lamongan
10) Tanggal waktu datang :
Page
13

11) Orang yang dapat dihubungi .. (telp)


12) Diterima dari rumah sakit. datang sendiri. Lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengatakan bahwa sering merasa pusing.
Klien mengatakan berat badannya turun 5 kg dalam 2 bulan terakhir.
Klien terlihat letih dan lemah.
Mata klien terlihat pucat.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Hal yang mendahului keluhan :
b) Sifat terjadinya gejala :
c) Lokalisasinya gejala dan sifatnya :
d) Berat ringannya keluhan dan perkembangannya :
e) Lamanya keluhan berlangsung :
f) Upaya mengatasi
3) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Riwayat pemakaian jenis obat jumlah dosis jumlah
dosis terakhir pemakainnya ..
b) Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah
dialami, atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.
c) Lain-lain.
4) Riwayat kesehatan keluarga/keturunan
(penyakit dari salah seorang anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit
5)

6)
7)

8)

pasien saat ini).


Pola/kebiasaan
a) Pola nutrisi
Diet khusus/suplemen :
Nafsu makan :
Pola makan : teratur
b) Pola minum : c) Berat badan sebelumnya : ; dan BB terakhir :
d) Penggunaan gigi palsu : e) Kesukaran menelan :
Pola eliminasi
a) B.A.B : . kali/hari, warna tidak terkaji.
b) B.A.K : . Kali/hari, warna tidak terkaji....
Pola aktivitas
a) Pekerjaan : ibu rumah tangga
b) Jam kerja :_
c) Kemampuan melakukan aktivitas :
Personal hygiene
a) Mandi : b) Berpakaian : Page
14

c) Rambut : d) Gigi dan mulut : e) Kuku : 9) Pola persepsi


a) Persepsi terhadap penyakit : b) Persepsi terhadap arti kesehatan : 10) Pola istirahat
a) Jam tidur : kurang
b) Masalah selama tidur : sering begadang
11) Pola hubungan dan peran
a) Pekerjaan : pegawai
b) Status pekerjaan : c) Kemampuan bekerja : d) Hubungan dengan klien : e) Gangguan terhadap peran : 12) Pola nilai dan keyakinan
a) Pantangan dalam agama selama sakit : b) Kebutuhan rohani : 2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : kelelahan
b) Tanda : ataksia, kehilangan koordinasi
2) Sirkulasi
a) Tanda : hipotensi
b) Nadi kuat, kulit hangat berkenaan dengan hivopentilasi menunjukkan vase dilatasi
(asidosisi berat)
c) Takikardia, sianosis.
3) Makanan/cairan
Gejala
: mual atau muntah
4) Neurosensori
a) Gejala : sakit kepala dangkal, pusing, gangguan penglihatan.
b) Tanda : ketakutan, gelisah, tremor, penurunan reflek.
5) Pernapasan
a) Gejala : dipsnea dengan pergerahan tenaga
b) Tanda : peningkatan upaya pernapasan dengan pernapasan cuping hidung atau
menguap, Penurunan frekuensi pernapasan.Mengi, stridor.
B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan oksigen,
hipoventilasi, narcosis CO2.
2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, peningkatan
pH sel-sel miokardium.
3. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut PaCO2,
hipoksemia pada pembuluh darah otak.
Page
15

C. RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi keperawatan pada klien adalah klien tidak mengalami gangguan gas, tidak
terjadi peningkatan TIK, tidak ada perubahan napas, dan perfusi jaringan optimal
.
Dx 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO 2, penurunan asupan oksigen,
hipoventilasi, narcosis CO2
Tujuan : dalam waktu 1/24 jam setelah diberikan, gangguan pertukaran gas tidak terjadi
Intervensi
Rasional
Kaji klien yang dicurigai mengalami Tujuan penanganan asidosis respiratorik akut adalah
asidosis respiratorik secara cepat dan memulihkan ventilasi efektif secepatnya dengan
tepat

memberikan terapi O2 dan mengatasi sebab yang

Istirahatkan

klien

dengan

mendasarinya
posisi Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru

fowler

optimal.
Istirahat

akan

meningkatkan
Cari

factor

penyebab

mengurangi
tenaga

cadangan

menurunkan tekanan darah.


yang Apabila klien hiperkapsnea

memperberat asidosis respiratorik.

kerja

jantung,

jantung,

kronis

dan

mengalami

peningkatan PaCO2 secara akut, harus dicari factorfaktor penyebab seperti pneumonia atau emboli paru
yang dapat memperberat kelainan yang mendasarinya

serta dapat mempercepat terjadinya krisis.


Manajemen lingkungan : lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
tenang dan batasi pengunjung

eksternal

dan

pembatasan

pengunjung

akan

membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang


akan berkurang apabila banyak pengunjung yang
Evaluasi

perubahan

kesadaran,

catat

sianosis

berada di ruangan.
tingkat Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru
serta yang sehat dapat menggangu oksigenasi organ vital

perubahan warna kulit, termasuk dan jaringan tubuh.


membrane mukosa dan kuku.
Pantau kadar hemoglobin

Kebanyakan volume O2 ditraspor ke jaringan dalam


ikatan hemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan
Page
16

O2dalam darah menurun sebagai akibat ventilasi


mekanik dan suplemen akan minimal. Pengukuran
berkala hemoglobin perlu untuk kalkulasi kandungan
O2 yang akan menentukan kebutuhan untuk tranfusi
Beri O2 4 liter/menit
Kolaborasi

pemilihan

cairan

sel darah merah.


Pemenuhan O2 pada

klien

yang

mengalami

hipoksemia
pemberian Mekanisme pathogenesis peningkatan permeabilitas
alveokapiler mengakibatkan edema interstitial dan
alveolar. Pemberian cairan yang berlebihan pada
orang normal dapat menyebabkan edema paru dan
gagal pernapasan. Pilihan koloid versus cairan
kristaloid

unutk

menggantikan

terapi

masih

controversial. Meskipun perkembangan teknologi,


pengukuran

berat

badan

harian

akurat

(kecenderungan) sering merupakan indicator penting


terhadap ketidakseimbangan cairan.
Tujuan

utama

terapi

cairan

adalah

untuk

mempertahankan parameter fisiologis normal.


Kolaborasi untuk memantau gas Pemeriksaan secara berkelanjutan dan ketat akan
darah secara ketat
Kolaborasi

pemberian

mekanik.

melihat

dengan

cepat

perkembangan

setelah

mendapat intervensi.
ventilasi Pemberian ventilasi mekanik jika terjadi krisis.
Perhatian yang besar harus ditunjukkan dalam
pemberian O2 pada klien-klien hiperkapnea kronis.

Dx.2. Pola napas tidak efektif yang berhubunagn dengan gangguan konduksi elektrikal,
peningkatan pH sel-sel miokardium.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Intervensi
Rasional
Auskultasi bunyi napas (krakles)
Indikasi edema paru
Kaji adanya edema.

sekunder

dekompensasi jantung.
Curiga gagal kongestif/kelebihan
Page
17

akibat
volume

cairan.
Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru

Istirahatkan klien dengan posisi fowler

optimal.

Istirahat

jantung,

meningkatkan

jantung,

dan

akan

mengurangi
tenaga

menurunkan

kerja

cadangan

tekanan

darah.

Lamanya berbaring juga meransang dieresis


karena berbaring akan memperbaiki perfusi
ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot
pernapasan dan penggunaan oksigen. Frekuensi
jantung menurun yang akan memperpanjang
waktu

diastole

pemulihan,

sehingga

memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.


Penurunan curah jantung mengakibatkan

Ukur intake dan output.

gangguan perfusi ginjal, retensi air/air, dan


penurunan pengeluaran urine.
Perubahan tiba-tiba pada

Timbang berat badan

berat

badan

menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.


Pertahankan pemasukan total cairan 2.000 Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular.

dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan

Kolaborasi :

adanya dekompensasi jantung


Hipokalemi dapat membatasi keefektifan terapi.

Pantau data laboratorium elektrolit


kalium.
Dx. 3. Penurunan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut
PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 perfusi jaringan otot dapat tercapai secara optimal.
Intervensi
Rasional
Baringkan klien (bed rest) total Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat
dengan posisi tidur terlentang tanpa menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.
bantal.
Pantau

tanda-tanda

neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.

dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada keadaan normal, autoregulasi mempertahankan
Page
18

nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati keadaan tekanan darah sistemik berubah secara
pada hipertensi sistolik.

fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan


kerusakan

vascular

serebral

yang

dapat

di

manifestasikan dengan peningkatan sistolik dan


diikuti oleh penurunan tekanan diastolic. Sedankan
peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan
Bantu
muntah,

pasien

untuk

batuk.

infeksi.
membatasi Aktvitas ini dapat meningkatkan tekanan intracranial

Anjurkan

pasien dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu

untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri
bergerak atau berbalik ditempat tidur. dari efek valsava.
Anjurkan klien untuk menghindari Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan
batuk dan mengejan berlebihan.
intracranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan Ransangan aktivitas yang meningkat dapat
batasi pengunjung.

meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan


ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan
terhadap

perdarahan

dalam

kasus

stroke

hemoragik/perdarahan lainnya.
Kolaborasi :
Berikan cairan per infuse dengan Meminimalkan fruktuasi pada beban vascular dan
perhatian ketat.

tekanan

intracranial,

retriksi

cairan

dapat

menurunkan edema serebral.


Monitor natrium serum.

Monitor

kadar

natrium

serum

dan

dengan

mengobservasi perubahan-perubahan dalam tandatanda neurologis.


D. IMPLEMENTASI
1. Mengkaji pasien terhadap asidosis respiratorik.
2. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi fowler
3. Mencari factor penyebab yang memperberat asidosis respiratorik.
4. Membuat manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung
5. Mengevaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis serta perubahan warna kulit,
termasuk membrane mukosa dan kuku.
6. Memantau kadar hemoglobin
Page
19

7. Memberikan O2 4 liter/menit
8. Mengauskultasi bunyi napas (krakles)
9. Mengkaji adanya edema.
10. Mengistirahatkan klien dengan posisi fowler
11. Mengukur intake dan output.
12. Menimbang berat badan
13. Mempertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular.
14. Membaringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.
15. Memantau tanda-tanda neurologis dengan GCS.
16. Memonitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada hipertensi
sistolik.
17. Membantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untukmengeluarkan napas
apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.
18. Menganjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
19. menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Kolaborasi :
1.
2.
3.
4.

Memantau gas darah secara ketat


memberikan ventilasi mekanik.
Memberikan cairan per infuse dengan perhatian ketat.
Memonitorkan natrium serum.

E. EVALUASI
1. Dx 1 :
Hasil yang diaharapkan
a. Melaporkan tak adanya /penurunan dipsnea
b. Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan
c. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
d. Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 0,005 : HCO3 24 2 mEq/L, dan PaCO2 40 mmHg
2. Dx 2 :
Hasil yang diharapkan
a. klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit respons batuk berkurang.

3. Dx 3 :
Hasil yang diharapkan
a. klien tidak gelisah; tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS 4,5,6; pupil isokor;
refleks cahaya (+).
b. Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali per menit, suhu : 36-36,7o C, pernapasan 16-20
kali permenit),
Page
20

c. serta klien tidak mengalami deficit neurologis seperti lemas, agitasi, iritabel, hirefleksia, dan
spastisitas dapat terjadi serta akhirnya timbul koma, kejang

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Page
21

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh
manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ
dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.
Dua kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis
adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit
mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan
pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari
sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis
respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.
A. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.

Page
22

Anda mungkin juga menyukai