Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan
yang paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat
darurat pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah
epigastrium. Hal ini mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa
gastritis, dimana untuk memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan
penunjang lainnya seperti endoscopi.
Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka kejadian gastritis di
Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada
beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus
dari 238,452,952 jiwa penduduk.
Gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat.Penyakit
gasrtritis terjadi pada semua golongan umur. Lebih kurang 95% penderita di
masyarakat adalah termasuk gastritis akut. Ketidakseimbangan faktor agresif
dan defensif lambung dapat menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi
antara lain oleh kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi.
Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun
gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulkus)
dan dapat meningkatkan risiko dari kanker lambung.
Sadli, Umangasaji. 2012. Laporan Studi Kasus Penatalaksanaan Diet
Pada Pasien Suspect gastritis di Ruang Interna Pria RSUD Dr. H. Chasan
Boesoirie Ternate. Ternate: Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate
Gustin, Rahmi Kurnia. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan kejadian Gastritis pada Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas
Gulai Bancah Kota Bukittinggi. http://id.scribd.com/doc/109823925/17JURNAL-PENELITIAN
Dewasa ini fenomena yang ada, masyarakat sering menggunakan
obat-obatan analgesik sebagai obat lini pertama untuk mengurangi nyeri.
Kusumobroto (2003) menyebutkan bahwa NSAIDs adalah obat yang paling

banyak diresepkan di dunia. NSAIDs seperti asam asetil salisilat (aspirin) dan
indomethasin (indocin) menimbulkan efek samping pada saluran cerna.
Efek samping NSAIDs pada lambung adalah merusak mukosa
lambung dengan 2 mekanisme, yakni : tropikal dan sistemik. Kerusakan
mukosa secara tropikal terjadi karena NSAIDs bersifat asam dan lipofilik,
sehingga mempermudah trapping ion hidrogen masuk mukosa dan
menimbulkan kerusakan. Efek sistemik lebih penting, dimana terjadi
kerusakan mukosa akibat penurunan produksi prostaglandin yang bersifat
sitoprotektif bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi itu dilakukan dengan
cara menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi mukosa dan ion
bikarbonat dan meningkatkan pertahanan epitelial. Aliran darah mukosa yang
menurun menimbulkan adresi neutrofil pada endotel pembuluh darah dan
memacu lebih jauh proses imunologis. Radikal bebas dan protease yang
dilepaskan akibat proses imunologis akan merusak mukosa lambung, dan
menimbulkan peradangan lambung yang disebut gastritis.
IPD EDISI 4
Pengobatan gastritis saat ini dilakukan dengan pemberian penghambat
sekresi asam (PPI, H2 blocker) serta antasida yang merupakan penurunan
keasaman lambung. Medika mentosa yang selama ini diberikan, memiliki
beberapa efek samping seperti antasida aluminium oksida yang memiliki efek
samping obstipasi, mulut kering. Terapi lainnya bisa dengan analog
prostaglandin, namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala
seperti jangkauan harga yang tinggi.
Masyarakat mulai meminati konsep pengobatan back to nature
dengan menggunakan obat-obatan herbal sebagai pilihan, baik sebagai
pencegahan maupun terapi gastritis karena minimnya efek samping apabila
dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Salah satu contohnya adalah aloe
vera yang berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan
membantu proses regenerasi sel. Berdasarkan hasil penelitian Trelie Boel,
mengenai daya anti bakteri pada beberapa konsentrasi dan kadar hambat
tumbuh minimal dari aloe vera, menyatakan bahwa aloe vera banyak
mengandung zat kimia yang terutama terdapat pada gel aloe vera yang terdiri
atas komponen-komponen organik dan anorganik yang bermanfaat dalam
pengobatan. kandungan utamanya adalah aloe emodin yang berguna untuk

membantu

penyembuhan

dan

perbaikan

jaringan.

Kandungan

ini

memungkinkan manfaatnya dalam penyembuhan kerusakan yang terdapat


membran mukosa.
Penelitian menunjukkan,dengan pemberian gel lidah buaya 2 ml 2
kali sehari, tukak lambung pada tikus yang diinduksi aspirin (100mg/kg)
berhasil disembuhkan. Khasiat mengobati tukak lambung ini berasal dari
Aloenin dan Magnesium laktat dalam daun lidah buaya yang diidentifikasi
sebagai Aloctin A dan Aloctin B. Aloctin A menghambat sekresi asam
lambung dan pepsin jika diberikan secara intra vena pada tikus. Kandungan
yang berkhasiat lain adalah Aloin dan Antrakinon yang dapat meningkatkan
produksi prostaglandin. Selain itu, lidah buaya mempunyai khasiat
antiinflamasi. Gel lidah buaya mengandung bradykinase,yaitu suatu enzim
pemecah sumber inflamasi, bardykinin.
Selain lidah buaya, madu juga memiliki efek perlindungan terhadap
obat-obatan yang merusak lambung. Madu juga dapat mengurangi derajat
keasaman/pH serta membantu mencegah terjadinya perdarahan pada
lambung ataupun usus. Walaupun memiliki pH yang rendah, madu dapat
meningkatkan pH lambung. Hal ini disebabkan oleh kandungan mineral
madu yang bersifat basa dan berfungsi sebagai buffer.
Permen juga dapat mencegah terjadinya

gastritis.

Aktivitas

mengunyah bisa merangsang produksi air liur yang bersifat basa sehingga
mampu menetralisir asam lambung. Selain itu, bertambahnya produksi air
liur juga dapat meningkatkan upaya pembersihan lambung. Kombinasi gel
aloe vera dan madu dalam bentuk permen akan menjadikan gaster lebih
terlindungi dengan faktor pertahanan masing-masing dari tiap komponen.
Dengan alasan demikian, sehingga diharapkan kombinasi aloe vera dengan
madu dalam bentuk permen jelly dapat menjadi alternatif baik sebagai
preventif maupun kuratif terhadap terjadinya peradangan pada lambung yang
dikenal dengan gastritis.
Sejati, Megi Nur Prabowo. 2010. Gastritis dan Pengobatan
Tradisional. Universitas Jember. http://id.scribd.com/doc/45310422/Gastritisdan-Pengobatan-Tradisional

Idris, maryam. 2013. Efektifitas Ekstrak Aloe Vera terhadap


Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Sanguis. Makassar : Universitas
Hasanuddin (skripsi).
Wijnaputri, Ginong Pratidina. 2012. Pengaruh Pemberian Susu
Kedelai Putih (Glycine max) Ultra High Temperature (UHT) terhadap
Gambaran Histologi Lambung Mencit yang Diinduksi Aspirin. Surakarta:
Skripsi Universitas Sebelas Maret.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh aplikasi kombinasi aloe vera dan madu dalam
bentuk permen jelly dalam preventif maupun kuratif gastritis pada
gambaran histopatologi tikus wistar yang diinduksi aspirin.
2. Apakah pengaruh aplikasi kombinasi aloe vera dan madu dalam
bentuk permen jelly efektif dalam preventif maupun kuratif gastritis?
1.3. Luaran yang Diharapkan
Artikel mengenai Aplikasi kombinasi aloe vera dan madu dalam bentuk
permen jelly dalam bentuk preventif dan kuratif gastritis pada gambaran
histopatologi tikus wistar yang diinduksi asirin Yang akan dipublikasikan
dalam jurnal kedokteran.
1.4.

Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh aplikasi kombinasi aloe vera dan madu dalam bentuk
permen jelly dalam preventif maupun kuratif gastritis pada gambaran
histopatologi tikus wistar yang diinduksi aspirin.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui bagaimana cara kerja kombinasi aloe vera dan madu
dalam bentuk permen jelly dalam preventif maupun kuratif dalam
mengurangi tingkat keparahan gastritis
2. Mengetahui jumlah efektif kombinasi aloe vera dan madu dalam
bentuk permen jelly dalam preventif maupun kuratif dalam
mengurangi tingkat keparahan gastritis

1.5.

Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat aplikasi kombinasi aloe vera
dan madu dalam bentuk permen jelly dalam preventif maupun kuratif dalam

mengurangi tingkat keparahan gastritis pada gambaran histopatologi tikus


wistar yang diinduksi aspirin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Anatomi Lambung Tikus


Anatomi dan fisiologi organ lambung tikus putih sama dengan
manusia yaitu monogastrik dan lapisan mukosa glandular yang terdiri dari sel
mukus, sel parietal, sel chief dan sel G ( Ghoshal dan Bal 1989, Bailey, Fox
dan Anderson etal. 2002). Bringman et al. (1995); Miller (1996) menyatakan
bahwa secara anatomis lambung mamalia dibagi atas 4 regio, yaitu cardia,
fundus, body atau corpus dan pilorus. Struktur anatomi dan histologi lambung
tikus sama dengan manusia, maka perubahan yang terjadi akibat pengaruh
aspirin akan dapat dipakai sebagai model pada manusia.

2.2.

Histofisiologi Lambung
Menurut Beveleander et al. (1988); Bringman et al. (1995); Gartner
dan Hiatt (2001), secara umum, histologi lambung dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian yaitu: mukosa, submukosa, muskularis mukosa dan serosa.
Lambung memiliki dua fungsi utama yaitu, fungsi pencernaan dan
fungsi motorik. Fungsi pencernaan dan sekresi lambung berkaitan dengan
pencernaan protein, sintesis dan sekresi enzim-enzim pencernaan. Selain
mengandung sel-sel yang mensekresi mukus, mukosa lambung juga

mengandung dua tipe kelenjar tubular yang penting yaitu kelenjar oksintik
(gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik terletak pada bagian corpus
dan fundus lambung, meliputi 80% bagian proksimal lambung. Kelenjar
pilorik terletak pada bagian antral lambung. Kelenjar oksintik bertanggung
jawab membentuk asam dengan mensekresikan mukus, asam hidroklorida
(HCl),

faktor

intrinsik

dan

pepsinogen.

Kelenjar

pilorik

berfungsi

mensekresikan mukus untuk melindungi mukosa pilorus, juga beberapa


pepsinogen, renin, lipase lambung dan hormon gastrin (Guyton dan Hall
1997).
2.3. Gastritis
Gastritis merupakan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Sylvia at al, 2006). Robin
92007) mendefinisikan gastritis sebagai peradangan mukosa lambung.
Gastritis diderita hampir 1,7 milyar penduduk dunia. Gastritis terbagi menjadi
dua yaitu gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronis (Budiyana,
2006).
Gastritis superfisialis akut merupakan peradangan pada lambung akut
yang biasanya bersifat transien. Peradangan disertai perdarahan pada mukosa
dan pada kasus yang lebih berat lagi disertai pelepasan epitel mukosa
superfisial (Robbins at al, 2007). Keluhan yang ditembulkan seperti nyeri
abdomen, bersendawa, mual, muntah, sampai perdarahan (Sylvia at al, 2006).
Patogenesis sering dikaitkan dengan penggunaan NSAID, konsumsi alkohol,
rokok, obat kemoterapi, dan urekimia (Robbins at al, 2007).
Gastritis atrofik kronis didefinisikan sebagai peradangan mukosa
lambung yang disertai atrofi epitel disertai kehilangan sel prinsipal dan sel
parietal, selain itu disertai penurunan aktivitas pepsin akibat getah lambung
yang sangat sedikit. Gejala yang ditimbulkan seperti mual, muntah, dan rasa
tidak nyaman pada abdomen, atau dapat juga disertai gejala anemia pernisiosa
(Robbins at al, 2007 ; Junqueira dan Caneiro, 2007). Penyebab sering
dikaitkan dengan infeksi H.Pylori dan autoimun (Robbins at al, 2007)
2.4.

Aloe Vera

Aloe vera adalah tanaman yang menyukai tempat panas, berdaun tebal
dengan duri di tepinya dan banyak berisi gel. Gel inilah yang biasanya
dimanfaatkan sebagai obat, termasuk untuk mengobati gastritis (Lucie
Widowati.2003).
Khasiat mengobati tukak lambung ini berasal dari Aloenin dan
Magnesium laktat dalam daun lidah buaya yang diidentifikasi sebagai
AloctinA dan Aloctin B. Aloctin A menghambat sekresi asam lambung dan
pepsin jika diberikan secara intra vena pada tikus. Kandungan yang berkhasiat
lain adalah Aloin dan Antrakinon yang dapat meningkatkan produksi
prostaglandin. Selain itu, lidah buaya mempunyai khasiat antiinflamasi. Gel
lidah buaya mengandung bradykinase, yaitu suatu enzim pemecah sumber
inflamasi, bardykinin.
2.5.

Madu
Madu merupakan produk sampingan dari nektar bunga dan saluran
aero-pencernaan atas dari lebah madu, yang terkonsentrasi melalui proses
dehidrasi di dalam sarang lebah (Eteraf-Oskouei T, Najafi M, 2013).
Penerapan madu sebagai pembalut luka menyebabkan stimulasi proses
penyembuhan dan cepat membersihkan infeksi. Madu merangsang regenerasi
jaringan dan mengurangi peradangan.
Madu bersifat hipertonik, dengan cara menyerap cairan yang ada
disekitarnya sehingga madu dapat membantu pembentukan bikarbonat. Air
akan bereaksi dengan karbondioksida yang ada di dalam lambung, dengan
bantuan karbonik anhidrase terbentuk asam karbonat. Asam karbonat akan
terurai kembali menjadi hidrogen dan bikarbonat (Masud,2000:52).
Bikarbonat penting untuk menjaga agar pH permukaaan epitel tetap netral
(Henderson,1995:32), sedangkan ion hidrogen akan merangsang pelepasan
somatostatin dari sel endokrin di dinding lambung. Somatostatin menghambat
sekresi asam lambung juga menghambat pelepasan histamin dan gastrin
(Vander,2004:573). Terhambatnya pelepasan histamin dan gastrin akan
menurunkan sekresi asam lambung pada preepitel.

2.6. Permen Jelly

Permen jelly adalah salah satu jenis kembang gula yang disukai
karena

memiliki sifat yang khas. Kekhasan tersebut terletak pada rasa,

bentuk, kekenyalan dan elastisitas produk (Hambali et al., 2004).


Permen jelly yang dibuat dari buah ataupun sayuran memiliki
kelebihan akan nilai nutrisi dibandingkan dengan yang ada di pasaran yang
hanya berasal dari penambahan esence dari bahan kimia. Produk ini juga
memiliki masa simpan yang cukup lama. Hal ini disebabkan produk kaya
akan gula sehingga tidak mudah dirusak oleh
demikian untuk menjaga kualitas

mikroorganisme, namun

selama penyimpanan sebaiknya produk

dikemas dengan baik agar terhindar dari air atau kelembaban karena akan
mempercepat kerusakan permen (Hidayat dan I karisztiana, 2004).
Permen jelly termasuk dalam makanan semi basah yang dibuat dari
sari buah dan bahan pembentuk gel, dengan kenampakan jernih dan
trasnparan, serta mempunyai tekstur dan kekenyalan tertentu (Harijono et al.,
2001)
Permen jelly memiliki tekstur kenyal sehingga aman saat dikonsumsi,
tidak melukai langit-langit mulut seperti saat mengkonsumsi permen jenis
hard candy yang bertekstur keras. Permen jelly bisa meminimalisir proses
kehilangan kandungan gizi yang terdapat dalam bahan baku selama
pengolahan, karena proses pemanasan dalam pembuatan permen jelly
menggunakan suhu dingin (120C).
file:///D:/PKM%202014/PKM%20P/Sumber/PERMEN%20JELLY
%20ALOE%20VERA,%20PERMEN%20NIKMAT%20KAYA
%20MANFAAT%20_%20Fakultas%20Teknik.htm
Aktivitas mengunyah bisa merangsang produksi air liur yang bersifat
basa sehingga mampu menetralisir asam lambung. Selain itu, bertambahnya
produksi air liur juga dapat meningkatkan upaya pembersihan lambung
http://e-journal.uajy.ac.id/1280/2/1BL00963.pdf
2.7. Aspirin
Aspirin adalah obat golongan NSAID yang merupakan obat
antipiretik dan analgesik golongan NSAID COX-nonselektif. Obat ini
digolongkan obat bebas (Wilmana at al, 2007). Aspirin dapat memperlemah
keutuhan dan daya regenarasi sel mukosa lambung dan dapat menyebabkan

persarahan saluran cerna apabila digunakan secara kronik (Wilmana at al,


2007).
Nonsteroid Anti-Inflamatory Drugs (NSAID) dapat memicu terjadinya
kerusakan lambung karena dua hal, yaitu efek iritan topikal pada epitel
lambung

dan penghambatan

sintesis

prostaglandin

(Gunadi, 2009).

Kemampuan NSAID menyebabkan kerusakan epitel diduga berkaitan dengan


fenomena ion trapping. Penghambatan biosintesis prostaglandin dapat
mengakibatkan

turunnya

kemampuan

mukosa

lambung

untuk

mempertahankan diri terhadap iritan, sedangkan menurut Trautmann (1991)


aspirin merusak lambung dengan cara vasokontriksi pembuluh darah. NSAID
juga menurunkan hifrofobisitas lapisan sel mukosa lambung yang merupakan
pertahanan utama terhadap induksi oleh asam.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Desain Penelitian
Desain penelitian adalah true eksperiment yang menggunakan hewan coba
tikus. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi kombinasi aloe vera dan
madu dalam bentuk permen jelly sebagai proteksi maupun terapi gastritis pada
lambung tikus. Rancang penelitian yang digunakan yaitu teknik pasca tes

dengan pemilihan (the post test only control group design).


3.2.
Alat Penelitian
3.2.1. Intsrumen untuk Pemeliharaan Hewan Coba
1. Kandang hewan coba
2. Hand spray
3. Tempat makan dan minum hewan coba
4. Timbangan digital
3.2.2. Instrumen untuk Pemberian Aspirin dan ?????
Sonde gaster
3.2.3. Instrumen Pembedahan dan Pemeriksaan Postmortem Hewan Coba
1. Minor set (Pisau cukur, scalpel, pinset, hemostat/klem bengkok,
guntung)
2. Papan bedah
3. Spuit 10 ml
4. Jarum suntik ukuran 23 G
5. Kamera digital
3.2.4. Instrumen Sanitasi dan Higiene
1. Sarung tangan
2. Sabun cuci tangan antispetik
3. Jas laboratorium
4. Masker
5. Alkohol
3.3. Bahan Penelitian
3.3.1. Hewan Coba dan Bahan untuk Pemeliharaan Hewan Coba
1.
Dua puluh satu (21) ekor tikus betina
2.
Pakan standar

3.
Sekam
4.
Alkohol 70%
3.3.2. Bahan untuk Pelakuan
1.
Aquades
2.
Aspirin
3.
Aloe vera dalam bentuk gel
4.
Madu hutan
3.3.3. Bahan untuk Pembedahan Tikus
1.
Kloroform
2.
NaCl 0,9% fisiologis (saline)
3.
Formalin 10%
3.4.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan di Laboratorium Farmakologi
Fakultas Farmasi dan Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.

3.5.

Populasi dan Sampel


Populasi : Penelitian ini adalah hewan coba tikus putih (Rattus novergicus
Strain Wistar)
Sampel : Cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple
random sampling yaitu dalam pengambilan sampelnya peneliti memberi hak
yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih
menjadi sampel sehingga terlepas dari ingin mengistimewakan satu atau
beberapa subyek untuk dijadikan sampel dan teknik ini dapat dilakukan
karena anggota populasinya homogen (Hasan, 2002), yaitu tikus putih dengan
jenis kelamin betina, berumur 12 minggu dan berat badan sekitar 150-200
gram, sehat (gerakannya lincah, matanya jernih, bulunya bersih dan baik),

tidak mendapatkan pengobatan sebelumnya.


3.6.
Besar Sampel
Pada Penelitian ini terdapat 3 macam perlakuan, yaitu; (1) Tikus yang hanya
diberi aquabides dari awal sampai pembedahan (kontrol negatif) (2) tikus
yang hanya diberi aspirin (kontrol positif), (3) tikus yang diberi kombinasi
aloe vera dan madu dengan dosis aloe vera 2 ml aloe vera, ditambah 1 gram
madu sebelum dan setelah diinduksi aspirin.
3.7.
Cara Kerja
3.7.1. Tahap penelitian
1. Adaptasi hewan coba

Tikus diadaptasikan di laboratorium farmakologi Fakultas Farmasi


Universitas Andalas selama 7 hari.
2. Pemberian Aspirin
Aspirin diberikan dengan dosis 200 mg/KgBB per oral menggunakan
sonde. Untuk kelompok protektif aspirin diberikan setelah 7 hari
pemberian aloe vera dan madu, sementara untuk kelompok terapi, aspirin
diberikan sebelum pemberian aloe dan madu.
3. Pemberian aloe vera dan madu
Aloe vera dan madu diberikan secara oral dengan menggunakan sonde
setelah ataupun sebelum induksi aspirin, tergantung kelompok protektif
atau terapi.
4. Proses pembedahan
3.7.2. Tahap pembuatan permen jelly
1. Tahap persiapan
Dimulai dengan persiapan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan seperti
timbangan, gelas ukur, alat pengukur suhu, kompor, saringan , panci,
pengaduk, dan plastik/toples. Bahan dibutuhkan seperti gel aloe vera,
madu, pengenyal seperti gelatin, karegenan dan agar-agar, gula, air, da
gula tepung.
2. Tahap pelaksanaan
Dimulai dengan membuat gel aloe vera dan dicampurkan dengan madu.
Kemudian ditambahkan gula pasir, garam, pektin dan asam sitrat sambil
dipanaskan. Bahan pengental diaduk hingga mengental.
Adonan permen yang sudah berbentuk gel dituangkan ke loyang,
dibiarkan

selama

15-30

menit.

Dilakukan

pendinginan

dengan

dimasukkan ke kulkas selama 12 jam (Marliati, 1992). Setelah itu dilapisi


dengan gula tepung untuk menghilangkan sifat lengket. Terkahir,
dikemas dalam palstik dan ditutup rapat dalam toples.
3.8.

Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik observasi
eksperimental. Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah pembedahan
pada tempat dan waktu yang sama. Metode pengumpulan data menggunakan
uji klinis terbuka dimana peneliti langsung mengamati hasil pengamatan

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1.

Anggaran Biaya

No
Deskripsi
Jumlah
Alat dan bahan
1 Tikus
6 ekor
2 Kandang tikus
6
Alat dan bahan pembuatan ulkus peptikum
1 Indometasin
2 Aquabides
2
3 Sonde
3
Alat dan bahan pembedahan
1 Alat bedah minor (gunting, pinset,
1
scalpel)
Alat identifikasi ulkus peptikum
1 Loupe
1
2 ATK
1 set
3 Lampu
4 Formalin 10%
500 ml
Pencegahan infeksi
1. Sabun botol + refill
1
2. Hand glove
1 kotak
Pemeliharaan, penimbangan tikus dan lain-lain
1 Botol air
6
2 Timbangan Sartorius 1103
3 Transportasi
4 Administrasi dan printing

Harga Satuan
Rp.
Rp.

30.000
15.000

Total
Rp. 180.000
Rp. 90.000

Rp. 35.000
Rp. 100.000

Rp.
Rp.

70.000
300.000

Rp. 250.000

Rp.

250.000

Rp. 1.000.000
Rp.
20.000

Rp. 1.000.000
Rp.
20.000

Rp.

200.000

Rp.

200.000

Rp.
Rp.

35.000
50.000

Rp.
Rp.

35.000
50.000

Rp.

2.000

Rp.

12.000

Rp.
Rp.

300.000
200.000

2.207.000

4.2.

Jadwal Kegiatan

Kegiatan

1
Minggu ke1 2 3 4

2
Minggu ke1 2 3 4

Bulan ke3
4
Minggu keMinggu ke1 2 3 4 1 2 3 4

I. Persiapan
1.1.
Persiapan laboratorium
1.2. Pembelian alat dan
bahan
II. Pelaksanaan
2.1. Adaptasi tikus
2.2. Pembuatan PROBYMAD
2.3. Pemberian indomethacin
2.4. Pemberian PROBYMAD
2.5. Pembedahan tikus
III. Pengolahan Data
3.1. Evaluasi hasil
3.2. Pengumpulan data
3.3. Analisis dan pengolahan
data
3.4. Penyusunan laporan
penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan
IPD Edisi 4

5
Minggu ke1 2 3 4

Pembuat pemen jelly


PKM P Mbak U

Anda mungkin juga menyukai