BAB 1
PENDAHULUAN
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi
yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya),
sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar
perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan
atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya
mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat
terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum,
laserasi vagina, cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.
Berdasarkan uraian diatas, jelas terlihat bahwa kejadian perdarahan postpartum
cukup banyak sehingga penatalaksanaanya memerlukan partisipasi dan kerjasama dari
semua pihak termasuk profesi kebidanan.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan late HPP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan
langkah-langkah berikut :
1) Melakukan pengumpulan data dari ibu late HPP
2) Merumuskan diagnosa kebidanan
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa
4) Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan
5) Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
berlangsung.
Perdarahan
postpartum
dibagi
menjadi
perdarahan
2.1.2 Epidemiologi
2222Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta
yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir
masa nifas (Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T, 2002). Kadang-kadang
plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga
secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga
perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan
Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi
kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan
untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala
tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan
derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat
mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai
terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan
penyebabnya:
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi perdarahan postpartum :
1. Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage), yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia
uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi
pada 2 jam pertama.
2. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage), yaituperdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
2.1.4 Etiologi
rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia
uteri.
Atoni
uteri
merupakan
sebab
terpenting
perdarahan
postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang
berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan
yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila
ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah
sementara
plasenta
belum
lepas
dari
rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila
perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan
banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena
atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena
perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami
anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan
berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan
sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta
lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian
perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada
perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan
suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang
diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu
dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim
sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinan
dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau
pengangkatan rahim.
Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :
a. Umur yang terlalu muda / tua
b. Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande multipara
c. Partus lama dan partus terlantar
d. Uterus terlalu regang dan besar, misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
e. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio plasenta
f. Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2) Laserasi Jalan lahir
Robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi. Robekan jalan lahir
merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan
dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan postpartum dengan
uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan servik atau
vagina.
seorang
b) Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih
apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral
dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
c) Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkum
c. Rupture uteri
3) Hematoma
ferensia
suboksipito
bregmatika.
Ini
merupakan
indikasi
untuk
segera
mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh.
Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
atau
perdarahan
yang
berlebihan
setelah
kelahiran.
2.1.5 Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar
tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma
jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga
menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada
ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya
fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari
perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada
keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir
adalah:
1. Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir)
1) Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2) Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3) Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi
yang lemah tersebut menjadi kuat.
2. Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak)
10
2.1.6 Diagnosis
perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan
berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum
tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap
persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada.
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. Perdarahan yang deras
vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan
fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan
postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi
abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan
lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras.
Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan
inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina,
hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.
Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
11
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
12
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah
memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi
oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk
memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.
plasenta atau selaput janin. bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual
atau di kuretase disusul dengan pemberian obat-obat uterotonika intravena. Perlu
dibedakan antara retensio plasenta dengan sisa plasenta (rest placenta). Dimana
13
retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir seluruhnya dalam setengah jam
setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta
dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer atau
perdarahan post partum sekunder.
Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga,
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta.
Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta :
1.
2.
14
3.
Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik yang serupa
dengan teknik yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar. Bila
servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
AMV atau dilatasi dan kuretase.
Catatan : jaringan yang melekat dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta.
Usaha untuk melepaskan plasenta yang melekat kuat dapat mengakibatkan
perdarahan berat atau perforasi uterus, yang biasanya membutuhkan tindakan
histerektomi.
4.
Lakukan pemeriksaan histologi dari jaringan hasil kuret atau histerektomi, jika
memungkinkan, untuk menyingkirkan penyakit trofoblas ganas.
5.
Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7
menit atau terbentuknya bekuan darah yang lunak yang mudah hancur
menunjukkan adanya kemungkinan koagulopati.
6.
Bila kadar Hb<8 gr% atau hematokrit kurang dari 20% berikan transfusi darah dan
berikan sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat
400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas
ferosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral
sekali sehari selama 6 bulan.
7.
Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau), berikan
antibiotik untuk metritis:
- Ampisillin 2 g IV setiap 6 jam
- Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
- Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
- Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosa.
Catatan : Antibiotika oral tidak diperlukan setelah terapi suntikan
Tindakan operatif yang dapat dilakukan dalam kala uri persalinan adalah :
15
1. Perasat Crede
ekspresi :
1) Syarat : Uterus berkontraksi baik dan vesika urinaria kosong
2) Teknik pelaksanaan
a.
Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu jari
terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan
permukaan belakang. Setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi
baik, maka uterus ditekan ke arah jalan lahir. gerakan jari-jari seperti meremas
jeruk. perasat Crede tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi
karena dapat menimbulkan inversion uteri.
b.
2. Manual Plasenta
1). Indikasi
pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan
uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.
penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi
diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg
intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau
duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat,
tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.
16
- spuit 5 ml (1)
- Sendok kuret
- Spuit 3 ml (1)
- Kateter
- Businator
- Tenakulum (1)
- Kassa
17
n. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung
sendok kuret melalui kanalis serviks ke dalam uterus hingga menyentuh
fundus
o. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam
hingga bersih
p. Evaluasi dengan kasa, lihat OUE masih perdarahan atau tidak
q. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks, evaluasi tempat jepitan lalu
bersihkan dengan povidon iodine 10%
r. Kumpulkan jaringan untuk lab patologi anatomi
Tanggal :
Oleh :
18
4)Riwayat obstetrik
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
a). Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus, kehamilan kembar, hidramnion retensi plasenta
b). Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang
waktu lahir
c). Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan,
ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri
dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
a). Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b). Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
e. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa
kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
3. Pola aktifitas sehari-hari
1). Makan dan minum, meliputi komposisi makanan dan frekuensi. Adapun
makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori,
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah
buahan.
2). Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi.
3). Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4). Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas.
19
2.2.3 ASSESMENT
Diagnosa
Masalah
Kebutuhan
20
7) Melakukan
observasi
lokasi
uterus
dan
derajat
kontraktilitas
uterus.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M P2002 DENGAN LATE HPP
DI GYNEK AKUT RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Pengkajian
: Ny. Misnah
Umur
: 33 Th
Umur
: 45 Th
Pendidikan
: SD
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Dagang
Pekerjaan
: Dagang
Agama
: Islam
Agama : Islam
Suku/Bangsa
: Madura/Indonesia
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Alamat
Kehamilan
Sua
mi
Ank
UK
Peny
Jenis
Persalinan
Pnl
Tmpt
g
Anak
Peny
Sex
BL/ PB
Nifas
H
Lakt
asi
Peny
KB
KET
21
1
9 bln
Spt B
Bdn
2800/
49
13 th
2 th
Inj 3
bln
Retp
las
2600/
48
14 hr
BPS
9 bln
Spt B
Bdn
BPS
: 14 tahun
Siklus
Dysmenorrhoe
FA
HT
: September 2009
10 th
-
22
buah.
1.2 Data Objektif
1.2.1 Pemeriksaan umum
Kesadaran
: Composmentis
TTV : TD: 130/90 mmHg; Nadi: 100 x/menit; Pernafasan: 28 x/menit; Suhu: 37C
1.2.2 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi mata : sklera ikterik, conjungtiva pucat
abdomen : Terdapat strie albican, tidak ada BSC.
Palpasi abdomen : TFU symphisis pusat, kontraksi uterus lembek
Pemeriksaan Dalam : V/V
CU
: Tak menonjol
: Pro kuretase
120 mg/dL
70 110
Alb
3,5 gr/dL
3,8 5,4
2,56 mmol/L
3,80 5,00
NA
133,1 mmol/L
136,0 144,0
CA
8,0 mg/dL
Ureum
23,5
8,1 10,4
23
Globulin
2,9
Hgb
9,3 gr/dL
11,0 18,0
Hct
28,8 %
35,0 60,0
Plt
363 L x 103 ul
150 450
2.3 Assesment
Diagnosa
o
: Ibu P2002 late HPP /k sub involusio uteri
Masalah
Kebutuhan
Masalah potensial
2.4 Planning
1) Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
E/ Ibu mengerti tentang penjelasan petugas dan lebih kooperatif untuk
pelaksanaan tindakan pemeriksaan dan perawatan.
2) Informed consent pro kuretase
E/ Ibu dan suami telah menandatangani informent concent untuk dilakukan
tindakan curetage
3) Mempersiapkan alat dan obat
E/ Persiapan alat :
- spuit 5 ml (1)
- Sendok kuret
- Spuit 3 ml (1)
- Kateter
- Businator
- Tenakulum (1)
- Kassa
24
- Uterotonika
- Antibiotoka Profilaksis
4) Mempersiapkan ibu untuk pelaksanaan kuretase
E/ Ibu tidur dalam posisi lithotomi
Terpasang O2
Pemberian obat Pronalgesik supositoria 2
5) Memberikan rehidrasi dan pemberian antibiotik profilaksis
E/ - Terpasang infus RL 20 tetes/menit (100 ml)
- Dilanjutkan cairan Pz 100 ml drip antibiotik clavamox 20 mg (sebagai
antibiotika profilaksis)
- Injeksi valium 1 ml
6) Melakukan tindakan kuretase oleh dokter
E/ Telah dilakukan kuretase (tanggal 16-06-2010, jam 17.30 WIB).
Terdapat sisa plasenta sedikit (dilakukan pemeriksaan sitologi PA)
7) Melakukan observasi tanda-tanda syok anafilaktik
E/ TD 120/80 mmHg, Nadi 86 x/menit, Pernapasan 24 x/menit, Suhu 37C
Tidak timbul gatal-gatal.
8) Memasukkan bahan PA (sisa plasenta) dalam wadah berisi formalin
E/ Keluarga membawa bahan PA ke laboratorium
9) Melakukan observasi perdarahan dan tanda-tanda vital sampai 2 jam post
kuretase.
E/ Tanggal 16-06-2010 Jam 19.30 WIB
Perdarahan berhenti, TD 120/90 mmHg, Nadi 84 x/menit, Pernapasan
24 x/menit.
10) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi :
Asam traneksamat 3x1
Asam mefenamat 3x500 mg
Roborantia 1x1
E/ Ibu telah mendapatkan obat sesuai dengan advis dokter
25
BAB 4
PEMBAHASAN
Dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M P2002 dengan late hpp
di Gynek Akut RSUD dr. Soetomo Surabaya dengan menggunakan alur pikir 7 langkah
varney, didapatkan:
1. Pengkajian data
Pengkajian data terlaksana dengan baik karena adanya kerjasama yang baik antara
pasien dengan petugas
2. Identitas masalah
Berdasarkan hasil anamneses, data subyektif maupun obyektif muncul diagnosa:
P2002 dengan late hpp dalam praktek sudah dikatakan adanya indikasi untuk
melakukan kuretase terhadap adanya sisa plasenta. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa perdarahan postpartum sekunder dapat disebabkan oleh adanya sisa
26
plasenta, dan perlu untuk dikeuarkan sisa plasenta tersebut dengan melakukan
tindakan kuretase.
3. Antisipasi masalah potensial
Dalam pengkajian data didapatkan masalah potensial yaitu syok hipovolemik dan
anemia. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dengan kenyataan yang ada.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
Asuhan kebidanan pada ibu dengan late hpp ada tindakan kebutuhan segera, yaitu
menghentikan perdarahan dan pemenuhan cairan dan elektrolit.
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan
Adapun rencana asuhan yang akan dilakukan atau diberikan karena klien sebagai
asuhan kebidanan sesuai dengan teori yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan
antara teori dengan kenyataan yang ada.
6. Implementasi
Rencana asuhan yang telah disusun semua telah diberikan / dilakukan pada Ny.
M P2002 dengan late hpp, yaitu :
1) Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
2) Melakukan pemasangan infus
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap
4) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan adanya sisa plasenta
5) Melaksanakan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan kuretase
6) Melakukan observasi perdarahan, tanda-tanda vital
7) Melakukan observasi lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus.
7. Evaluasi
Setelah semua rencana sudah dilakukan maka ditemukan keberhasilan dalam
melakukan asuhan, dan tidak ditemukan perbedaan antara teori dan praktek karena
semua rencana yang telah disusun sudah dilakukan pada klien.
27
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari uraian tentang masalah penerapan manajemen kebidanan dalam
2.
Dalam menganalisa data dengan cermat maka dapat dibuat diagnosa, masalah,
dan kebutuhan klien yang sesuai.
3.
Dalam menyusun rencana tindakan asuhan tidak mengalami kesulitan jika ada
kerja sama yang baik dengan klien.
28
Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang
keberhasilan asuhan kebidanan dan pelaksanaan diagnosa.
5.2
Saran
Tidak sedikit kasus Late HPP. Hal tersebut perlu perhatian lebih dari tenaga
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Tindakan Operatif Dalam Kala Uri. Dalam :
Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
29
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Syok Hemoragika dan Syok Septik. Dalam :
Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M P2002 DENGAN LATE HPP
DI GYNEK AKUT RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Di Gynek Akut
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
30
BAB 1
DISUSUN OLEH :
ARI TRI RAHAYU
NIM. 010830448
31
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing praktek
GYNEKOLOGI AKUT RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Pembimbing Praktek I
Pembimbing Praktek II
dr.BAKSONO WINARDI,Sp.OG(K)
32
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan Kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dengan judul Asuhan
Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ibu dengan Late HPP. Asuhan kebidanan ini
merupakan salah satu tugas dalam rangkaian kegiatan Pendidikan Profesi pada
program studi S1 Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya
dengan hati yang tulus kepada:
1.
dr. Sunjoto, Sp. OG (K), selaku ketua Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga sekaligus pembimbing akademik yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan program pendidikan
profesi bidan.
2.
Dr. Baksono Sp.OG (K) selaku pembimbing akademis di ginek akut IRD lt. II RSUD
dr. Soetomo Surabaya.
3.
Ibu Choiriyah, Amd. Keb, selaku kepala ruangan Sub Unit IRD lt.II RSUD
dr.
Ibu Kalis Sulastri, S.Pd, M.MKes selaku pembimbing klinik yang telah merelakan
waktunya untuk membimbing kami dalam menerapkan asuhan kebidanan.
33
5.
Seluruh staf Gynekologi Akut IRD lt II RSUD dr. Soetomo Surabaya yang telah
memberikan bimbingan serta dukungan kepada kami selama menjalani program
pendidikan profesi bidan.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan
dan bantuan dalam proses pembelajaran ini.
Penulis berharap semoga dengan tersusunnya laporan ini dapat bermanfaat bagi
peneliti dan pembaca.
Penulis