Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI KASUS

PREEKLAMPSIA RINGAN PADA


SEKUNDIGRAVIDA HAMIL POSTDATE

Oleh:

Emmanuel Mareffcita Siagian


Vicky Kurniawan Burkie

G0007063
G0007169

Pembimbing:
dr. Puji Hastuti, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD SRAGEN
SURAKARTA
2011

PREEKLAMPSIA RINGAN PADA SEKUNDIGRAVIDA HAMIL ATERM


ABSTRAK
Latar Belakang : Preeklampsia adalah hipertensi dan proteinuria yang
didapatkan setelah umur kehamilan 20 minggu. Preeklampsia merupakan salah
satu penyulit dalam proses kehamilan, banyak sikap yang harus diputuskan dan
diambil ketika pasien mempunyai tekanan darah tinggi.
Masalah : Pasien merupakan rujukan bidan dengan hamil disertai tekanan darah
tinggi
Hasil : Berdasarkan hasil anamnesis pasien merupakan G2P1A0 29 tahun dengan
umur kehamilan 41 minggu. Pasien merasa sudah kencang kencang sebanyak 1x
sejak tanggal 26 Oktober 2011 pukul 08.00 dan kencang teratur sering pada 26
Oktober 2011 pukul 17.00. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 84x, respirasi 21x. Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan
2 cm, kulit ketuban (+), perlunakan 30%, kepala turun bidang Hodge 1, janin
tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala, punggung kiri. Pada pemeriksaan
urine didapatkan proteinurin positif (+1).
Kesimpulan: Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium maka disimpulkan pasien adalah G2P1A0 29 tahun dengan umur
kehamilan 41 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala,
punggung kiri, inpartu kala I fase laten 3 jam dengan preeklampsia ringan.

Kata kunci : preeklampsia ringan, kehamilan 41 minggu

BAB I
STUDI KASUS
STATUS PENDERITA
A.

ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama

: Ny. D

Umur

: 29 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Swasta

Agama

: Islam

Alamat

: Tanggung RT 18 Karangmalang, Masaran, Sragen

Tanggal Masuk

: 26 Oktober 2011

Nama Suami

: Tn. S

Umur

: 36 tahun

Pekerjaan

: Swasta

Agama

: Islan

Alamat

: Tanggung RT 18 Karangmalang, Masaran, Sragen

2. Keluhan Utama
Pasien hendak melahirkan anak ke-2 dengan tensi tinggi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G2P1A0, 29 tahun, umur kehamilan 41 minggu datang ke
RSUD Sragen, rujukan dari bidan dengan diagnosis preeklampsia berat,
hamil aterm pada 26 Oktober 2011 pada pukul 20.06. Kenceng kenceng
1 kali dirasakan sejak tanggal 26 Oktober 2011 pukul 08.00 WIB.
Kenceng kenceng sering dirasakan pada 26 Oktober 2011 pada pukul
17.00 dengan gerak anak masih dirasakan. Nyeri ulu hati (-), pusing (-),
nyeri kepala (-), pandangan kabur (-), kejang (-).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sesak nafas

: Disangkal

Riwayat Hipertensi

: Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: Disangkal

Riwayat DM

: Disangkal

Riwayat Asma

: Disangkal

Riwayat Alergi obat/makanan

: Disangkal

Riwayat minum obat selama hamil

: Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Mondok

: Disangkal

Riwayat Hipertensi

: Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: Disangkal

Riwayat DM

: Disangkal

Riwayat Asma

: Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan

: Disangkal

6. Riwayat Haid
- Menarche

: 14 tahun

- Lama menstruasi

: 3-4 hari

- Siklus menstruasi

: 28 hari

7. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali , lama pernikahan sampai dengan sekarang : 8 tahun
8. Riwayat Fertilitas
Baik

9. Riwayat Obstetri
I.

Lahir anak laki laki dengan berat badan lahir 2900


gr. Umur sekarang 7 tahun, keadaan anak sehat.
II.

Hamil sekarang

Kesimpulan : riwayat obstetri baik


Penyakit dan operasi yang pernah dialami oleh pasien: Kehamilan sekarang: taksiran tanggal persalinan : 17 Oktober 2011.
Pengawasan kehamilan dilakukan di bidan .
10. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke bidan pada usia kehamilan 1 bulan.
11. Keluarga Berencana sebelum kehamilan : ya dengan KB suntik 1
bulan
B.

PEMERIKSAAN FISIK
1.

Status Interna

Keadaan Umum :Baik, Compos Mentis, Gizi kesan lebih


Tanda Vital

Tensi

: 130/90 mmHg

Nadi

: 88 x / menit

Respiratory Rate : 22 x/menit


Suhu

: 36,2 0C

Kepala

: Mesocephal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

THT

: Tonsil tidak membesar, faring hiperemis (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax

:Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae


hiperpigmentasi (+)

Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi

: Ictus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler,


bising (-)
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada ka = ki
Palpasi

: Fremitus raba dada ka = ki

Perkusi

: Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)


Abdomen
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada,Stria gravidarum (+)
Palpasi

: Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar

Perkusi :Tympani pada bawah processus xipoideus, redup


pada daerah uterus
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genital

: Lendir darah (+) ,air ketuban (-)

Ekstremitas

Oedema
-

Akral dingin
-

2.

Status Obstetri

Inspeksi
Kepala

: Mesocephal

Mata

: Konjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax

: Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae


hiperpigmentasi (+)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)


Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, janin punggung di kiri, presentasi kepala,
kepala janin masuk panggul < 1/3 bagian, TFU 29 cm
HIS (+) 2x/10/25 kuat
Pemeriksaan Leopold
I : teraba bagian lunak, kesan bokong
II : teraba punggung di sebelah kiri dan
bagian-bagian kecil di kanan
III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala janin
IV : kepala janin masuk panggul < 1/3 bagian
Perkusi

: pekak alih (-), pekak sisi (-), reflek patella (+)

Auskultasi : DJJ (+) 12-11-12 / 12-12-12 / 11-12-12 / reg


Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (+),
peradangan (-), tumor (-)
Ekstremitas :

Oedema
akral dingin
Reflek fisilogis
+
+

+
+

Pemeriksaan Dalam :
VT

: vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,


portio lunak mencucu, 2 cm, preskep turun HI, darah
(+), KK (+)

C.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 26 Oktober 2011
HEMATOLOGI

Hb
Hct
AE
AL
AT
SGOT
SGPT
UREUM
CREATININ
Gol. Drh
HBsAg
GDS

Nilai
13,1
35,6
4,13
10,7
246
24
16
15,3
0,78
B
Negatif
78

Pemeriksaan Urin
Proteinuria

D.

Nilai Rujukan
12,2 18,1
37,7 53,7
4,04 6,13
4,5 11,5
142-424
0-31
0-32
10-50
0,5-0,9

Satuan

70-200

Mg/dl
Nilai
+1

g/dl
%
106/uL
103/uL
103/uL
U/l
U/l
Mg/dl
Mg/dl

Nilai Rujukan
Negatif

KESIMPULAN
Seorang G2P1A0, 29 tahun, UK 41 minggu, riwayat obstetri baik, riwayat
fertilitas baik, teraba janin tunggal, intra uterin, preskep, 2 cm, KK (+),
dalam persalinan dengan preeklpamsia ringan.

E.

DIAGNOSA AWAL
G2P1A0 , 29 tahun, UK 41 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin,
presentasi, kepala, punggung kiri, dalam persalinan dengan kala I fase laten
3 jam preeklampsia ringan.

F.

PROGNOSIS
baik

G. SIKAP

Mondok VK melanjutkan persalinan

Observasi 10 tiap 15

Evaluasi dalam 2 jam

H. PEMANTAUAN PERSALINAN
Tanggal/jam
26 Oktober
2011
20.00

KU/VS
Baik,130/90,
84x,
21x,
o
36,5 C

HIS
2x/10/25/
regular/
sedang

DJJ
11-11-12

Keterangan
VT:
: 2cm, KK (+), eff:
30%, preskep, puki,
kepala turun HI
Dx:
G2P1A0, 29 tahun, UK
41 minggu, janin 1
hidup, IU, inpartu

kala I fase laten 3


jam. PER.
Sikap:
Observasi 10/15
Evaluasi
2
jam
(22.00)
20.15

20.30

20.45

21.00

21.15

21.30

21.45

22.00

22.15

2x/10/25/
regular/
sedang
2x/10/25/
Regular/
sedang
2x/10/30/
regular/
sedang
2x/10/30/
regular/
sedang
3x/10/30/
regular/
sedang
3x/10/30
regular/
sedang
3x/10/35/
regular/
sedang
Baik, 140/90, 3x/10/35/
84x, 20x
regular/
sedang

12-11-12

4x/10/45/
regular/

11-12-12

12-11-11

11-12-12

12-11-11

11-11-12

12-11-12

12-12-12

11-12-11

VT:
: 7cm, KK (+), eff:
70%, preskep, puki,
kepala turun HII-III,
UUK
Dx:
idem, inpartu kala I
fase aktif . PER.
Sikap:
Observasi 10/15
Evaluasi
1
jam
(23.00)

kuat
4x/10/50
regular/
kuat
4x/10/50
regular/
kuat
KU: baik, Ibu 4x/10/50
ingin mengejan, regular/
perineum
kuat
menonjol, anus
terbuka

22.30

22.45

23.00

11-12-12

Ketuban ngerembes

VT:
: lengkap, KK (-),
eff: 100%, preskep,
puki, kepala turun HIII
Dx:
idem, inpartu kala II
jam. PER.
Sikap:
Pimpin persalinan
Siapkan resusitasi
Lahir bayi perempuan spontan, BBL 2850 gram, panjang badan:
45cm, Lingkar kepala: 33 cm, lingkar dada: 32cm. APGAR Score:
8-10-10
Injeksi oksitosin 1x10 IU/ 1ml
Lahir plasenta kesan lengkap, ukuran 18 cm x 18 cm x 1,5cm.
bentuk cakram, insersi parasentralis
Pemberian misoprostol 4 x 25g perektal
Perdarahan kala I : 30 cc
Lama persalinan
Perdarahan kala II : 70 cc
Kala I: 17.00 23.00 = 6 jam
Perdarahan kala III: 30 cc
Kala II: 23.00 23.05 = 5 menit
Perdarahan kala IV: 5cc
Kala III: 23.05 23.20 = 15
menit

23.05

23.07
23.20
23.21

I.

12-11-12

11-12-11

FOLLOW UP
KU
Kesadaran
Tanda Vital
Mata
Thorax
Jantung
Pulmo

Kamis, 27 Oktober 2011


P2A0, 29 tahun
Baik
CM
150/90mmHg, 92x, 20x, 36,7oC
CA -/-, SI -/Retraksi BJ I-II intensitas normal regular,
bising Suara dasar vesikuler +/+, suara

Abdomen
Genitalia
Ekstremitas

tambahan -/Kontraksi baik, supel, nyeri tekan Lochea rubra (+) dalam batas normal
- Akral dingin
- -

+ +
+ +
Diagnosis
Terapi

Sikap

Oedema

Reflex

Post partus spontan dengan PER


pada multipara H. Postdate (DPH 1)
Amoxicillin tab 3x500mg
Sulfas ferrosus tab 1x200mg
Vitamin C tab 2x500mg
Lepas infus dan kateter

BAB II

ANALISA KASUS

Preeklampsia dapat didiagnosis dengan adanya kenaikan pembuluh


darah dan proteinuria. Tekanan darah yang termasuk preeklampsia adalah
140/90mmHg dan proteinuria yang masuk dalam kriteria dalah kerika
300mg/24jam atau dipstick 1+. Kami memasukan pasien ini dengan
diagnosis preeklampsia ringan karena berdasarkan kriteria diagnostik dari
preeklampsia ringan adalah tekanan darah 140/90 mmHg sampai dengan <
160/90 mmHg, kenaikan sistolik 30 mmHg dan kenaikan diastolik 15
mmHg, proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ pada dipstick, edema anasarka.
Pada pasien ini tekanan darah pada awal yaitu 130/90 mmHg untuk

mengetahui lebih lanjut maka dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu


proteinuria dan akhirnya didapatkan positf 1 (+), selain itu pada proses
pemantauan persalinan dan ketika follow up, tekanan darah pasien pun
termasuk dalam kriteria diagnostik dari preeklampsia ringan.
Preeklampsia adalah sindrom spesifik pada masa kehamilan dengan
ciri ciri kenaikan tekanan darah akibat vasospasme dan aktivitasi endotel
sehingga perfusi organ berkurang. Adapun etiologi sekaligus patofisiologi
dari preeklampsia pun bermacam macam, etiologi pada pasien ini dapat
diakibatkan oleh berbagai sebab yaitu salah satunya adalah kerusakan ensotel
akibar proses oksidasi asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan
peroksidase asam lemak jenuh yang mengakibatkan rusaknya pembuluh
darah endotel. Akan tetapi tidak semata-mata hanya akibat dari adanya
peroksidase lemak yang menyebabkan kerusakan endotel akan tetapi masih
banyak penyebab lainnya seperti yang terlampir pada tinjauan pustaka.
Penatalaksanaan pada pasien ini menurut kami adalah melanjutkan
persalinan. Pasien sudah datang dengan pembukaan 2 cm dengan his
2x/10/25 dan dengan denyut jantung janin 11-12-12. Berdasarkan hasil
pemeriksaan denyut jantung janin, keadaan janin termasuk baik. Kontraksi
yang ada pada pasien ini juga bagus dilihat dari progresifitas kenaikan his
pada pengawasan persalinan. Oleh karena itu menurut kami yang perlu
dilakukan adalah observasi ketat pasien ini, dengan cara observasi 10 setiap
15 menit dan melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan
pasien. Penyediaan obat antihipertensi hendaknya juga diperlukan untuk
mengantisipasi, akan tetapi tidak perlu diberikan ketika persalinan karena
pada pasien ini secara laboratorium sudah terdiagnosis dengan preeklampsia
ringan. Dimana ketika kehamilan 37 minggu pada pasien dengan
preeklampsia ringan, pasien dapat melahirkan dengan normal akan tetapi
dengan pengawasan.
Menurut kami terdapat beberapa hal yang kurang benar seperti pada
pengawasan persalinan. Pada pengawasan persalinan terdapat kesalahan
dalam hal evaluasi pasien untuk mengetahui pembukaan. Tertulis rentang

evaluasi setelah jam 20.00 adalah 2 jam, menurut kami hal tersebut kurang
benar. Berdasarkan tinjauan pustaka apabila pasien masih berada dalam
persalinan kala I fase laten, pemantauan pembukaan kembali seharusnya 4
jam kemudian. Lalu pukul 22.45 saat terjadi ketuban merembes merupakan
indikasi dilakukan vaginal touche, akan tetapi tidak dilakukan.
Pemberian Misoprostol ketika plasenta telah lahir pun sekilas menjadi
pertanyaan kami. Misoprostol dan Metergin mempunyai efek yang sama
dalam hal mengatasi perdarahan yaitu vasokonstriksi. Pada kasus ini tidak
menggunakan Metergin karena Metergin merupakan kontraindikasi pada
pasien preeklampsia (tekanan darah tinggi) karena dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah. Hal itu adalah mengapa pada kasus ini
menggunakan Misoprostol tab 4 kali 25 mikrogram, sambil dilihat dan
dipantau secara ketat.
Edukasi pada pasien pun diperlukan ketika persalinan akan dilakukan
yaitu dengan informed consent kepada pasien mengenai keadaan pasien
sekarang dan komplikasi yang dapat timbul sesuai dengan penyakit.
Komplikasi dari penyakit tidak terlepas dari bayi, oleh karena itu perlu
dijelaskan juga mengenai resiko penyakit ibu terhadap bayi. Tidak terlepas
juga edukasi pada pasien setelah pasien pulang, yaitu tetap kontrol tekanan
darahnya ke puskesmas untuk mengetahui keadaan dari ibu sendiri, apakan
semakin memburuk atau membaik. Makanan pasien pun harus diperhatikan,
disarankan kepada pasien untuk mengurangi makanan yang mengandung
kolesterol tinggi dan garam yang berlebihan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI
Hipertensi ialah timbulnya desakan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg, diukur dua kali selang 4 jam setelah penderita istirahat.1
Klasifikasi
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada
kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan desakan darah kembali
normal < 12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklampsia

Kriteria minimum
Desakan darah 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria 300 mg/24 jam atau dipstick 1+.
3. Eklampsia
Kejang-kejang pada preeklampsia disertai koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Timbulnya proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita hamil yang sudah
mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah
kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi kronik
Ditemukannya desakan darah 140/90 mmHg, sebelum kehamian atau
sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu
pasca persalinan.1,2

PREEKLAMPSIA
Definisi
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi
yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di
dalam urin. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami
pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang
ditemukan pada awal masa kehamilan.
Etiologi
Meskipun sampai sekarang terjadinya preeklampsia belum jelas namun ada
beberapa teori yang dapat menjelaskan dasar terjadinya preeklampsia:

1. Teori genetik
Preeklampsia diduga merupakan penyakit yang dapat diturukan secara
resesif.
2. Teori imunologik
Preeklampsia terjadi karena kegagalan

adaptasi imunologik yang

tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan tapi sel-sel


trofoblast tidak bisa melakukan invasi ke dalam arteri spiralis agar
berdilasi
3. Teori iskemik plasenta
Pembuluh darah yang mengalami dilatasi hanya terjadi pada arteri
desidua, sehingga pembuluh darah di daerah myometrium tidak
melebar. Pada preeklampsia invasi sel-sel trofoblast ini tidak terjadi
sehingga tonus pembuluh darah tetap tinggi dan seolah-olah terjadi
vasokonstriksi akhirnya terjadi iskemik plasenta
4. Teori radikal bebas
Pada preeklampsia produksi radikal bebas menajdi tidak terkendali
karena kadar antioksidan juga menurun. Iskemik plasenta akan
melepaskan suatu bahan aktif yang bersifat toksin sehingga akan
menimbulkan gejala preeklampsia.
5. Teori kerusakan sel endotel
Pada preeklampsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya
peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.2
Faktor risiko
Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia:
1.

Riwayat yang berhubungan dengan partner laki


a. Primigravida
b. Primiparterniti
c. Umur yang ekstrim: terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan
d. Partner laki yang pernah menikahi wanita yag kemudian hamil dan
mengalami preeklampsia

e. Pemaparan terbatas terhadap sperma


f. Inseminasi donor dan donor oocyte
2.

Risiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit keluarga


a. Riwayat pernah preeklampsia
b. Hipertensi kronik
c. Penyakit ginjal
d. Obesitas
e. Diabetes gestasional, diabetes melitus tipe I
f. Antibodi antifosfolipid dan hiperhomosisteinemia

3.

Risiko yang berhubungan dengan kehamilan


a. Mola hidatidosa
b. Kehamian multipel
c. Infeki saluran kencing pada kehamilan
d. Hydrops fetalis3

Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia adalah :
1.

Penurunan kadar angiotensin II

Penurunan angiotensia II menyebabkan pembuluh darah menjadi


sangat peka terhadap bahan-bahan vasoaktif. Pada kehamilan normal
terjadi penigkatan yang progresif angiotensia II, sedangkan pada
preeklamsi terjadi penurunan angiotensin II
2.

Perubahan volume intravaskuler

Pada kehamilan preeklampsia terjadi vasokontriksi menyeluruh pada


sistem pembuluh darah arteriol dan prakapiler pada hakekatnya
merupakan kompensasi terhadap terjadinya hipovolemi.
3.

Sistem koagulasi tidak normal

Terjadinya gangguan sistem koagulasi bisa menyebabkan komplikasi


hemologik seperti hellp syndrom (hemolitik anemia, elevated liver

enzyme, low platelet)


Patofisiologi terpenting pada preeklampsia adalah perubahan arus darah di
uterus koriodesidua, dan plasenta yang merupakan faktor penentu hasil
akhir kehamilan.
1.

Iskemia uteroplasenter

Ketidakseimbangan antara masa plasenta yang meningkat dengan


perfusi darah sirkulasi yang berkurang.
2.

Hipoperfusi uterus

Produksi renin uteroplasenta meningkat menyebabkan terjadinya


vasokonstriksi vaskular dan meningkatkan kepekaan vaskuler pada
zat zat vasokonstriktor lain ( angiotensi dan aldosteron ) yang
menyebabkan tonus pembuluh darah meningkat
3.

Gangguan uteroplasenter

Suplai O2 jain berkurang sehingga terjadi gangguan pertumbuhan /


hipoksia / janin mati4

Klasifikasi4
Preeklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
A. Preeklampsia ringan
Definisi klinik
Preeklampsia ringan adalah sindroma spesifik kehamilan dengan
penurunan perfusi pada organ-organ akibat vasospasme dan aktivasi
endotel.
Kriteria diagnostik:
1. Desakan darah: 140/90 mmHg - < 160/110 mmHg
Kenaikan desakan darah sistolik 30 mmHg dan kenaikan desakan
diastolik 15 mmHg, tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik
preeklampsia, tetapi perlu observasi yang cepat.
2. Proteinuria: 300 mg/24 jam jumlah urin atau dipstick : 1+.
3. Edema: lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria

diagnostik keculi anarsaka.


Pengelolaan:
1. Rawat jalan (ambulatoir):
a)

Tidak mutlak harus trah baring, dianjurkan ambulasi sesuai

keinginnannya. Di Indonesia tirai baring masih diperlukan.


b)

Diet reguler: tidak perlu diet khusus

c)

Vitamin prenatal

d)

Tidak perlu restriksi konsumsi garam

e)

Tidak

perlu

pemberian

diuretik,

antihipertensi

dan

sedativum
f)

Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

2. Rawat inap (hospitalisasi)


a) Indikasi preeklampsia ringan dirawat inap (hospitalisasi)
1) Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu
2) Proteinuria meneap selama > 2 minggu
3) Hasil test laboratorium yang abnormal
4) Adanya gejala atau tanda 1 (satu) atau lebih preeklampsia
berat
b) Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
1) Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur
2) Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan
abdomen
3) Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah
sakit dan penimbangan dilakukan setiap hari
4) Pengamatan dengan cermat gejala preeklampsia dengan
impending eklampsia

Nyeri kepala frontal atau oksipital

Gangguan visus

Nyeri kuadran kanan atas perut

Nyeri epigastrium

3. Pemeriksaan laboratorium

1)

Proteinuria dengan dipstick pada waktu masuk dan

sekurangnya diikuti dua hari setelahnya


2)

Waktu masuk dan sekurangnya diikuti 2 hari

setelahnyaHematokrit dan trombosit: 2x seminggu


3)

Test fungsi hepar 2x seminggu

4)

Test fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin

serum, asam urat dan BUN


5)

Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu

dengan kateter tetap)


4. Pemeriksaan kesejahteraan janin
1) Pengamatan gerakan janin setiap hari
2) NST 2x seminggu
3) Profil biofisik janin, bila NST non reaktif
4) Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG,
setiap 3-4minggu
6) Ultrasound Doppler arteri umbilicalis, arteri uterin
Terapi medikamentosa
1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoir
2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklampsia dan
umur kehamilan 37 minggu, ibu masih perl diobservasi selama 2-3
hari kemudian boleh dipulangkan.
Pengelolaan obstetrik
1. Bila penderita tidak in partu
a) Umur kehamilan < 37 minggu
Bila ada tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat
dipertahankan sampai aterm
b) Umur kehamilan > 37 minggu

Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus

Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan


dapat dipertimbangkan dilakukan induksi persalinan

2. Bila penderita sudah in partu

Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik Friedman atau


partograf WHO
3. Konsultasi
a) Bagian penyakit mata
b) Bagian penyakit jantung
c) Bagian lain atas indikasi4,5,6

B. Preeklampsia Berat
Definisi klinik
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan salah satu atau lebih gejala
dan tanda di bawah ini:
1. Desakan darah: pasien dalam keadaan istirahat dengan desakan
sistolik 160 mmHg dan desakan diastolik 90 mmHg
2. Proteinuria: 5gr/ jumlah urin selama 24 jam. Atau dipstick: +4
3. Oligouria: produksi urin <400-500 cc/24 jam
4. Kenaikan kreatinin serum
5. Edema paru dan sianosis
6. Nyeri epigastrium dan nyeri atas kanan abdomen: disebabkan
teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai gejala awal
ruptur hepar
7. Gangguan otak dan visus: perubahan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur
8. Gangguan fungsi hepar: peningkatan alantine atau aspartat amino
transferase
9. Hemolisis mikroangiopatik
10. Trombositopenia < 100.000 sel/ mm3
11. Sindroma HELLP
Pembagian preeklampsia berat
1. Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia
2. Preeklampsia berat dengan impending eklampsia, dengan gejala-

gejala impending: nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah,


nyeri epigastrium, nyeri kuadran kanan atas.
Pemeriksaan laboratorium
No
Test Diagnostik
1
Hb dan Hct

Penjelasan
Peningkatan Hb dan Hct berarti:

Adanya hemokonsentrasi, yang

mendukung diagnosis preeklampsia

Menggambarkan beratnya

hipovolemia

Morfologi eritrosit

Nilai ini akan menurun bila terjadi

hemolisis

pada apusan darah Untuk menentukan


tepi
Adanya mikroangiopatik hemoltik
3

Trombosit

anemia

Kreatinin,ureum
serum dan BUN

Schizocytosis dan spherocytosis

Trombositopenia menggambarkan
preeklampsia berat
Peningkatan menggambarkan preeklampsia

Transamine serum

berat
Menggambarkan preeklampsia berat dengan

Lactic acid
dehydrogenase

gangguan fungsi hepar


Menggambarkan adanya hemolitik

Albumin serum, dan


faktor koagulasi

Menggambarkan kebocoran endotel, dan


kemungkinan koagulopati

Penatalaksanaan preeklampsia berat


Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan
pengelolaan dasar sebagai berikut:
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya: yaitu terapi
medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk
penyulitnya
b. Kedua baru menemukan rencana sikap terhadap kehamilannya

yang tergantung pada umur kehamilan. Sikap terhadap


kehamilannya dibagi 2, yaitu:
Ekspektatif, konservatif: bila umur kehamilan < 37
minggu, artinya: kehamilan dipertahankan selama
mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa
Aktif, agresif: bila umur kehamilan 37 minggu, artinya
kehamilan
dakhiri
setelah
mendapat
terapi
medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Pemberian terapi medikamentosa
a. Segera masuk rumah sakit
b. Tirah baring miring ke kiri secara intermitten
c. Infus riner laktat atau Ringer Dextrose 5 %
d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang
e. Pemberian MgSO4 dibagi:
- Loading dose (initial dose): dosis awal
- Maintenance dose: dosis lanjutan

DAFTAR PUSTAKA

1.

Report of the National Hgh blood Pressure Education Program Working


Group on High Blood Pressure in Pregnancy, National High Blood Pressure
Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy.
AmJ.Ob.Gynecology, 183, S1, 200

2.

Sarwono Prawirohardjo dan Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kandungan FK UI,


Jakarta. Hal: 281-294. 2008

3.

Hariadi,R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi Perdana. Jilid I. Kedokteran


Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Surabaya.

2004
4.

Angsar MD, et al. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di


Indonesia. Batam. 2005.

5.

Loekmono H. Preeklampsia Catatan Kuliah Obgyn UNS. 2009.

6.

Cunningham FG, et al. Williams Obstetri 23ed Chapter 11. Appletion dan
Lange. 2005

Anda mungkin juga menyukai