batas/pembatasan reaksi), konsentrasi glukosa maksimum dari 75 mg/ml tercapai pada 120 C,
akan tetapi puncak dari konstentrasi turun drastic sampai pada 57,25 mg/ml pada 140 C, lalu
turun lagi sampai 29 mg/ml pada 160 C. Gambar.
batasan reaksi (1200 rpm). Hal ini menunjukkan kecocokan yang baik antara model persamaan
dan eksperimen yang ditunjukkan pada gambar 6-9 memvalidasi model persamaan. 4
Dimana Ai adalah faktor pre-eksponen, Ei adalah energy aktivasi dalam J/mold an R adalah
konstanta gas konstan universal, 8,314 J/mol K. Plot grafik ln (k) vs 1/T, hasil dari kemiringan
(slope) dan perpotongan memberikan energi aktivasi.
dan faktor pre-eksponen, berurutan. Nilai dari energy aktivasi didapat dengan E1 = 16,9 kj/mol,
E2= 72,4 kJ/mol dan E3= 57.9 kJ/mol pada 60 rpm untuk reaksi pertama, kedua, dan ketiga,
berurutan. Nilai energi aktivasi didapat pada 1200 rpm (perlakuan reaksi batas/ batasan reaksi)
ditabulasi pada table 1(a). Dapat diamati bahwa energy aktivasi untuk reaksi pertama (E1) jauh
lebih kecil dibandingkan dengan reaksi kedua (E2) dan ketiga (E3), keduanya pada 600 dan 1200
rpm.
5. Model Prediction
Seperti yang didiskusikan pada seksi 4.1.2, konstanta kinetic murni didapat pada perlakuan
reaksi batas/batasan reaksi dalam batas dalam batas pencampuran sempurna (diatas 700 rpm).
Dari gambar 1-3 juga telah diamati bahwa hasil/endapan glukosa dan HMF bertambah seiring
dengan bertambahnya kecepatan pencampuran dalam batasan intermediate. Pembelajaran
mengenai efek dari temperature pada 4.2 menunjukkan bahwa jumlah maksimum hasil/endapan
glukosa dan HMF diperoleh pada 120 C. Model persamaan (pers. 6-9) bisa digunakan untuk
memprediksi kondisi opersasi optimum untuk memaksimalkan produksi glukosa, HMF, dan LA.
Gambar 10(a dan b) menunjukkan presentase konversi dari selulosa bersama dengan konsentrasi
tak berdimensi (konsentrasi produk dibagi dengan konsentrasi awal selulosa) dari glukosa, HMF
dan LA pada dua temperature dalam perlakuan reaksi batas/batasan reaksi (pada 1200 rpm).
6. Conclusion
This tightly-coupled experimental and theoretical study quanti- fies the effects of
mixing (1501200 rpm) and temperature (120 160 C) on the kinetics of batch
conversion of cellulose (Avicel) to glucose and 5-hydroxymethylfurfural (HMF) using
alkali metal (CuCl2) catalysts in ionic liquid ([Bmim]Cl) medium. Modeling the
conversion of cellulose to glucose, of glucose to HMF and of HMF to levulinic acid
and formic acid as three pseudo-homogeneous first order reactions in series, we
quantify the increase of the three apparent rate constants from the mass-transfer
limited regime through the intermediate regime to the reaction limited regime by
measuring the reaction rates at different mixing speeds (Fig. 4). The pure kinetic
values of the rate constants in the absence of mass-transfer limitations (attained in
the limit of complete mixing) are obtained in the reaction limited regime, using
which, we identify the conversion of glucose to HMF as the slowest and the ratelimiting step in the reaction network. We also quantify the effect of temperature on
the kinetics and obtain the activation energies of the three reactions (Table 1(a)).
Based on this analysis, we recommend 700 rpm (or above) as the optimal mixing
speed and 120 C as the optimal temperature, which can maximize the production of
cellulosic fuels while minimizing energy costs.
6. Kesimpulan
Eksperimen dan pembelajaran teoritis padat-gandeng ini meguji secara kuantitatif efek dari
pencampuran (150-1200 rpm) dan temperature (120-160 C) pada kinetik sekumpulan konversi
dari selulosa (Avicel) ke glukosa dan 5-hydroxymethylfurfural (HMF) menggunakan alkali metal
(CuCl2) sebagai katalis dalam larutan ionic ([Bmim]Cl) sebagai medium. Memisalkan konversi
dari glukosa menjadi glukosa, dari glukosa menjadi HMF dan HMF menjadi asam levulinik dan
asam format sebagau tiga orde pertama pseudo-homogen reaksi pada rangkaian, kita melakukan
uji kualitatif penambahan dari tiga laju konstan dari perlakuan batasan transfer-massa melalui
perlakuan intermediate ke perlakuan batasan reaksi dengan mengukur laju reaksi pada kecepatan
pencampuran berbeda (gambar 4). Nilai kinetic murni dari laju reaksi dalam ketidak-ada-an batas
transfer massa (dicapai dalam batas pencampuran komplit) didapat dalam perlakuan batasan
reaksi, menggunakan yang, kami mengidentifikasi konversi dari glukosa menjadi HMF sebagai
yang terlambat dan langkah batasan laju dalam jaringan reaksi. Kita juga menguji kuantitatif efek
dari temperature pada kinetic dan mendapatkan energy aktivasi dari ketiga reaksi (table 1(a)).
Berdasarkan analisis, kami merekomendasikan 700 rpm (atau lebih) sebagai kecepatan optimal
dalam mencampur dan 120 C sebagai temperature optimal, yang dapat memaksimalkan produksi
dari bahan bakal selulosa dengan meminimalkan energi yang digunakan.