peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta
criteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian[1].
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan
ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau
paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di
antaranya :
(1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail
yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai
adalah paradigma kualitatif.
(2) Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian
didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma
kuantitatif, dan
(3) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian
yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin
menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja,
maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi
yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan
tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua
pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada
hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.
Sedangkan dalam tulisan Sambas Ali M pada http://sambasalim.com/metode-penelitian/paradigmapenelitian.html., paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana
cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori,
yang dikonstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Mengacu pada definisi paradigma tersebut, terungkap bahwa paradigma ilmu itu amat beragam, hal
ini didasarkan pada pandangan dan pemikiran filsafat yang dianut oleh masing-masing ilmuwan
berbeda-beda. Dimana, masing-masing aliran filsafat tersebut memiliki cara pandang sendiri tentang
hakikat sesuatu serta memiliki ukuran-ukuran sendiri tentang kebenaran. Perbedaan aliran filsafat
yang dijadikan dasar berpikir oleh para ilmuwan tersebut, kemudian berakibat pada
perbedaanparadigma yang dianut, baik menyangkut tentang hakikat apa yang harus dipelajari, obyek
yang diamati, atau metode yang digunakan.
Perbedaan paradigma yang dianut para ilmuan ternyata tidak hanya berakibat pada perbedaan
skema konseptual penelitian, melainkan juga pada pendekatan yang melandasi semua proses dan
kegiatan penelitian.
Dalam praktek penelitian ilmiah, setidaknya terdapat dua pendekatan untuk menjawab
permasalahanpenelitian yang timbul sebagai suatu fenomena yang harus dicari jawabannya,
yaitu: penelitiankuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (17981857), sedangkan
penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl
(1859-1926).
Pendekatan kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat
positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari
realitas sosial. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), eksperimental
(experimental), atau empiris (empiricist). Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya
pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang
berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk
kemudian diolah oleh nalar (reason).
Sementara i penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang
menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosialatau budaya. Sifat humanis dari
aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku
individu dan gejala sosial. Pendekatan kualitatif lahir dari akar filsafat aliran fenomenologi hingga
terbentuk paradigma post positivisme.
Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial yang tampak sebagai suatu fenomena dianggap
sesuatu yang ganda (jamak). Artinya realitas yang tampak memiliki makna ganda, yang
menyebabkan terjadinya realitas tadi. McMillan dan Schumacher (2001:396) menyebut realitas sosial
dalam penelitian kualitatif ini sebagai: reality as multilayer, interactive, and a shared social
experience interpreted by indviduals.
Dengan demikian dalam penelitian kualitatif, realitas sosial yang terjadi atau tampak, jawabannya
tidak cukup dicari sampai apa yang menyebabkan realitas tadi, tetapi dicari sampai kepada makna
dibalik terjadinya realitas sosial yang tampak. Oleh karena itu, untuk dapat memperoleh makna dari
realitas sosial yang terjadi, pada tahap pengumpulan data perlu dilakukan secara tatap muka
langsung dengan individu atau kelompok yang dipilih sebagai responden atau informan yang
dianggap mengetahui atau pahami tentang entitas tertentu seperti: kejadian, orang, proses, atau
objek, berdasarkan cara pandang, persepsi, dan sistem keyakinan yang mereka miliki.
Ontologi
Ontologi adalah reori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan
yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan
pertanyaan-pertanyaan : apakah sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah realitas
yang ada ini sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu; apakah realita ini
monoisme, dualisme, atau pluralisme. Menurut Bramel, interprestasi tentang suatu realita itu dapat
bervariasi.
Di dalam pendidikan,pandangan ontologi secara praktis, akan menjadi masalah yang utama.
Membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang
berpangkal atas realita itu merupakan stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya
potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran itu telah dibina. Di sini kewajiban pendidik
adalah untuk membina daya pikir yang tinggi dan kritis.
2. Epistemologi
Istilah epistemologi pertama kali dicetuskan oleh L. F. Ferier pada abad 19 di Institut of Methaphisycs
(1854). Buku Encyclopedia of Phylosophy, dan Brameld mempunyai pengertian yang hampir sama
tentang epistemologi. Epistemologi aalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui
benda-benda. Contoh beberapa pernyataan yang menggunakan kata tahu yang berdeda sumber
maupun validitasnya:
a. Tentu saja saya tahu ia sakit, karena saya melihatnya;
b. Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan;
c. Kami tahu mobilnya baru, karena baru kemarin kami menaikinya.
diantaranya
adalah
: Pengertian
Epistemologi,Metode
Induktif,Metode
Deduktif, Metode Positivisme,Metode Kontemplatif, Metode Dialektis
istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti
teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber,
struktur,
metode
dan
sahnya
(validitasnya)
pengetahuan.
Source: http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/hakikat-epistimologi-dalam-kajian-FilsafatIlmu.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan
Jadi, Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula
atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan.
EPISTEMOLOGI
1.
PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Istilah epistemologi didalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Theory of
knowledge. Epistemologi berasal dari kata episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan dan logos berarti teori. Ada beberapa pengertian epistemologi yang
diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya
epistemologi itu.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Istilah
epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Menurut Musa Asyarie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik
untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.
Menurut Dagobert D.Runes epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas
sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra
menambahkan, bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian,
pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.
Jadi, Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal
mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan.
2. OBJEK DAN TUJUAN ESTIMOLOGI
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan
dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara
cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedang
tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan tujuan memiliki
hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan
Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa segenap proses yang
terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Proses untuk memperoleh
pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi
mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara
yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa
terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Jacques Martain mengatakan: Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat
yang memungkinkan saya dapat tahu. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan
untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang
menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin
memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
3. LANDASAN EPISTEMOLOGI
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu
dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut
ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah
merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi
yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan. Metode ilmiah telah dijadikan
pedoman dalam menyusun, membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu.
Menurut Burhanudin Salam Metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkahlangkah sebagai berikut :
(1)
Penemuan atau Penentuan masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang
akan kita telaah denga ruang lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup permasalahan ini
harus jelas. Demikian juga batasan-batasannya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan
mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan
kerangka masalah;
(2)
(3)
deduktif
yang sudah
kita ketahui
kebenarannya.
(4)
Hipotesis dari Deduksi merupakan merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan konsekuensinya secara
empiris. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi
fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya
dengan hipotesis yang kita ajukan.
(5)
(6)
Penerimaan Hipotesis menjadi teori Ilmiah hipotesis yang telah terbukti kebenarannya
dianggap merupakan pengetahuan baru dan diterima sebagai bagain dari ilmu. Atau dengan
kata lain hipotesis tersebut sekarang dapat kita anggap sebagai (bagian dari) suatu teori
ilmiah dapat diartikan sebagai suatu penjelasan teoritis megnenai suatu gejala tertentu.
Pengetahuan ini dapat kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya, yakni sebagai premis
dalam usaha kita untuk menjelaskan berbagai gejala yang lainnya. Dengan demikian maka
proses kegiatan ilmiah mulai berputar lagi dalam suatu daur sebagaimana yang telah
ditempuh dalam rangka mendapakan teori ilmiah tersebut.
Observasi
Beberapa ilmu seperti astronomi dan botani telah dikembangkan secara cermat dengan
metode observasi. Didalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti :
melihat, mendengar, menyentuh, meraba.
2.
3.
Metode eksperimen
Kegiatan ekperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat dan
pengajuan hipotesis. Peranan metode ini adalah hanya untuk membedakan satu faktor atau
kondisi pada suatu waktu, sedangkan faktor-faktor lainnya diusahakan tidak berubah atau
tetap.
4.
Metode Statistik
Istilah
statistik
berarti
pengetahuan
tentang
mengumpulkan,
menganalisis
dan
menggolongkan data sebagai dasar induksi. Metode statistik telah ada sejak lama, yaitu
untuk membantu pemimpin dan penguasa mengumpulkan data tentang penduduk,
kematian, kesehatan dan perpajakan. Metode statistik ini telah berkembang dan lebih
menarik minat lagi, sehingga metode statistik dipakai dalam kehidupan sehari-hari misalnya
perdagangan, peredaran uang dan lain sebagainya. Statistik memungkinkan kita untuk
menjelaskan sebab dan akibat dan pengaruhnya, melukiskan tipe-tipe dari fenomenafenomena dan kita dapat membuat perbandingan-perbandingan dengan mempergunakan
tabel-tabel dan grafik. Statistik juga dapat meramalkan kejadian-kejadian yang akan datang
dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
5.
Metode Sampling
Terjadinya sampling, yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota atau bilangan tertentu
dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan kelompok tersebut dapat
mewakli secara keseluruhan atau tidak. Seandainya bahan yang akan kita uji itu
menunjukkan kesamaan jenisnya melalui sebuah sampel dapatlah diperoleh hasil dengan
ketepatan yang tinggi.
6.
1.
a.
b.
Suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran) oleh putusanputusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,diterima dan diakui benarnya.
Contoh: Semua manusia akan mati. Si Polan adalah seorang manusia.Si Polan pasti akan
mati. Sukarno adalah ayahanda Megawati. Sukarno mempunyai puteri. Megawati adalah
puteri Sukarno.
Teori ini dianut oleh mazhab idealisme. Penggagas teori ini adalah Plato (427-347 S.M.) dan
Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Hegel dan F.H. Bradley (18641924).
2.
Teori ini digagas oleh Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand
Russel (1872-1970). Penganut teori ini adalah mazhab realisme dan materialisme.
3.
teori
ini
adalah
Charles
S.
Pierce
(1839-1914)
dan
William
James.
penyederhanaan
makna
epistemologi
itu
berfungsi
memudahkan
pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat,
khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan
pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi
sebatas metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan
yang amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan bangunan
pengetahuan.
5.
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
Epistemologi diperlukan dalam pendidikan antara lain salah satunya dalam
hubungannya dengan penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan
pada anak didik, diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan
cara menyempaikannya seperti apa? Semua itu adalah epistemologinya pendidikan.
Lahirnya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah salah satu usaha baik dari
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Baik dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Melihat kondisi ini, dilihat dari sudut epistemologi adalah seharusnya pengetahuan
apa yang harus diberikan kepada anak didik?. Hal ini tentu terkait dengan pengetahuan
kita akan kebutuhan yang diperlukan anak didik. Harus mengetahui dan memahami
berbagai kemampuan atau kelebihan atau kecerdasan yang dimiliki anak. tidak bisa semua
siswa diberlakukan sama.
Bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Pada dunia pendidikan cara
memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan justru pada sekolah-sekolah
swasta yang pada dasarnya tidak ingin tergantung pada kapitalisme semata. Mereka
mendidik anak-anak dengan mengembangkanpotensi yang ada dengan harapan anak-anak
bisa berkembangan secara maksimal. Cara tradisional, guru dianggap sebagai pusat
segala-galanya. Guru yang paling pandai dan gudang ilmu. Siswa adalah penerima. Cara
model sekarang, banyak diantaranya mengembangkan metode active learning untuk
memacu kreativitas dan daya inisiatif siswa. Guru hanya sebagai fasiltator saja. Guru
mengarahkan siswa. Siswa dapat memperolehnya melalui diskusi, problem based
learning (PBL), pergi ke perpustakaan, belajar dengan e-learning (internet), membaca dan
sebagainya. Cara-cara seperti ini akan memacu potensi siswa daripada siswa diperlakukan
hanya sebagai objek yag pasif saja.
Bagaimana cara menyampaikannya?. Pertanyaan ini terkait dengan kompetensi
guru serta metode atau gaya pengajaran yang mereka terapkan. Cara penyampaian cukup
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Salah satu contoh SD Kreatif. SD ini
memberikan pengajaran yang unik. Kadang guru memberikan pendidikan dengan outbound,
dengan bentuk dongeng atau cerita, atau dengan memberikan pesan moral dan mengajak
untuk berpikir rasional.
6.
EPISTEMOLOGI MATEMATIKA
Kajian epistemologi matematika adalah sekelompok pertanyaan mengenai apakah
matematika itu (pertanyaan yang diperbincangkan oleh para ahli matematika selama lebih
daripada 2000 tahun),
termasuk jenis pengetahuan apa (pengetahuan empirik ataukah pengetahuan prapengalaman),
bagaimana ciri-cirinya (deduktif, abstrak, hipotesis, eksak, simbolik, universal,
rasional, dan kemungkinan ciri lainnya), serta