Anda di halaman 1dari 57

Konsepsi dan Pokok-Pokok

Pengaturan Sumber Daya Air


Menurut UU No. 7/2004
Tentang SUMBER DAYA AIR

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

URGENSI DIADAKAN PENGATURAN


SISI KEBUTUHAN:

SISI KETERSEDIAAN:

1. Jumlah penduduk
makin meningkat.

1. Ketersediaan air relatif


konstan.

2. Peningkatan aktivitas
dan kebutuhan
ekonomi serta sosial
budaya.

2. Kualitas cenderung
menurun.

Air dan sumber-sumber air perlu:


DILINDUNGI DAN DIJAGA KELESTARIANNYA agar
dapat DIDAYA-GUNAKAN secara berkelanjutan

Prakiraan Potensi Air di Indonesia


dan Ketersediaan Air per Kapita
Total Indonesia
TP: 3221 PC: 16.8

Kalimantan

TP: 1008 PC:

98.8

Sulawesi

TP:

247 PC:

Sumatera

TP: 738 PC:

18.4
Java

TP: 187 PC: 1.6


TP = Total Potensi (milyar m3/ th)
PC = Per Kapita (1.000 m3/capita/ th)

Sunda Kecil

TP:

60 PC:

5.5

18.3

Papua & Maluku


TP: 981 PC: 251.5

KERANGKA PIKIR PERUBAHAN UU NO.11/1974


LATAR BELAKANG

UUD 1945 Pasal 33 ayat (3)


Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN

UU No. 11/1974 telah


memberikan andil yg besar
bagi perikehidupan ekonomi
dan sosial masyarakat.
Saat ini UU tsb memerlukan
penyesuaian untuk antisipasi
perkembangan masalah dan
perubahan paradigma, a.l:
1 Pengelolaan secara menyeluruh
dan terpadu.
2 Keseimbangan antara
penanganan secara fisik dengan
non fisik.
3 Keseimbangan antara
pendayagunaan dg konservasi.
4 Perlindungan thd hak dasar
manusia atas air;
5 Keterlibatan pihak yg
berkepentingan dalam PSDA
dalam spirit demokrasi dan
pendekatan koordinasi.
6 Mengadopsi prinsip
pembangunan berkelanjutan
7 Antisipasi thd ekses
perkembangan nilai ekonomis
air.

VISI PENGELOLAAN SDA


Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air
bagi kesejahteraan seluruh rakyat

1.
2.
3.
4.
5.

LIMA MISI PENGELOLAAN SDA


KONSERVASI sumber daya air.
PENDAYAGUNAAN sumber daya air.
PENGENDALIAN daya rusak air.
PEMBERDAYAAN dan peningkatan peran
masyarakat, dunia usaha, dan
pemerintah.
Peningkatan ketersediaan dan
keterbukaan data serta INFORMASI SDA

TUJUH ASAS PENGELOLAAN SDA:


Kelestarian, Keseimbangan,
Kemanfaatan Umum,
Keterpaduan dan keserasian, Keadilan,
Kemandirian, Transparansi dan akuntabilitas

UU PENGGANTI
Yg lebih:
1. Komprehensif
2. Antisipatif
3. Direktif
4. Koordinatif
5. Partisipatif

PERATURAN
PERUNDANGUNDANGAN
TERKAIT

PROSES PEMBAHASAN HINGGA DISAHKAN


MENJADI UU SDA
Seminar/Lokakarya
sejak 1992

Pan.Antar Dep

18 Mar 2004

Tim Kerja
RKSP*
Konsultasi
Publik
Dua putaran
di 7 Prov; diikuti
unsur instansi,
LSM, PT, users,
PJT

UU No.7/ 2004
S D Air

Tim Pengarah
POKJA RKSP

SEKNEG
9

Menteri
Kimpraswil

PRESIDEN

DPR

8 Okt 2002
2

Redaksi

TIMUS

RKSP: Reformasi Kebijakan Sektor Pengairan

Substansi

PANJA

6
4

3a
7

Konsultasi
Publik

Komisi IV
3b

KERANGKA SUBSTANSI
PENGATURAN

FILOSOFIS
1. Sumber daya air adalah karunia Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Air adalah SUMBER KEHIDUPAN dan
SUMBER PENGHIDUPAN.

LANDASAN
PENGATURAN

YURIDIS
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945:
Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

TEKNIS
1. Air merupakan sumber daya yg terbaharui.
2. Jumlahnya
tetap,
namun
tergantung kondisi alam lokal.

keterdapatannya

3. Air permukaan & Air Tanah saling berkaitan satu


sama lain dalam siklus hidrologi.
4. Secara alami mengalir dinamis dari tempat tinggi
ketempat yg lebih rendah.

PERSANDINGAN SISTEMATIKA

UU NO. 11/ 1974


BAB I
BAB II
BAB III

PENGERTIAN
FUNGSI
HAK PENGUASAAN DAN
WEWENANG
BAB IV PERENCANAAN DAN
PERENCANAAN TEKNIS
BAB V
PEMBINAAN
BAB VI PENGUSAHAAN
BAB VII EKSPLOITASI DAN
PEMELIHARAAN
BAB VIII PERLINDUNGAN
BAB IX PEMBIAYAAN
BAB X
KETENTUAN PIDANA
BAB XI KETENTUAN PERALIHAN
BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Total = 17 Pasal

UU NO. 7/ 2004 ttg SDA


BAB I.
KETENTUAN UMUM
BAB II. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
BAB III. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
BAB IV. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
BAB V. PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
BAB VI. PERENCANAAN
BAB VII. PELAKSANAAN KONSTRUKSI DAN O&P
BAB VIII. SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
BAB IX. PEMBERDAYAAN DAN PENGAWASAN
BAB X. PEMBIAYAAN
BAB XI. HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
BAB XII. KOORDINASI
BAB XIII. PENYELESAIAN SENGKETA
BAB XIV. GUGATAN MASYARAKAT DAN ORGANISASI
BAB XV. PENYIDIKAN
BAB XVI. KETENTUAN PIDANA
BAB XVII. KETENTUAN PERALIHAN
BAB XVIII. KETENTUAN PENUTUP

Total = 100 Pasal

GARIS BESAR SUBSTANSI UU No.7/2004 ttg SDA


1.
2.
3.
4.

Cakupan Air diperluas = UU 11/1974 + air laut yg berada didarat. (Ps 1)


Substansi pengaturan lebih komprehensif, meliputi DOMAIN
pengelolaan (Konservasi SDA, Pendayagunaan SDA, Pengendalian &
Penanggulangan daya rusak air) dan PROSES pengelolaannya.
Menegaskan hak dan peran masyarakat dalam keseluruhan proses
pengelolaan SDA. (Ps 11 ay 3, Ps 41 ay 3- 4, Ps 62, Ps 64 ay 5, Ps 75 ay 2- 3, Ps 82- 84)
Menyatakan bahwa air untuk KEBUTUHAN POKOK adalah HAK
SETIAP ORANG yg dijamin oleh Negara. (Ps 5, Ps 8 ay 1, Ps 16 huruf h, Ps 29 ay 3, Ps
80 ay 1)

5.
6.
7.
8.

Hak Guna Air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian


rakyat, serta kpd pemegang Izin mendapat jaminan pemerintah. (Ps 8-9)
Mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat atas SDA. (Ps 6 )
Pola dan Rencana Pengelolaan SDA didasarkan atas Wilayah Sungai
(Ps 11 ay 2), implementasi penggelolaannya dapat dilakukan multi
instansi dan multi daerah secara terkoordinasi. (Ps 26 ay 4)
Asas KETERBUKAAN diakomodasi melalui SISTEM KOORDINASI
PENGELOLAAN SDA di Tk. Nasional, Tk. Propinsi, Tk. Kab/Kota, dan
Tk. Wilayah Sungai. ( Bab XII )

GARIS BESAR SUBSTANSI UU No.7/2004 ttg SDA


9.

Mempertegas batas tanggung jawab pemerintah Pusat, Propinsi dan


Kab/ Kota (otonomi daerah). (Bab II )
10. Mengadopsi prinsip pelimpahan wewenang kpd pemerintah di
bawahnya, penyerahan wewenang kpd pemerintah di atasnya. (Ps 18-19)
11. Mempertegas kewajiban dan tanggung jawab pengelola SDA. (Ps 19 ay 2,
Ps 29 ay 5, Ps 55 ay 1, Ps 56, Ps 57 ay 2, Ps 61 ay 4, Ps 67 ay 3, Ps 74 ay 3, Ps 90, Ps 91)

12. Sumber daya air berfungsi SOSIAL, LINGKUNGAN HIDUP, dan


EKONOMI yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras
untuk melindungi kepentingan penduduk yg berkemampuan
ekonomi lemah. (Ps 4, Ps 26 ay 2, Ps 26 ay 7, Ps 80 )
13. Mengadopsi prinsip penggunaan air hujan, air permukaan dan air
tanah secara conjunctive. (Ps 26 ay 5)
14. Menekankan asas keseimbangan antara upaya pendayagunaan
dengan konservasi, termasuk pemberian sistem insentif kepada
pelaku konservasi. (Ps 11 ay 4, Ps 77 ay 1 dan 2 )

GARIS BESAR SUBSTANSI UU No.7/2004 ttg SDA


15. Mengatur prinsip pemanfaat dan pencemar membayar
(kecuali untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian
rakyat) sebagai instrumen untuk berhemat air, yg nilainya
disesuaikan dg kemampuan ekonomi kelompok pengguna
dan jenis penggunaannya. (Ps 26 ay 7, Ps 77, Ps 78 ay 1, Ps 80 )
16. Memfasilitasi perlindungan hak penemu dan temuan ilmu
pengetahuan dan inovasi teknologi dalam bid. SDA. (Ps 73)
17. Mengatur pengelolaan sistem informasi SDA. (Bab VIII)
18. Mengatur pengusahaan SDA secara lebih ketat. (Ps 26 ay 3, Ps 45,
Ps 46, Ps 47, Ps 48, Ps 49).

19. Mengakomodasi penyelesaian sengketa dan gugatan


masyarakat. (Bab XIV )
20. Memperhatikan perkembangan lingk. global, a.l. tentang
pengelolaan SDA pada Wilayah Sungai lintas negara. (Ps 13 ay
3, Ps 14, Ps 49 )

ACUAN DALAM
MENYELENGGARAKAN
PENGELOLAAN

ACUAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Berbasis Wil Administrasi:

Pasal 14, 15, 16

KEBIJAKAN NASIONAL
KEBIJAKAN PROPINSI
KEBIJAKAN KABUPATEN/ KOTA

POLA

Ps 11 ay 2, Ps 59 ay 3, Ps 62 ay 6

RENCANA
PROGRAM
KEGIATAN
Berbasis Wilayah Hidrologis (WilayahSungai)

POLA PENGELOLAAN SDA


Pola
Pengelolaan
SDA
(berbasis WS)

KERANGKA DASAR
dalam:
Merencanakan,
Melaksanakan, Memantau,
dan Mengevaluasi

Kegiatan:
KONSERVASI SDA
PENDAYAGUNAAN SDA
Pengendalian daya rusak air

Pasal 1 angka 8

Penetapan WS dilakukan oleh Presiden dg memperhatikan


pertimbangan Dewan SDA Nasional. (pasal 13 ayat 2)
Prinsip penyusunan Pola Pengelolaan SDA: (pasal 11 ayat 2 dan 4)
1) Keterpaduan antara air permukaan dan air tanah
2) Keseimbangan antara upaya Konservasi dan Pendayagunaan
Proses penyusunannya melibatkan peran masyarakat. (pasal 11 ayat 3)

WILAYAH SUNGAI sebagai Basis


Wilayah Pengelolaan S.D.Air
mengapa ?
1. Sifat alami air yg mengalir secara dinamis dari tempat-tempat
tertentu ke tempat yg lebih rendah (bisa lintas wil. Kab/Kota, dan
lintas Prop, bahkan lintas Negara)
2. Keterdapatan air mengikuti siklus hidrologi; ada DAS/DPS yg
secara alami kaya air dan ada pula DAS yg selalu kekurangan air.
3. Air adalah karunia Tuhan, dan menjadi sumber kehidupan;
karenanya setiap orang berhak mendapatkan air untuk
kelangsungan hidupnya.
4. Mencegah timbulnya konflik; sekaligus menempatkan air sebagai
unsur pemersatu antar wilayah.
5. Prinsip efisiensi dan efektivitas pengelolaan.

WILAYAH SUNGAI sebagai Basis


Wilayah Pengelolaan S.D.Air
Bagaimana wujud wilayahnya?
Bisa berupa:

SATU DAS (Cathment Area)

Penggabungan DAS satu dg DAS lain.

SATU PULAU KECIL.

Penggabungan beberapa gugusan pulau kecil.

Penggabungan
sekitarnya.

DAS

dan

Pulau

Kecil

di

Perlu diatur lagi dg Keppres

Pembagian Wil. Sungai di Indonesia


Menurut: Permen PU No.39/ 1989

(SAAT INI )
Kalimantan
Sulawesi
Papua

Sumatera

Jawa

15 WS Lintas Prop

Terdiri atas 17,508 pulau


Jumlah penduduk: 206 juta
65% tinggal di Jawa

90 WS

73 WS dalam 1 Prop
2 WS dikelola
BUMN

KERANGKA
PEMBAGIAN WEWENANG
DAN TANGGUNG JAWAB
PENGELOLAAN

GARIS BESAR PEMBAGIAN


WEWENANG & TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN SDA
PEMERINTAH
PUSAT
Pengelolaan SDA yang
terletak pada Wil. Sungai:
- Lintas Provinsi
- Lintas Negara
- Strategis Nasional

PEMERINTAH
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

Pengelolaan SDA yang


terletak pada Wil. Sungai:
- Lintas Kabupaten/
Kota

Pengelolaan SDA yang


terletak pada Wil. Sungai:
- dalam Kabupaten/
Kota.

Pasal 15

Pasal 16

Pasal 14

Sebagian wewenang Pemerintah (Pusat) dalam


pengelolaan SDA dapat diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sesuai dg peraturan per-UU-an.
(Pasal 18)

MODEL PENGALIHAN WEWENANG KEBAWAH


Dk: Dekonsentrasi adalah pelimpahan

Dk

Pem.
Pusat
T.P
T.P

wewenang dari Pem Pusat kpd


Gubernur sebagai wakil Pem.Pusat
dan/atau perangkat pusat di daerah.
(UU No.22/99 ps 1 huruf f)

Pem.
Provinsi

T.P

T.P
Pem.
Kab/Kota

T.P
Desa

T.P: Tugas Pembantuan yaitu penugasan dari


Pem.Pusat kpd daerah dan desa dan dari
daerah ke desa untuk melaksanakan tugas
tertentu yg disertai pembiayaan sarana dan
prasarana serta SDM dg kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan memperTJ-kannya kpd yg menugaskan.
(UU No.22/99 ps 1 huruf g)

KONSEPSI HAK GUNA AIR


DAN
KONSEPSI PERIZINAN

KETENTUAN UMUM (1/3)


HAK GUNA PAKAI AIR

HAK GUNA
AIR
Hak untuk MEMPEROLEH
dan
MEMAKAI
atau
MENGUSAHAKAN AIR untuk
berbagai keperluan. (pasal 1
angka 13)

Hak
MEMPEROLEH
MEMAKAI air.

untuk
dan
(pasal 1

angka 14)

HAK GUNA USAHA AIR


Hak untuk MEMPEROLEH
dan MENGUSAHAKAN air.
(pasal 1 angka 15)

HAK GUNA AIR (2/3)


1. HAK GUNA PAKAI AIR dan HAK GUNA USAHA AIR bukan berarti hak
kepemilikan atas air. (Penjelasan Umum angka 2)
2. Baik HAK GUNA PAKAI AIR maupun HAK GUNA USAHA AIR tidak
dapat disewakan ataupun dipindahtangankan. (pasal 7 ayat 2).
3. Pengkategorian HAK GUNA PAKAI AIR dan HAK GUNA USAHA AIR
semata-mata hanya sebagai nomenklatur untuk membedakan
berdasarkan KATEGORI PENGGUNAAN AIRNYA.
4. HAK GUNA AIR bukan berarti hak yang bersifat MUTLAK (tergantung
kondisi alami). Apabila terjadi situasi alam yg mengakibatkan tidak dapat
mencukupi seluruh kebutuhan air di suatu WS, maka yang akan
mendapat prioritas utama adalah untuk kebutuhan pokok sehari-hari, dan
irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada. (pasal
29 ayat 3).
5. HGP Air dan HGU Air tidak sama artinya dg HGP dan HGU Tanah (karena
pengertian Hak dalam UUPA berarti memberi wewenang misalnya tidak hanya
memanfaatkan tanah ybs, tetapi juga menguasai dan memiliki).

HAK GUNA AIR

(3/3)

6. Penyebutan HGU dalam UU SDA terbatas pada pengukuhan dalam


memperoleh/memanfaatkan AIR untuk diusahakan lebih lanjut
(BUKAN HAK MEMILIKI).

Lihat Penjelasan Umum angka 2.

7. Hak Guna Pakai Air diperoleh TANPA IZIN: (pasal 8 ayat 1)


(1)untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan,dan
(2) bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi.
Untuk kedua jenis kebutuhan seperti tsb diatas, Hak-nya dijamin oleh Pemerintah
(tanpa dg susah payah memohon izin).

8. Hak Guna Usaha Air, wajib dilakukan melalui IZIN penggunaan air dari
pemerintah.

HAK GUNA AIR dan PERIZINAN


JENIS HAK

CARA
Memperoleh

UNTUK
SIAPA

UNTUK
APA

PERSYARATAN

Tanpa Izin

Perorangan

Kebutuhan pokok
sehari-hari

Tidak mengubah
kondisi sumber air

Perorangan
atau
Kelompok

Pertanian rakyat dalam


sistem irigasi yg sudah
ada

Perorangan

Kebutuhan pokok
sehari-hari

Perorangan
atau
Kelompok

Pertanian di luar
sistem irigasi yg sudah
ada

Kelompok

Kebutuhan pokok
sehari-hari dan
kebutuhan sosial

Perorangan/
Kelompok/
Bdn. Usaha

Untuk memenuhi
kebutuhan usaha

Pasal 8 ayat 1

HAK GUNA
PAKAI

Dengan Izin
Pasal 8 ayat 2

HAK GUNA
USAHA

Dengan Izin

Mengubah kondisi
sumber air

KONSEPSI
PENGUSAHAAN
SUMBER DAYA AIR

PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR (1/3)


1. PENGUSAHAAN SDA merupakan salah
PENDAYAGUNAAN SDA. (Pasal 26 ayat 1).

satu

lingkup

dari

2. PENGUSAHAAN SDA berarti sebagai suatu upaya pemanfaatan SDA


untuk tujuan USAHA atau menunjang suatu kegiatan usaha.
3. PENGUSAHAAN SDA dapat dilakukan melalui berbagai jenis/bentuk
usaha, a.l : (Penjelasan Umum angka 10)

Pemanfaatan air alam SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PROSES


PRODUKSI (misalnya : industri tekstil, pabrik gula, petrokimia, agroindustri,
industri pengolahan makanan dan lain-lain).

Pemanfaatan air alam SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA SUATU PRODUK


(misalnya: produk PDAM, Air Mineral).

Pemanfaatan air, sumber air dan daya air, (misalnya usaha PLTA, usaha
arung jeram, usaha wisata air, usaha pelayaran di sungai dan usaha
pengapungan).

Pemanfaatan air SEBAGAI MEDIA atau PENDUKUNG kegiatan usaha


tertentu, (misalnya: usaha perikanan, usaha perhotelan, usaha real estate,
untuk pendinginan mesin pabrik, pencucian bahan tambang).

PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR (2/3)


4. Pengusahaan SDA yang meliputi satu WS (dari hulu sampai
ke hilir) HANYA DAPAT dilaksanakan oleh BUMN/BUMD
pengelola SDA (Pasal 45 ayat 2).
5. BUMN dibentuk berdasarkan PP, sedangkan BUMD
dibentuk berdasarkan PerDa.
6. Perorangan, badan usaha, atau kerjasama antar badan
usaha DAPAT melaksanakan pengusahaan SDA SECARA
TERBATAS berdasarkan IZIN Pengusahaan
dari
pemerintah (Pusat/ Prov/ Kab/ Kota) sesuai dengan
kewenangannya dan harus sesuai dg Rencana Alokasi Air
yg Ditetapkan (pasal 45 ayat 3 dan pasal 46 ayat 2).

PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR (3/3)


7. Kegiatan pengusahaan, tidak termasuk menguasai sumber
airnya, tetapi hanya terbatas pada hak untuk
menggunakan air sesuai alokasi yang ditetapkan, dan
atau hak menggunakan sebagian sumber air seluas yang
diperlukan untuk tapak bangunan
(misalnya tapak
bangunan bendungan). Lihat Penjelasan Umum angka 10.
8. Pengertian PENGUSAHAAN SDA tidak sama dg
PENGUASAAN, dan tidak sama dengan PRIVATISASI.
9. Pengaturan mengenai Pengusahaan SDA dalam UU ini
lebih menekankan pada substansi pengaturan ALOKASI
air baku (alam) untuk suatu jenis kegiatan usaha tertentu.
10. Pada prinsipnya UU No.7/ 2004 tentang Sumber Daya Air
mengatur Pengusahaan SDA jauh lebih ketat daripada UU
11/1974 tentang Pengairan.

Rambu pengaturan mengenai Pengusahaan SDA


KETENTUAN
Syarat bagi
pihak swasta
untuk
melaksanakan
pengusahaan
SDA

UU No.11/1974
Cukup dg ijin
dari pemerintah,
dan berpedoman
pada asas usaha
bersama dan
kekeluargaan

UU No. 7/2004 ttg SDA


1.
2.

Ijin dari pemerintah (ps 45 ayat 3)


Tidak boleh meliputi seluruh WS (ps 45
ayat 4).

3.

Berdasarkan rencana alokasi air. (ps 46


ayat 2)

(ps11)

4.
5.

Melalui konsultasi publik (ps 47 ayat 4)


Dilarang ditransfer keluar WS, kecuali
SDA pada WS ybs surplus. (ps 48 ay 1)

Kewajiban
pihak swasta
dalam
pelaksanaan
pengusahaan
SDA

Tidak mengatur

1.

Memperhatikan fungsi sosial dan


kelestariannya (ps 45 ayat 1)
Wajib ikut serta melakukan konservasi
dan meningkatkan kesejahteraan masy
di sekitarnya. (ps 47 ayat 3)
Mendorong keikut sertaan UKM (ps 47

Kewajiban
Pemerintah

Tidak mengatur

2.

3.

ayat 5)

1.

Pengawasan mutu layanan pengusaha


(ps 47 ayat 1).

2.

Fasilitasi pengaduan masyarakat(ps 47


ayat 2)

EKSPOR AIR ?

ISSUE EKSPOR AIR


1. Bagaimana sikap politik kita mengenai EKSPOR AIR?
2. UU ini perlu menegaskan sikap politik kita:
- Apakah EKSPOR AIR akan dilarang ataukah diperbolehkan?
- Kalau dibolehkan, apa rambu-rambunya.

4. Sikap politik dipilih, dilandasi oleh pertimbangan:


1) Amanat UUD45 khususnya pasal 33.
2) Tanggung jawab kita thd masalah global menurut Pembukaan UUD45
3) Tanggung jawab kita untuk melindungi hak dasar manusia atas air
menurut hukum agama.

KETENTUAN TENTANG EKSPOR AIR DALAM UU SDA


1. Pengusahaan air untuk negara lain TIDAK DIIZINKAN, kecuali
apabila penyediaan air untuk berbagai kebutuhan (kebutuhan pokok,
sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan,
perhubungan, kehutanan dan keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi
dan pariwisata, ekosistem, estetika, serta kebutuhan lain yang ditetapkan)
telah dapat terpenuhi. (Pasal 49 ayat 1)

2. Kelayakan mendistribusikan air untuk negara lain HARUS


DIDASARKAN pada rencana pengelolaan sumber daya air WS
yang akan diambil airnya, serta MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN
daerah di sekitarnya. (Psl 49 ayat 2)
3. Rencana pengusahaan air untuk negara lain dilakukan melalui
proses KONSULTASI PUBLIK oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangannya. (Ps 49 ayat 3)
4. Pengusahaan air untuk negara lain WAJIB mendapat izin dari
Pemerintah berdasarkan rekomendasi dari pemerintah daerah dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 49 ayat 4)

KEBERPIHAKAN terhadap:
KEBUTUHAN POKOK
SEHARI-HARI dan
KEBUTUHAN PERTANIAN
RAKYAT

BATASAN KEBUTUHAN POKOK SEHARI-HARI


dan PERTANIAN RAKYAT
KEBUTUHAN POKOK SEHARI-HARI (akan air) adalah
kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan
produktif, misalnya untuk keperluan ibadah, minum,
masak, mandi, cuci dan peturasan. (Penjelasan pasal 8 ayat 1)

PERTANIAN RAKYAT adalah budi daya pertanian yang


meliputi berbagai komoditi yaitu PERTANIAN TANAMAN
PANGAN, PERIKANAN, PETERNAKAN, PERKEBUNAN,
dan KEHUTANAN yang dikelola oleh RAKYAT dengan
luas tertentu yang kebutuhan airnya tidak lebih dari 2
liter per detik per kepala keluarga. (Penjelasan pasal 8 ayat 1)

PERLINDUNGAN THD KEBUTUHAN POKOK SEHARI-HARI


DAN PERTANIAN RAKYAT
1. Negara MENJAMIN HAK SETIAP ORANG untuk mendapatkan air bagi
KEBUTUHAN POKOK MINIMAL sehari-hari guna memenuhi
kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif. (pasal 5).
2. Hak Guna Pakai Air diperoleh TANPA IZIN untuk memenuhi
KEBUTUHAN POKOK sehari-hari bagi perorangan, dan PERTANIAN
RAKYAT yang berada di dalam jaringan irigasi. (pasal 8 ayat 1).
3. Penyediaan air untuk memenuhi KEBUTUHAN POKOK sehari-hari
dan PERTANIAN RAKYAT pada jaringan irigasi merupakan
PRIORITAS UTAMA penyediaan SDA diatas semua kebutuhan yang
lain. (pasal 29 ayat 3)
4. Pengguna SDA untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan
untuk pertanian rakyat TIDAK DIBEBANI BIAYA jasa pengelolaan
SDA. (pasal 80 ayat 1).
5. Pemerintah Kabupaten/ Kota berwenang dan bertanggung jawab
memenuhi KEBUTUHAN POKOK minimal sehari-hari di wilayahnya
atas air. (pasal 16 huruf h).

KETENTUAN LAIN YG PRO MASYARAKAT PETANI (1/2)


1. Penetapan peruntukan air pada sumber air di setiap WS
dilakukan dg memperhatikan: ..d. pemanfaatan air yg
sudah ada.
(pasal 28 ayat 1).
2. Apabila penetapan urutan prioritas penyediaan SDA
menimbulkan kerugian bagi PEMAKAI SDA YG TELAH
MENGGUNAKAN SDA ybs SEBELUMNYA, Pemerintah
atau Pemda wajib mengatur kompensasi kepada
pemakainya. (pasal 29 ayat 5)
3. Pengembangan sistem irigasi menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan Pemda. (pasal 41 ayat 2)
4. Pengembangan
sistem
irigasi
dilakukan
mengikutsertakan masyarakat. (pasal 41 ayat 4)

dg

5. Pelaksanaan OP sistem irigasi primer dan sekunder


menjadi TJ Pemerintah dan Pemda. (pasal 64 ayat 6 huruf a)

KETENTUAN LAIN YG PRO MASYARAKAT PETANI (2/2)


6. Pembiayaan pelaksanaan konstruksi dan OP sistem irigasi
primer dan sekunder menjadi TJ Pemerintah dan Pemda,
dan dapat MELIBATKAN PERAN MASYARAKAT PETANI.
(pasal 78 ayat 3 huruf a)

7. Pengguna SDA untuk memenuhi kebutuhan pokok seharihari dan untuk pertanian rakyat TIDAK DIBEBANI BIAYA
jasa pengelolaan SDA. (pasal 80 ayat 1)
8. Masyarakat
mempunyai kesempatan yg sama untuk
berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan thd pengelolaan SDA. (pasal 84 ayat 1)
9. Masyarakat yg dirugikan akibat berbagai masalah
pengelolaan SDA berhak mengajukan gugatan perwakilan
ke pengadilan. (pasal 90)

PERHATIAN THD
ASPEK KONSERVASI DAN
PERLINDUNGAN
EKOSISTEM

KONSERVASI DAN PERLINDUNGAN EKOSISTEM (1/6)


1. Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian,
asas keseimbangan, asas kemanfaatan umum, asas
keterpaduan dan keserasian, asas keadilan, asas
kemandirian, serta asas transparansi dan akuntabilitas.
(Pasal 2)
2. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan
lingkungan
hidup
dengan
tujuan
mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(pasal 3)
3. Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan
hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan
secara selaras. (pasal 4)

KONSERVASI DAN PERLINDUNGAN EKOSISTEM (2/6)


4. Pendayagunaan sumber daya air DIKECUALIKAN pada
kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam.
(Pasal 26 ayat 3)

5. Penetapan zona pemanfaatan sumber daya air dilakukan


dengan :
a)
mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan
budidaya;
b) ..dst
(Pasal 27 ayat 3)
6. Penetapan peruntukan air pada sumber air sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1) di setiap wilayah
sungai dan cekungan air tanah dilakukan dengan
memperhatikan :
a).
daya dukung sumber air;
(Pasal 28 ayat 1).
b).
.. dst.

KONSERVASI DAN PERLINDUNGAN EKOSISTEM (3/6)


7. Potensi dampak yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya
pengembangan sumber daya air harus ditangani secara tuntas dengan
melibatkan berbagai pihak yang terkait pada tahap penyusunan
rencana.
(Pasal 34 ayat 5)
8. Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d dilakukan dengan
memperhatikan fungsi lingkungan hidup. (Pasal 39 ayat 1)
9. Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap
memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan. (Ps 45 ay 1)
10. Badan usaha dan perorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib ikut serta melakukan kegiatan konservasi sumber daya air
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. (Ps 47 ayat 3)
11. Pemulihan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat
(1) dilakukan dengan memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup
dan sistem prasarana sumber daya air.
(Pasal 57 ayat 1)

KONSERVASI DAN PERLINDUNGAN EKOSISTEM (4/6)


12. Pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air
dilakukan berdasarkan norma, standar, pedoman, dan
manual dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya
lokal serta mengutamakan keselamatan, keamanan
kerja, dan keberlanjutan fungsi ekologis sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 63 ayat
1).

13. Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan


lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan
keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan
fungsi dan manfaat air dan sumber air. (pasal 85 ayat 1).
14. Instansi pemerintah yang membidangi sumber daya air
bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila
terdapat indikasi masyarakat menderita akibat
pencemaran dan atau kerusakan sumber air yang
mempengaruhi kehidupan pokok masyarakat (pasal 91)

KONSERVASI DAN PERLINDUNGAN EKOSISTEM (5/6)


15. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan
kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan
prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan
atau mengakibatkan pencemaran air. (pasal 24)
16. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan
kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya
rusak air. (pasal 52).
17. Dalam
keadaan
memaksa,
Pemerintah
dan/atau
pemerintah
daerah
mengatur
dan
menetapkan
penggunaan sumber daya air untuk kepentingan
KONSERVASI, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan
pemenuhan prioritas penggunaan sumber daya air. (pasal
33).

KONSERVASI DAN PERLINDUNGAN EKOSISTEM (6/6)


18. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.500.000.000 (satu miliar lima ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang
mengakibatkan rusaknya
sumber air dan prasarananya ,
mengganggu upaya pengawetan air, dan atau mengakibatkan
pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, atau
b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya daya rusak air sebagimana dimaksud
dalam pasal 52. (pasal 94 ayat 1)
19. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah):
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penggunaan
air yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan
kerusakan fungsi sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (3) ,
(pasal 94 ayat 2)

KETENTUAN MENGENAI
IRIGASI

PELAKSANAAN O&P SISTEM IRIGASI


1. Pelaksanaan O&P prasarana sumber daya air yang dibangun oleh badan
usaha, kelompok masyarakat, atau perseorangan menjadi tugas dan TJ
pihak-pihak yang membangun. (pasal 64 ayat 4)
2. Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan O&P sumber daya air.
(pasal 64 ayat 5)

3. Pelaksanaan O&P sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER menjadi


wewenang dan TJ Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya. (pasal 64 ayat 6 huruf a)
4. Pengelolaan irigasi PRIMER dan SEKUNDER: (penjelasan pasal 41 ayat 2)
a. DI luas< 1.000ha (DI Kecil) DAN berada dalam satu
kabupaten/kota menjadi wewenang dan TJ pem. kab/kota.
b. DI luas 1.000 ha s/d 3.000 ha (DI Sedang), ATAU DI Kecil
lintas kab/kota menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
provinsi.
c. DI luas >3.000 ha, ATAU (DI Sedang) Lintas Prov menjadi
wewenang dan TJ Pemerintah Pusat.
4. Pelaksanaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi hak dan TJ
masyarakat petani pemakai air. (pasal 64 ayat 6 huruf b)

PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI


1. Pengembangan sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER:
(pasal 41 ayat 2)

a. Lintas provinsi
Pemerintah.

menjadi

wewenang

dan

tanggung

jawab

b. Lintas kabupaten/kota menjadi wewenang dan TJ Pem.


Provinsi.

c. Yang utuh pada satu kabupaten/kota menjadi wewenang dan TJ


Pem. Kab/Kota.

3. Pengembangan
sistem
irigasi
dilakukan
mengikutsertakan masyarakat. (pasal 41 ayat 4)

dengan

4. Pengembangan sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER dapat


dilakukan oleh perkumpulan petani pemakai air atau pihak
lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (pasal 41
ayat 5)

5. Pengembangan sistem irigasi TERSIER menjadi hak dan


tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. (pasal 41
ayat 3)

PEMBIAYAAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI


1. Pembiayaan pengelolaan sumber daya air yang menjadi TJ
Pemerintah dan pemerintah daerah didasarkan pada
kewenangan masing-masing dalam pengelolaan sumber
daya air. (pasal 78 ayat 2)
2. Pembiayaan pelaksanaan KONSTRUKSI dan OP sistem
irigasi PRIMER dan SEKUNDER menjadi wewenang dan TJ
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dg
kewenangannya, dan DAPAT melibatkan peran serta
masyarakat petani.
(pasal 78 ayat 3 huruf a)
3. Pembiayaan pelaksanaan KONSTRUKSI
sistem irigasi
TERSIER menjadi TJ petani, dan dapat dibantu pemerintah,
kecuali bang.sadap, sal.sepanjang 50m dari bang.sadap,
dan boks tersier serta bang.pelengkap lainnya menjadi TJ
pemerintah. (pasal 78 ayat 3 huruf b)
4. Pembiayaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi TJ petani,
dan dapat dibantu Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(pasal 78 ayat 3 huruf c)

KETENTUAN MENGENAI
PENGENDALIAN
DAYA
RUSAK AIR

PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR


1. Dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya
PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, dan PEMULIHAN. (pasal
51 ayat 1)

2. Menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah,


serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan
masyarakat. (pasal 51 ayat 3)
3. Mengutamakan upaya PENCEGAHAN melalui perencanaan
pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu
dan menyeluruh dalam POLA pengelolaan sumber daya air.
(pasal 51 ayat 2)

4. Upaya PENCEGAHAN lebih diutamakan pada KEGIATAN


NONFISIK. (pasal 53 ayat 2)
5. Kegiatan NONFISIK adalah kegiatan penyusunan dan/atau
penerapan piranti lunak yang meliputi
antara lain
pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
(penjelasan pasal 53 ayat 2)

MODEL PENGALIHAN WEWENANG


1. Pendelegasian ke bawah:
Sebagian wewenang Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat diselenggarakan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(pasal 18)

2. Penyerahan ke atas:
Dalam hal Pemda BELUM DAPAT dapat melaksanakan sebagian
wewenangnya, Pemda ybs dapat menyerahkan wewenang tersebut
kepada pemerintah di atasnya sesuai dengan peraturan perundangundangan. (pasal 19 ayat 1)

3. Pengambil alihan (pasal 19 ayat 2):


Pelaksanaan sebagian wewenang pengelolaan sumber daya air oleh
Pemda WAJIB diambil oleh pemerintah di atasnya dalam hal:
a. Pemda TIDAK melaksanakan sebagian wewenang pengelolaan
sumber daya air sehingga dapat membahayakan kepentingan umum;
dan/atau
b. Adanya SENGKETA antarprovinsi atau antarkabupaten/kota.

IMPLIKASI UU NO.7/2004
terhadap
INSTITUSI PEMERINTAH

Implikasi UU No.7/2004 thd Institusi Pemerintah, a.l:


1. Pem. Kabupaten/Kota menjamin kebutuhan pokok minimal
sehari-hari akan air. (pasal 16 huruf h)
2. Pem. Daerah memberi masukan kpd Pemerintah dalam
penetapan pembagian WS. (penjelasan pasal 13 ayat 2)
3. Menetapkan kebijakan SDA (Nasional, Provinsi, Kabupaten).
(pasal 14, pasal 15, pasal 16 huruf a)

4. Menetapkan Pola, Rencana, dan Program, serta


melaksanakan Pengelolaan SDA pada WS yg menjadi
kewenangannya. (pasal 14, pasal 15, pasal 16)
5. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penggunaan dan
pengusahaan SDA yg menjadi wewenang dan TJ-nya. (pasal
14, pasal 15, pasal 16)

6. Membentuk wadah koordinasi SDA. (pasal 14, pasal 15, pasal


16).

7. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban


pelaksanaan pengelolaan SDA yg menjadi wewenang dan
TJ-nya. (pasal 14, pasal 15, pasal 16).

Implikasi UU No.7/2004 thd Institusi Pemerintah, a.l:


8. Bertanggung jawab dalam pembiayaan pengelolaan SDA yg
menjadi wewenangnya. (pasal 78 ayat 2)
9. Menyediakan dana pelaksanaan KONSTRUKSI dan OP
sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER yg menjadi
wewenang dan TJ-nya. (pasal 78 ayat 3 huruf a)
10. Menyediakan dana pelaksanaan bang.sadap, sal.sepanjang
50m
dari
bang.sadap,
dan
boks
tersier
serta
bang.pelengkap lainnya. (pasal 78 ayat 3 huruf b)
11. Membantu pembiayaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi
TJ petani. (pasal 78 ayat 3 huruf c)
12. Bertanggung jawab dalam pengembangan sistem irigasi
PRIMER dan SEKUNDER. (pasal 41 ayat 2)
13. Menyediakan informasi SDA bagi semua pihak
berkepentingan dalam bidang SDA. (pasal 67 ayat 1)

yg

14. Bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran, dan


ketepatan waktu atas informasi SDA. (pasal 67 ayat 3)

Implikasi UU No.7/2004 thd Institusi Pemerintah, a.l:


15. Menyelenggarakan
pemberdayaan
para
pemilik
kepentingan dan kelembagaan SDA, melalui diklat, litbang,
dan pendampingan. (pasal 70 ayat 1 dan ayat 4)
16. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat atas
rancangan rencana pengelolaan SDA. (pasal 62 ayat 2)
17. Melaksanakan pengawasan thd seluruh proses dan hasil
pelaksanaan pengelolaan SDA di setiap WS. (pasal 75)
18. Bertindak apabila terdapat indikasi masyarakat menderita
akibat pencemaran dan/atau kerusakan yg mempengaruhi
kehidupan masyarakat. (pasal 91)
19. Pemerintah
Pusat
bertanggung
jawab
dalam
penanggulangan bencana akibat daya rusak air yg berskala
nasional. (pasal 55 ayat 1)
20. Dalam keadaan yg membahayakan, Gubernur dan atau
Bupati/Walikota berwenang mengambil tindakan darurat
guna penanggulangan daya rusak air. (pasal 56)

Anda mungkin juga menyukai