Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(010215A003)
(010215A0
(010215A030)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran
sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum
hamil, biasanya berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran, ibu
mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak
hamil. Secara psikologis, ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan
kelekatan bayi.
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Wanita banyak mengalami perubahan
emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting
sekali bagi kita untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal
sehingga kita dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa
nifas ini.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan,
banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri
ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang
berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya,
riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik
(kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat
penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi
keluarga muda, pasca persalinan adalah awal keluarga baru sehingga keluarga perlu
beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang barui lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya
merupakan dukungan positif bagi ibu.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
1. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu berfokus pada dirinya sendiri
dan
tergantung
pada
orang
lain.
Ketergantungan
ini
sebagian
karena
3.
Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
B.
Disini hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi
terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari
dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone
sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan
fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar pada kehidupan ibu
dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain.
Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri
dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Post partum blues ini dialami wanita setelah bersalin yaitu merupakan
semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu dan timbul dalam
jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan.
Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama
kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan
hormonal, adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang
menjurus pada suatu perasaan sedih.
a.
b.
Menangis
Perubahan perasaan
Cemas
Kesepian
Khawatir dengan bayinya
Penurunan libido
Kurang percaya diri
2)
3)
2. Depresi postpartum
Depresi masa nifas merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada
masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan.. Keadaan ini
merupakan
hal
yang
serius,
sehingga
ibu
banyak istirahat. Hamper sama dengan baby blues syndrome, perbedaan keduanya
terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala yang
timbul. Intensitasnya akanlebih sering, lebih lama dan lebih hebat.
Adapun gejala dari depresi post partum adalah.
1)
Sering menangis
2)
Sulit tidur
3)
Nafsu makan hilang
4)
Gelisah
5)
Perasaan tidak berdaya atau hilang control
6)
Cemas atau kurang perhatian pada bayi
7)
Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
8)
Pikiran menakutkan mengenai bayi
9)
Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
10) Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)
11) Penurunan atau peningkatan berat badan
12) Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar
c. Beberapa faktor penyebab terjadinya depresi post partum adalah sebagai
berikut :
1) Perubahan hormonal yang cepat
2) Masalah medis dalam kehamilan (PIH,diabetus melitus, disfungsi tiroid)
a) Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)
b) Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina
hubungan
ketakutan
terhadap
masalah
d. Beberapa intervensi yang dapat membantu ibu terhindar dari depresi post
partum antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Screening test
Dukungan suami, keluarga dan orang lain
Istirahat cukup
Dukungan emosional
Dukungan kelompok depresi post partum
Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya
3. Depresi berat
a. Pengertian
Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik
pada kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran.
b. Gejala-gejala depresi berat antara lain:
1) Perubahan mood
2) Gangguan tidur dan pola makan
3) Perubahan mental dan libido
4) Pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya
c. Penatalaksanaan depresi berat adalah sebagai berikut:
1) Dukungan keluarga dan sekitar
2) Terapi psikologis
3) Kolaborasi dengan dokter
4) Perawatan rumah sakit
5) Hindari rooming in dengan bayinya
Gejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post
partum.
a. Faktor penyebab psikosis post partum antara lain:
1) Riwayat keluarga penderita psikiatri
2) Riwayat ibu menderita psikiatri
3) Masalah keluarga dan perkawinan
b. Gejala psikosis post partum sebagai berikut:
1) Gaya bicara keras
2) Menarik diri dari pergaulan
3) Cepat marah
4) Gangguan tidur
c. Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:
1) Pemberian anti depresan
2) Berhenti menyusui
3) Perawatan di rumah sakit
d. Penyebab yang menonjol adalah :
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami
merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat kelelahan, harga diri
rendah, tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah marah dan gelisah.
Hal-hal yang dapat dilakukan :
1) Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin
2) Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini
merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua
minggu setelah melahirkan.
3) Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada
ibu agar tumbuh rasa percaya diri
4) Memberikan bantuan dalam merawat bayi
5) Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang
bergizi.
menunjukkan
tugas
bergerak
melalui
tahap
Tahap-tahap berduka:
1. Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan
perasaan meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas,
rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi
(memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran,
kewaspadaan akut, kurang inisiatif, mengasingkan diri, memberontak dan kurang
konsentrasi.
Manifestasi klinis:
a. Menghela nafas panjang
b. Penurunan berat badan
c. Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
d. Penampilan kurus dan tampak lesu
e. Nafas pendek, nyeri dada
f. Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai
2. Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya
terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya orang
yang berduka menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi
atau menerima fakta adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam
kehidupan dan membuat perencanaan karena adanya deformitas. Nyeri karena
kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang dan dalam
ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang
penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk
pelepasan yang umum. Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus
berlanjut. Saat individu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangan secara
bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan
3.
Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini seseorang
yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplet dan individu kembali
pada
fungsinya
secara
penuh.
Kemajuan
ini
berasal
dari
penanaman
5.
Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah kelahiran
adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan memeriksa bayinya,
memberi komentar positif tentang bayinya, meletakan bayinya disamping ibunya.
Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya kemudian
redupkan lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Tangguhkan perawatan yang
tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orangtua bayi, dapat berinteraksi dengan
bayinya selama masih dalam keadaan bangun.
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali
melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi dengan
telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikanya sedemikian rupa
sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain: Fase Taking In fase
ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus perhatian ibu
terutama pada bayinya sendiri.
Fase Taking Hold fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 10 hari
pascapersalinan. Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala
sesuatu secara mandiri.
Fase Letting Go pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu
sistem dengan para nggota saling berinteraksi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.