Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MATERNITAS

ADAPTASI PSIKOLOGI IBU POSTPARTUM

Di Susun Oleh Kelompok 2 :


Afifah Dyah W.P
Dwi Nurhartini
I putu Pradana A.W

(010215A003)
(010215A0
(010215A030)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran
sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum
hamil, biasanya berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran, ibu
mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak
hamil. Secara psikologis, ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan
kelekatan bayi.
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Wanita banyak mengalami perubahan
emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting
sekali bagi kita untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal
sehingga kita dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa
nifas ini.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan,
banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri
ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang
berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya,
riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik
(kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat
penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi
keluarga muda, pasca persalinan adalah awal keluarga baru sehingga keluarga perlu
beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan

hadirnya bayi yang barui lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya
merupakan dukungan positif bagi ibu.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.

Adaptasi Psikologis Ibu Nifas


Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun
bayi. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas kita dapat menggunakan asuhan
yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial
ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara terus menerus.
Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berkelanjutan yang
membutuhkan perubahan dalam hal struktur, fungsi, dan perilaku sehingga seseorang
lebih sesuai dengan suatu lingkungan tertentu. Proses ini melibatkan interaksi individu
dan lingkungan. Hasil akhirnya tergantung pada tingkat kesesuaian antara keterampilan
dan kapasitas seseorang dan sumber dukungan sosialnya di satu sisi dan jenis tantangan
atau stressor yang dihadapi disisi lain.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini,
ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluargakeluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada
keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu
nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya
bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
melalui fase-fase sebagai berikut :

1. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu berfokus pada dirinya sendiri

dan

tergantung

pada

orang

lain.

Ketergantungan

ini

sebagian

karena

ketidaknyamanan fisik (kemungkinan karena jahitan di perineum, after pains,


hemorrhoid) karena ketidakpastiannya merawat bayi, kelelahan setelah persalinan,
kekhawatiran terhadap perubahan tubuhnya. Pengalaman selama proses persalinan
sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat
untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat
ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi
yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk
proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang
meningkat.
2.

Fase Taking hold


Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking
hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan
dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri. Pada fase ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalnya buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi
seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

3.

Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat


pada fase ini. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi
akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya
dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami untuk mengantisipasi
hal-hal yang bisa menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal
suami serta keluarga ibu, kita akan memiliki pandangan yang lebih mendalam
terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang
merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri
dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya
tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan
bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress
yang dialaminya tidak bertambah berat.

B.

Gangguan Psikologis Pada Masa Nifas


1. Post partum blues
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.
Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang
dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan
perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain
itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan
kehamilan.

Disini hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi
terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari
dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone
sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan
fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar pada kehidupan ibu
dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain.
Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri
dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Post partum blues ini dialami wanita setelah bersalin yaitu merupakan
semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu dan timbul dalam
jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan.
Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama
kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan
hormonal, adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang
menjurus pada suatu perasaan sedih.
a.

Gejala baby blues antara lain:


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

b.

Menangis
Perubahan perasaan
Cemas
Kesepian
Khawatir dengan bayinya
Penurunan libido
Kurang percaya diri

Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:


1)

Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat

2)

Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu

3)

Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi

2. Depresi postpartum

Depresi masa nifas merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada
masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan.. Keadaan ini
merupakan

hal

yang

serius,

sehingga

ibu

memerlukan dukungan dan

banyak istirahat. Hamper sama dengan baby blues syndrome, perbedaan keduanya
terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala yang
timbul. Intensitasnya akanlebih sering, lebih lama dan lebih hebat.
Adapun gejala dari depresi post partum adalah.
1)
Sering menangis
2)
Sulit tidur
3)
Nafsu makan hilang
4)
Gelisah
5)
Perasaan tidak berdaya atau hilang control
6)
Cemas atau kurang perhatian pada bayi
7)
Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
8)
Pikiran menakutkan mengenai bayi
9)
Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
10) Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)
11) Penurunan atau peningkatan berat badan
12) Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar
c. Beberapa faktor penyebab terjadinya depresi post partum adalah sebagai
berikut :
1) Perubahan hormonal yang cepat
2) Masalah medis dalam kehamilan (PIH,diabetus melitus, disfungsi tiroid)
a) Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)
b) Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina

hubungan

dengan orang lain


c) Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik
d) Unwanted pregnancy
e) Terisolasi
f) Kelemahan, gangguan tidur,

ketakutan

terhadap

keuangan keluarga, kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit

masalah

d. Beberapa intervensi yang dapat membantu ibu terhindar dari depresi post
partum antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Screening test
Dukungan suami, keluarga dan orang lain
Istirahat cukup
Dukungan emosional
Dukungan kelompok depresi post partum
Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya

3. Depresi berat
a. Pengertian
Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif non psikotik
pada kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah kelahiran.
b. Gejala-gejala depresi berat antara lain:
1) Perubahan mood
2) Gangguan tidur dan pola makan
3) Perubahan mental dan libido
4) Pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayinya
c. Penatalaksanaan depresi berat adalah sebagai berikut:
1) Dukungan keluarga dan sekitar
2) Terapi psikologis
3) Kolaborasi dengan dokter
4) Perawatan rumah sakit
5) Hindari rooming in dengan bayinya

4. Psikosis post partum

Gejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post
partum.
a. Faktor penyebab psikosis post partum antara lain:
1) Riwayat keluarga penderita psikiatri
2) Riwayat ibu menderita psikiatri
3) Masalah keluarga dan perkawinan
b. Gejala psikosis post partum sebagai berikut:
1) Gaya bicara keras
2) Menarik diri dari pergaulan
3) Cepat marah
4) Gangguan tidur
c. Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:
1) Pemberian anti depresan
2) Berhenti menyusui
3) Perawatan di rumah sakit
d. Penyebab yang menonjol adalah :
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami

kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan

2) Rasa sakit pada masa nifas


3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan
4) Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit
5) Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
e. Gejala-gejalanya antara lain :
Sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri, mudah
tersinggung, merasa hilang semangat, menangis tanpa sebab jelas, kurang

merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat kelelahan, harga diri
rendah, tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah marah dan gelisah.
Hal-hal yang dapat dilakukan :
1) Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin
2) Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini
merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua
minggu setelah melahirkan.
3) Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada
ibu agar tumbuh rasa percaya diri
4) Memberikan bantuan dalam merawat bayi
5) Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang
bergizi.

C. Kesedihan Dan Dukacita


Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi meskipun
kematian terjadi saat kehamilan. Kita harus memahami psikologis ibu dan ayah untuk
membantu mereka melalui pasca berduka dengan cara yang sehat.
Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses berduka terdiri dari
tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Tugas berduka, istilah ini diciptakan oleh
Lidermann,

menunjukkan

tugas

bergerak

melalui

tahap

proses berduka dalam

menentukan hubungan baru yang signifikan.


Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka penting agar berduka tetap
normal. Kegagalan untuk melakukan tugas berduka, biasanya disebabkan keinginan
untuk menghindari nyeri yang sangat berat dan stress serta ekspresi yang penuh emosi.
Seringkali menyebabkan reaksi berduka abnormal atau patologis.

Tahap-tahap berduka:
1. Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan
perasaan meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas,
rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi
(memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran,
kewaspadaan akut, kurang inisiatif, mengasingkan diri, memberontak dan kurang
konsentrasi.
Manifestasi klinis:
a. Menghela nafas panjang
b. Penurunan berat badan
c. Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
d. Penampilan kurus dan tampak lesu
e. Nafas pendek, nyeri dada
f. Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai
2. Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya
terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini. Contohnya orang
yang berduka menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi
atau menerima fakta adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam
kehidupan dan membuat perencanaan karena adanya deformitas. Nyeri karena
kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang dan dalam
ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang
penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk
pelepasan yang umum. Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus

berlanjut. Saat individu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangan secara
bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan
3.

Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama periode ini seseorang
yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplet dan individu kembali
pada

fungsinya

secara

penuh.

Kemajuan

ini

berasal

dari

penanaman

kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang bermakna.


Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis meliputi:
a. Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal
b. Depresi
c. Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu
d. Mengalami kehilangan pola interaksi sosial
Tanggung jawab utama kita dalam peristiwa kehilangan adalah membagi informasi
tersebut dengan orang tua. Serta mendorong dan menciptakan lingkungan yang
aman untuk pengungkapan emosi berduka.
4.

Kemurungan Masa Nifas


Kemurungan masa nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Kemurungan dalam masa nifas merupakan hal yang umum,
perasaan-perasaan demikian akan hilang dalam dua minggu setelah melahirkan.
Ibu yang mempunyai resiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih
parah daripada kemurungan masa nifas adalah Ibu yang rasa percaya dirinya rendah,
ibu yang tidak mempunyai jaringan dukungan, ibu yang bayinya meninggal atau
menyandang masalah.

5.

Terciptanya Ikatan Ibu Dan Bayi

Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah kelahiran
adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan memeriksa bayinya,
memberi komentar positif tentang bayinya, meletakan bayinya disamping ibunya.
Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya kemudian
redupkan lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Tangguhkan perawatan yang
tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orangtua bayi, dapat berinteraksi dengan
bayinya selama masih dalam keadaan bangun.
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali
melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi dengan
telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikanya sedemikian rupa
sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain: Fase Taking In fase
ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus perhatian ibu
terutama pada bayinya sendiri.
Fase Taking Hold fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 10 hari
pascapersalinan. Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala
sesuatu secara mandiri.
Fase Letting Go pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu
sistem dengan para nggota saling berinteraksi.

DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai