Anda di halaman 1dari 23

ASKEP DHF DENGUE HAEMORAGIC FEVER

A.

Pengertian
Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemoragic fever/DHF)

adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diastesis haemoragic (Suhendro, dkk, 2007 : 1709).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropodbom virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes albopictus dan Aedes
aegypti) (ngastiyah, 2005 : 368)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 tipe serotipe
virus dengue dan ditandai dengan 4 gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manisfestasi
perdarahan, hepatomegali dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya rejatan
(sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian (Abdul Rohim, dkk, 2002 : 45).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan
kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).
B.

Etiologi
1.

Virus dengue
Deman dengue dan demamm berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang

semuanya dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah dengue. Keempat
serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip terbanyak (Suhendro,
2007 : 1709).
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1, 2, 3,
4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus Dengue
memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis protein sel
pejamu. Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi.
Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk :

2.

a.

Menginfeksi lebih banyak sel,

b.

Membentuk virus progenik,

c.

Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,

d.

Menghindari respon imun mekanisme efektor

Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan
(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang
biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang lubang pohon di
dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes

Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3.

Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin
untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
(Soedarto, 1990 ; 38).

Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena

patofisiologi

utama

yang

menentukan

berat

penyakit

dan

membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena


pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume
plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan
perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis


terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi system koagulasi.
C.

Klasifikasi DHF

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1.

2.

Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet
positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,

ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.


3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt )
tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 120/100 120/110
90/70 80/70 80/0 0/0 )
4. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak teraba
dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Secara Minis
1.

Kasus DBD
Demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.
Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa
uji tourniquet positif
petekia, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan
Hematemesis atau melena
Trombositopenia < 100.00/pl
Kebocoran plasma yang ditandai dengan
Peningkatan nilai hematrokrit >_ 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
Penurunan nilai hematokrit >_ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat Nilai Ht normal
diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
Efusi pleura, asites, hipoproteinemi
2.

SSD

Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai dengan :


Nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun
Hipotensi, kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah.
D.

1.

Tanda Dan Gejala

Demam : demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua sampai tujuh hari
turun secara cepat menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri
tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

2.

Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit (trombositopeni) serta


gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi
di semua organ yang berupa:

Uji torniquet positif

Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva

Epistaksis dan perdarahan gusi

Hematemesis, melena

Hematuri

3.

Hepatomegali :

Biasanya dijumpai pada awal penyakit

Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit

Nyeri tekan pada daerah ulu hati

Tanpa diikuti dengan ikterus

Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue

4.

Syok : Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan kebocoran plasma
didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan tanda-tanda syok adalah:

Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki

Gelisah dan Sianosis disekitar mulut

Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba

Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang dari 80
mmHg)

Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)

5.

Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi pada hari ke
tiga sampai ke tujuh.

6.

Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator kemungkinan


terjadinya syok.

7.

Gejala-gejala lain :

Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.

Penurunan kesadaran

E.
1)

Pemeriksaan Dan Dignosis

Uji Torniquet
Tes tourniquet (Rumpel-Lende)/ tes kerapuhan kapiler merupakan metode diagnostik klinis
untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Penilaian kerapuhan dinding kapiler
digunakan untuk mengidentifikasi trombositopinia. Metode ini merupakan syarat diagnosis DBD
menurut WHO. Langkah tes torniquet :

a.

Pra Analitik
Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
Prinsip : Membuat kapiler anoksia dengan membendung daerah vena. Dengan terjadinya
anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler bertahan. Jika

b.

ketahanan kapiler turun akan timbul petechie dikulit


Alat bahan : tensimeter, stetoskop, timer, spidol
Analitik
Pasang manset tensimeter pada lengan atas. Tentukan tekanan sistolik (TS) dan tekanan

diastolik (TD)
Buat lingkaran pada volar lengan bawah dengan radius 3cm,
Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar x (TS+TD), pertahankan tekanan ini

c.

2)
-

selama 5 menit.
Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya petechie dalam lingkaran yang dibuat.
Post Analitik
< 10 : normal/negatif
10-20 : dubia (ragu-ragu)
>20 : abnormal (positif)
Labolatorium
Hb dan PCV meningkat ( 20% )

Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )

Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila
sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin
serum.

Hemokonsentrasi yaitu terjadi peningkatan nilai hematokrit > 20 %. Meningginya hematokrit


sangat berhubungan dengan beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului perubahan
tekanan darah dan nadi, oleh kerena itu pemeriksan hematokrit secara berkala dapat menentukan
sat yang tepat penghentian pemberian cairan atau darah.

Trombositopenia, akan terjadi penurunan trombosit sampai dibawah 100.000 mm3

Sediaan hapusan darah tepi, terdapat fragmentosit, yang menandakan terjadinya hemolisis

Sumsum tulang, terdapatnya hipoplasi sistem eritropoetik disertai hiperplasi sistem RE dan
terdapatnya makrofag dengan fagositosis dari bermacam jenis sel

Elektrolit, : hiponatremi (135 mEq/l). terjadi hiponatremi karena adanya kebocoran


plasma,anoreksia, keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang

Hiperkalemi , asidosis metabolic

Tekanan onkotik koloid menurun, protein plasma menurun, Serum transaminasi meningkat.

F.
1)
-

Penatalaksanaan
Indikasi rawat tinggal
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-

kejang.
-

Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan
sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.

Panas disertai perdarahan

Panas disertai renjatan.

2)

Fase Demam
Hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal. Bila cairan oral tidak dapat
diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan
intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, namun antipiretik
tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD.

3)

Penggantian Volume Plasma


Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase penurunan suhu (fase
a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma
yang hilang. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi
kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan
ditambah 5-8%.
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam
tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi
sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada
pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat
asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.
Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan
harus sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan untuk

dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5 sampai 8%),
seperti tertera pada tabel dibawah ini :

Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5 8 %)


Berat Badan waktu masuk RS ( kg

Jumlah cairan ml/kg berat badan per

)
<7
7 11
12-18
>18

hari
220
165
132
88
Kebutuhan cairan Rumatan

Berat Badan ( kg )
10
10 20
>20

Jumlah cairan ml
100 per kg BB
1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)

Jenis Cairan (rekomendasi WHO)


a.

b.

4)
a.

Kristaloid
Larutan ringer laktat (RL)
Larutan ringer asetat (RA)
Larutan garam faali (GF)
Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)
(Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang
mengandung dekstran)
Koloid
Dkstran 40
Plasma
Albumin
Syok Sindrom Dengue
Penggantian volume segera
Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat > 20 ml/kg BB. Tetesan diberikan
secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai

berat BB ideal danumur 10 mm/kg BB/jam.


Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid ditambah cairan koloid. Apabila syok
belum dapat teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam.

Bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid danberi cairan koloid (dekstran 40 atau
plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg BB.
Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan.
Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid syok masih menetap sedangkan kadar

hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian transfusi darah

segar.
Apabila kadar hematokrit tetap > tinggi, maka berikan darah dalam volume kecil (10 ml/kg

BB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kgBB/ 24 jam.


Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis
dankadar hematokrit.
Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma Pemberian cairan harus
tetap diberikan walaupun tanda vital telah membaik dankadar hematokrit turun. Tetesan cairan
segera diturunkan menjadi 10 ml/kg BB/jam dankemudian disesuaikan tergantung dari
kehilangan plasma yang terjadi selama 24-48 jam.
b.

Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit


Hiponatremia danasidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/SSD, maka analisis gas darah
dankadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat.

II.

KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A.

Pengkajian
1.

Identitas

Umur: DHF merupakan penyakit tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak dan
remaja.

Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi
kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.

Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian
menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah
penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat. biasanya nyamuk pembawa vector banyak
ditemukan pada daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.
2.

Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi, neyri epigastrium,
epistaksis, nyeri pada sendi-sendi, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu
makan menurun
3.

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4.

Riwayat penyakit terdahulu

Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang terjangkit DHF
lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang perna diderita dahulu
5.

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang menderita
penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit ini
ditularkan lewat gigitan nyamuk.
6.

Riwayat Kesehatan Lingkungan

7.

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah

lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas
bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan ban
bekas. Tempat tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis ini. Perlu
ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun juga dapat
terulang kapan-kapan

a.

8.

Riwayat Tumbuh Kembang

9.

Pengkajian Per Sistem

Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris,
perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

b.

Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi
DSS

c.

Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III
dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung
dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

d.

Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena.
e.

Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,
kencing berwarna merah.

f.

Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

B.

Diagnosa Dan Intervensi


No
1

Defisit Volume Cairan

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. I


Batasan Karakteristik :
-

Kelemahan

Haus

Penurunan turgor kulit/lidah

Membran mukosa/kulit kering

Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tek

Pengisian vena menurun

Perubahan status mental

Konsentrasi urine meningkat

- Temperatur tubuh meningkat


-

Hematokrit meninggi

Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)


Faktor-faktor yang berhubungan:

Kehilangan volume cairan secara aktif

Kegagalan mekanisme pengaturan

Kelebihan Volume Cairan


Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
Asupan berlebihan dibanding output

Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan C


Distensi vena jugularis

Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas a

Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan


Suara jantung SIII
Reflek hepatojugular positif
Oliguria, azotemia
Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor yang berhubungan :
Mekanisme pengaturan melemah
Asupan cairan berlebihan
Asupan natrium berlebihan

Nyeri
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul

serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang d
Batasan karakteristik :
Laporan secara verbal atau non verbal
Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
Gerakan melindungi

Tingkah laku berhati-hati


Muka topeng

Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, men
Terfokus pada diri sendiri

Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,

Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau

Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubaha

Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lem

Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, ir


Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Hipertermia
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan Karakteristik:
kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
serangan atau konvulsi (kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
saat disentuh tangan terasa hangat

Faktor faktor yang berhubungan :


penyakit/ trauma
peningkatan metabolisme
aktivitas yang berlebih
pengaruh medikasi/anastesi
ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat
terpapar dilingkungan panas
dehidrasi
pakaian yang tidak tepat

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
-

Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended D

Membran mukosa dan konjungtiva pucat

Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

Luka, inflamasi pada rongga mulut

Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan

Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

Miskonsepsi

Kehilangan BB dengan makanan cukup

Keengganan untuk makan

Kram pada abdomen

- Tonus otot jelek


-

Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

Kurang berminat terhadap makanan

Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

Diare dan atau steatorrhea

Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

Suara usus hiperaktif

Kurangnya informasi, misinformasi


Faktor-faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi za

Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
Ruptur membran amnion
Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan patogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan imum buatan

Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekan

Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan
Penyakit kronik

Kurang pengetahuan
Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic sp


Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap inform

DAFTAR PUSTAKA
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA
NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Pasaribu, Syahril. 1992. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed.
4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai