BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi dan Klasifikasi
Infark miokard akut dengan ST elevasi (ST Elevation Myocardial Infarction
=STEMI) merupakan sindroma klinis yang terjadi karena oklusi akut arteri koroner
akibat thrombosis intrakoroner yang berkepanjangan sebagai akibat rupture plak
aterosklerosis pada dinding koroner epicardial.
Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard akut,
dengan pembagian:
1. Derajat I : tanpa gagal jantung
2. Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop dan
peningkatan tekanan vena pulmonalis
3. Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.
4. Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik 90
mmHg) dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis).6
2.2 Epidemiologi
Penyakit kardiovaskular menyebabkan 12 juta kematian setiap tahunnya didunia.
Di Amerika Serikat, infark miokard adalah penyebab morbiditas dan mortalitas
terbanyak. Sekitar 1,3 juta kasus infark miokard non fatal dilaporkan setiap tahun, angka
insiden tahunan sekitar 600 kasus per 100.000 penduduk dan 500.000- 700.000
kematian disebabkan oleh penyakit jantung iskemik. Sepertiga pasien yang mengalami
STEMI meninggal dalam waktu 24 jam setelah onset iskemia dan banyak pasien yang
bertahan dari kematian mengalami morbiditas yang nyata.7
2.3. Patofisiologi
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat
2
Nilai prediktif dari sebuah elevasi segmen ST pada EKG sangat tergantung pada
kejadian penyakit dalam populasi di mana pasien cocok. Sebagai contoh, segmen ST
elevasi pada orang muda cenderung untuk dihubungkan dengan MI karena ada insiden
lebih rendah pada populasi yang lebih muda MI. Fakta ini, dalam dan dari dirinya
sendiri, mengurangi nilai prediktif positif dari EKG sebagai alat diagnostik dalam situasi
ini. Untuk semua pasien, tetapi khususnya di, penyebab muda lain dari elevasi STsegmen harus hati-hati diteliti dalam contex tes klinis.8
2.6 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatinine kinase (CK) MB dan cardiac
specifictroponin (cTn) T atau cTn I dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan
sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal,
karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB.
Pada pasien dengan elevasi ST dan gejala ACS, terapi reperfusi diberikan sesegera
mungkin dan tidak tergantung pemeriksaan biomarker.
Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas normal menunjukkan ada nekrosis
jantung (infark miokard).
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan adalah creatinine kinase (CK)MB
dan cardiac specifictroponin (cTn)T atau cTn I dan dilakukan secara serial. cTn harus
digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot
skeletal, karenapada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB.
CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
Nitrat diberikan 5mg SL (dapat diulang 3x) lalu drip bila masih nyeri.
dosis maintenance drip 12u/ kg BB selama 24 48 jam dengan maksimum 1000 u/ jam
dengan target aPTT 50 70s. Monitoring aPTT 3, 6, 12, 24 jam setelah terapi dimulai.
LMWH dapat digunakan sebagai alternative UFH pada pasien-pasien berusia < 75 tahun
dengan fungsi ginjal baik (kreatinin < 2,5 mg/dl pada laki-laki atau < 2 mg/ dl pada
wanita).4
Terapi fibrinolitik4.
Dianjurkan pada:
a) Presentasi 3jam.
b) Tindakan invasif tidak mungkin dilakukan atau akan terlambat.
c) Tidak ada kontraindikasi fibrinolitik.
Kontraindikasi fibrinolitik:
1. Kontraindikasi absolut:
a)
Riwayat perdarahan intracranial apapun.
b)
Lesi struktural serebrovaskular.
c)
Tumor intracranial (primer ataupun metastasis).
d)
Stroke iskemik dalam 3 bulan atau dalam 3 jam terakhir.
e)
Dicurigai adanya suatu diseksi aorta.
f)
Adanya trauma/ pembedahan/ truma kepala dalam 3 bulan terakhir.
g)
Adanya perdarahan aktif (termasuk menstruasi).4
2. Kontraindikasi relatif:
a) Riwayat hipertensi kronik dan berat yang tidak terkontrol.
b) Riwayat stroke iskemik > 3 bulan, demensia, atau kelainan intracranial selain
yang disebutkan pada kontraindikasi absolut.
10
minggu.
Perdarahan internal dalam2-4 minggu terakhir.
Terapi antikoagulan oral.
Kehamilan.
Non compressible punctures.
Ulkus peptikum aktif.
Khusus untuk streptokinase/ anistreplase: riwayat pemaparan sebelumnya
(>5hari) ata
j) riwayat alergi terhadap zat-zat tersebut
Terapi awal
Streptokinase(SK) 1,5 juta unit/ 100ml
D5% atau NaCl 0,9%
selama 30 60 menit.
Alteplase(tPA)
15 mg iv bolus 0,75
mg/ kg BB selama 30
menit kemudian 0,5
mg/ kg BB selama 60
menit iv. Dosis total
tidak melebihi 100mg
Kontraindikasi
spesifik
Dengan atau tanpa Riwayat SK atau
heparin iv selama anistreplase
24 48 jam
Heparin iv selama
24 48 jam
Antitrombin terapi
11
12
13
14
BAB III
ILUSTRASI KASUS
STATUS PASIEN RUANG RAWAT INAP ICCU
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI BPK RSUZA BANDA ACEH
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. MY
Umur
: 50 tahun
No. CM
: 0-95-48-28
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
15
II.
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Pekerjaan
: Pengacara
Tanggal Masuk
: 31 Mei 2013
Tanggal Pemeriksaan
: 1 Mei 2013
ANAMNESIS
a.
Keluhan Utama
b.
Keluhan Tambahan
:
Pasien datang ke IGD jam 09.00 wib dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri yang
dirasakan sejak jam 24.00 malam dan memberat 45 menit sebelum masuk rumah
sakit . Nyeri dirasakan tembus sampai ke kebelakang dan menjalar ke lengan kiri
(- ) dan menjalar ke rahang (+) . Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan tidak
dapat ditunjukkan dengan satu jari. Pada bagian Dada dirasakan sangat nyeri sampai
pasien berteriak kesakitan , Nyeri berlansung hamper 9 jam. Pada saat nyeri
pasien sampai berkeringat dingin, mual (+), muntah (+). Nyeri dirasakan pasien
tidak berkurang dengan istirahat. Riwayat nyeri dada sebelungnya disangkal.
Sebelum merasakan nyeri dada, pasien mengaku tidak sedang melakukan kegiatan
apapun di rumah.
d.
e.
f.
16
h.
i.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
b.
Status Present
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi (HR)
: 64 x/menit
Frekuensi Nafas
: 25 x/menit
Temperatur
: 36,2 C
Status General
Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Ikterus
: (-)
Pucat
: (-)
Sianosis
: (-)
Oedema
Kepala
Bentuk
: Kesan Normocephali
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
17
Gigi geligi
: Karies (-)
Lidah
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Peningkatan TVJ
: R-2 cmH2O
Axilla
Thorax
1. Thoraks depan
a) Inspeksi
Bentuk dan Gerak
Tipe pernafasan
: Thorako-abdominal
Retraksi
: (-)
b) Palpasi
Stem premitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
c) Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah
Paru kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kanan
Paru kiri
d) Auskultasi
Suara pokok
18
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
Vesikuler (-)
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
Vesikuler (-)
Suara tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Paru kiri
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(+), Wh(-)
2. Thoraks Belakang
a) Inspeksi
Bentuk dan Gerak
Tipe pernafasan
: Thorako-abdominal
Retraksi
: interkostal (-)
b) Palpasi
Stem Fremitus
Lap. Paru Atas
Lap. Paru Tengah
Lap. Paru Bawah
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Paru kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kanan
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
Vesikuler (-)
Paru kiri
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
Vesikuler (-)
c) Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap.Paru bawah
d) Auskultasi
Suara pokok
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
19
Paru kanan
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Paru kiri
Rh(-),Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(+), Wh(-)
Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
Auskultasi
Abdomen
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genetalia
Anus
Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Sensibilitas
Atrofi otot
Superior
Kanan
Aktif
Normotonus
N
-
Kiri
Aktif
Normotonus
N
-
Inferior
Kanan
Aktif
Normotonus
N
-
Kiri
Aktif
Normotonus
N
-
20
IV.
PEMERIKSAAN LABORATURIUM
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Haemoglobin
12,7 gr/dl
13 - 18 gr/dl
Leukosit
13,0.103/ul
4,1-10,5.103/ul
Trombosit
142.103 /ul
150-400.103/ul
Hematokrit
36 %
40-55%
KGD puasa
124
60-110 mg/dl
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Ureum
Kreatinin
74
2,6
10-50 mm/dl
0,5-1,5 mg/dl
Fungsi Ginjal
Kimia Darah
Jenis
pemeriksaan
Total
Kolesterol
HDL
kolesterol
LDL
kolesterol
Trigliserida
As.
Urat
Darah
SGOT
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
109 mg/dl
<200 mg/dl
26 mg/dl
> 45 mg/dl
23 mg/dl
296 mg/dl
6,9 mg/dl
30-200 mg/dl
3-7 mg/dl
143 U/I
0-31U/I
SGPT
127 U/I
0-37 U/I
Alkalis
Phosfatase
Protein Total
704 U/I
49-98 U/I
6,2 U/I
6,3-8,3 g/dl
Albumin
3,2 gr/dl
3,2-5,2 g/dl
Globulin
3,0 gr/dl
1,3-3,2 g/dl
21
Nilai Rujukan
135-145 meq/L
3,5-4,5 meq/L
90-110 meq/L
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Haemoglobin
13,8 gr/dl
13 - 18 gr/dl
Leukosit
16,4.103/ul
4,1-10,5.103/ul
Trombosit
188.103 /ul
150-400.103/ul
Hematokrit
40 %
40-55%
KGDN
101 mg/dl
60-110 mg/dl
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Ureum
Kreatinin
65
1,5
10-50 mm/dl
0,5-1,5 mg/dl
Fungsi Ginjal
V.
22
Interpretasi EKG
Irama
Axis
Gelombang P
Interval PR
Kompleks QRS
Heart Rate
Interval QRS
Regularitas
ST elevasi
: Sinus Aritmia
: Right axis deviation
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: melebar
: 110 x/ menit, irregular
: >0,10 detik
: irreguler
: Lead I, aVL,AvR, V1- V6
23
VII.
DIAGNOSA
Akut STEMI Anterior Ekstensive onset 8 jam, KILLIP 2, TIMI RISK 9/14,
Grace Score 130 post Fibrinolitik
AKI
VIII. PENATALAKSANAAN
Instalasi Gawat Darurat
- Bed rest semi fowler
- O2 2-4 Liter/menit (saturasi >90 %)
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj. Streptokinase 1,5 juta unit dalam 100cc NaCl 0,9 %
- Inj. Furosemid 2 ampul/12 jam (IV)
- Inj. Arixtra 2,5 cc/ hari (selama 5 hari)
- Loading Aspilet 320 mg dikunyah, selanjutnya 1x80 mg
24
: dubia ad malam
: dubia ad malam
Olahraga teratur
Tetap minum obat pulang dengan teratur sampai waktu yang telah
ditentukan
Follow up
Tanggal
21/04/13
Nyeri
sebelah
berkurang
O
dada KU
: sedang
Akut
: CM
Anterior
TD
: 100/70 mmHg
ekstensive
HR
: 98 x/menit
RR
: 36 x/ menit
post fibrinolitik
kiri Kes
Suhu : 36,30C
Killip
Kepala : dbn
STEMI
- O2
2-4
Liter/menit
(saturasi >90 %)
- IVFD RL 10 gtt/i
- Arixtra 2,5 cc/ hari
(selama 5 hari)
- Inj.Ranitidin1
ampul/12 jam
- Aspilet 1x80 mg
- Clopidogrel 1x75 mg
- Simvastatin 1x40 mg
25
- Captopril 3x6,25 mg
- Laxadyn syrup 1xCII
- Alprazolam 0,25 mg
(k/p)
- Dobutamin drip 250
mg
- ISDN 2x5mg (bila TD
> 90 mmHg)
sianosis (-)
lidah : berslag (-)
geligi : karies (-)
faring : hiperemis (-)
Leher
Thorax
sebelah
kiri
berkurang
berkurang
Akut
STEMI
: CM
Anterior
TD
: 75/57 mmHg
ekstensive
HR
: 103 x/menit
RR
: 34 x/ menit
post
Suhu : 36,40C
fibrinolitik
2-4
Liter/menit
(saturasi >90 %)
- IVFD RL 10 gtt/i
- Arixtra 2,5 cc/ hari
(hari 2)
- Inj.Ranitidin1
Kepala : dbn
Killip
- O2
ampul/12 jam
Aspilet 1x160 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Simvastatin 1x40 mg
Captopril 3x6,25 mg
Laxadyn syrup 1xCII
Alprazolam 0,25 mg
(k/p)
Planning :
- PCI
sianosis (-)
Thorax
sesak
batuk berdarah
Akut
STEMI
Kes
: CM
Anterior
TD
: 100/70 mmHg
ekstensive
HR
: 105 x/menit
RR
: 32 x/ menit
post fibrinolitik
Suhu : 36,50C
Killip
- O2
Kepala : dbn
Mata : cekung (-/-)
konj. pucat (-/-)
sklera ikterik (-/-)
(hari 3)
- Inj.Ranitidin1
-
ampul/12 jam
Aspilet 1x80 mg
CPG 1x75 mg
ISDN 2x5 mg
Simvastatin 1x40 mg
Captopril 3x6,25 mg
Laxadyn syrup 1xCII
Alprazolam 0,25 mg
(k/p)
Liter/menit
(saturasi >90 %)
- IVFD RL 10 gtt/i
- Arixtra 2,5 cc/ hari
2-4
Planning :
-
Balance
-1000cc/24 jam
27
cairan
Thorax
Sesak nafas
Akut
Kes
: CM
Anterior
TD
: 120/70 mmHg
ekstensive
HR
: 108x/menit
RR
: 30 x/ menit
post
Suhu : 37,0C
STEMI
Killip
fibrinolitik
Kepala : dbn
AKI
- O2
2-4
(saturasi >90 %)
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj.Ranitidin 2 ampul/
-
8 jam
Aspilet 1x80 mg
CPG 1x75 mg
ISDN 2x5 mg
Simvastatin 1x40 mg
Laxadyn syrup 1xCII
Alprazolam 0,25 mg
(k/p)
- Spirola 1x50mg
- KSR 3x1
Planning :
-
Balance
cairan
-1000cc/24 jam
-
PCI
Cek
ulang
darah
Liter/menit
sesak (+)
Akut
Kes
: CM
Anterior
TD
: 110/70 mmHg
ekstensive
HR
: 94 x/menit
RR
: 26 x/ menit
post
Suhu : 36,50C
STEMI
Killip
fibrinolitik
Kepala : dbn
AKI
- O2
2-4
(saturasi >90 %)
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj.Ranitidin 2 ampul/
-
8 jam
Aspilet 1x80 mg
CPG 1x75 mg
ISDN 2x5 mg
Simvastatin 1x40 mg
Laxadyn syrup 1xCII
Alprazolam 0,25 mg
(k/p)
- Spirola 1x50mg
- KSR 3x1
Planning :
-
Balance
Thorax
PCI
ACC
ruangan
cairan
-1500cc/24 jam
Liter/menit
pindah
pasien ini. Factor resiko terdiri dari factor risiko yang dapat dirubah dan factor risiko
yang tidak dapat dirubah. Factor risiko yang tidak dapat dirubah pada pasien ini adalah
jenis kelamin laki-laki dan usia > 40 tahun. Secara teoritis dijelaskan bahwa penyakit
jantung umumnya terjadi pada usia >40 tahun dan pada jenis kelamin laki-laki. Risiko
aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit yang serius
30
Fase awal atau hiperakut ; Elevasi ST yang nonspesifik, T yang tinggi dan melebar
Fase evolusi lengkap; Elevasi ST yang spesifik, konveks ke atas, T yang simetris dan
negative, Q patologis
Fase infark lama; Q patologis bisa QS atau Qr, ST yang kembali isoelektik, T bisa
normal atau negative
31
Gelombang Q, elevasi ST
(sandapan)
Arteri koroner
Anteroseptal
V1 dan V2
Anterior
V3 dan V4
Lateral
Anteriorekstensif
V5 dan V6
I, aVL, V1-V6
High-lateral
Posterior
I, aVL, V5 dan V6
V7-V9 (V1 dan V2)
Inferior
Right ventrikel
V2R-V4R
32
sedangkan
pemberian propanolol atau timolol setelah IMA dapat mengurangi resiko reinfark dan
memperpanjang survival.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi, Idrus. 2006. Tatalaksana Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
2. Bottiger BW., Amtz HR., Chamberlain DA., Bluhmki E., Beimans A et al., 2008.
Thrombolysis DuringResuscitation for Out of Hospital Cardiac Arrest. N engl J Med.
359:2651-2662.
3. Brieger D., Eagle KA., Goodman SG., Steg PG., Budaj A et al. 2004. Acute Coronary
Syndroms Without Chest Pain, an Underdiagnosed and Undertreated high-risk
Group: insight from the Global Registry of Acute Coronary Events. Chest . 126:461469.
4. Hamm CW., Bassand JP., Agewall S., Bax J., Boersma E. 2011. ESC Guidelines for
the Management of Acute Coronary Syndromes in Patients Presenting Withouth
Persistent ST-segment Elevation. European Heart Journal. 32:2999-3054.
5. Hossmann KA dan Heiss WD. 2008. Neurophatology and Neuropathophysiology of
Stroke. Cambridge University Press: England.
6. Jaroslav H dan Jonathan H. 2007. Cardiovascular Emergencies-Right Ventricular
Infarction. Emergency Medicine and Critical Review p 1-5.
34
35