A. 1. Pokok Bahasan
1. Struktur telur
2. Bagian-bagian telur dan vitelogeni
3. Ovulasi
4. Pembentukan putih telur dan plumping
5. Pembentukan kerabang telur
6. Mekanisme peneluran
C. Tujuan:
Menjelaskan proses pembentukan telur dan struktur telur serta vitelogeni.
Mampu menjelaskan terjadinya ovulasi, peranan hormon dan perkembangan
folikel. Mampu menerangkan pembentukan putih telur dan mekanisme plumping.
Mampu menerangkan proses pembentukan kerabang telur dan akhirnya
mengetahui pula mekanisme peneluran (cluth, laying squence dan oviposition)
D. Uraian Bahasan
Proses Pembentukan
Telur 1. Struktur telur
Telur tersusun dari kuning telur (yolk), putih telur (albumen), kerabang tipis
dan kerabang telur serta beberapa bagian lain yang cukup komplek (gambar 19).
Sebutir telur dengan berat 60 g mempunyai garis tengah (lingkaran ekuator) 4,2
-5,8 cm dan lingkaran membujur 13-16 cm. Isi telur 55 cm3 dengan luas
permukaan 70 cm2
Medium
Cepat
Lama (bulan)
4-5
0,5
Diameter (mm)
<1
2-8
8-40
Herat (g)
0,001
0,01-0,3
20
JumlahOvum
>1000
6-40
5-8
Warna Disekresikan
Putih
Kuning Pucat
Kuning
Protein
Protein
Disekresikan
perbedaan
antara
ritme
gelap
saat
terjadinya
sekresi
LH
dari
sama sekali tidak terdapat lipida. Putih telur merupakan sumber protein dan
tersekresikan serta terakumulasi di dalam sel epithelium dan tubuler. Keberadaan
telur di magnum ini merupakan stimulasi dari saluran reproduksi untuk
mensekresikan putih telur tersebut. Sintesa protein ini terjadi karena konsentrasi
RNA dan kecepatan sintesa putih telur dari glandula tubuler meningkat pada saat
pembentukan telur. Protein putih telur yang berupa ovalbumin, ovotransverin,
ovomucoid dan lysosome disinthesa oleh glandula tubuler, sementara itu avidin
dan ovomucin disintesa oleh sel gobelet. Putih telur yang dibentuk berbentuk
kental berupa gel yang tipis yang mengandung kurang lebih 15 g air atau separuh
dari jumlah air keseluruhan. Selama 6-7 jam pertama telur berada di magnum
maka kandungan air putih telur meningkat dua kali sehingga mencapai 3,5-7 g air
setiap gram protein. Mekanisme penyerapan air bersama-sama dengan protein di
dalam proses pembentukan putih telur ini dinamakan plumping. Perbedaan
struktur dari putih telur, tebaltipisnya putih telur, terjadinya putih telur tipis dan tebal
interna dan eksterna serta chalaza terbentuk pada saat ini. Chalaza merupakan
protein yang terakumulasi akibat adanya rotasi dan tekanan pada saat
pembentukan putih telur sehingga membebaskan ikatan protein dari putih telur.
Chalaza ini berperanan untuk mempertahankan posisi kuning telur agar stabil di
tengah dan juga diduga sebagai penyebaran panas pada saat penetasan. Putih
telur merupakan sumber protein utama dalam telur yang terdiri dari ovalbumin
(merupakan protein utama), globulin dan lisosom, ovomusin, avidin, flavoprotein
dan ovomukoid. Semua protein telur berbentuk glikoprotein kecuali avidin dan
lisosom.
5. Pembentukan Kerabang Telur
Kerabang telur terdiri dari dua bagian yaitu kerabang tipis (membran) baik
luar dan dalam yang dihasilkan oleh ithmus dan kerabang telur keras. Tebal
kerabang telur 300 mm. Komposisi dari kerabang telur dapat digambarkan
sebagai berikut:
Kerabang telur terdiri dari Bahan kering 98,4% dan air 1,6%. Bahan kering
terdiri dari protein 3,3% dan mineral 95,1% . Diantara mineral yang paling banyak
terdapat di kerabang telur adalah CaCO3<98,43%). MgCO3 (0,84%) dan
Ca3(PO4)2 (0,75%). Persentase berat mineral/berat total dari kerabang telur serta
berat absolut/berat kerabang telur seperti pada tabel berikut ini. Kerabang telur
terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
a. Kutikula
b. Membran Palissadik
c. Membran cone (cone layer)
d. Membran mamiler
e. Membran kerabang dalam
1. Membran mamiler, membran ini terikat dengan membran kerabang dalam dan
tersusun dari cone dasar dan membran cone (cone layer), membran mamiler
mengandung muko polisakarida dan glikoprotein.
2. Cone dasar tersususn dari membran yang merupakan perkembangan dari
membran kerabang bagian luar.
3. Membran palisadik. Lapisan ini mengandung kapur berupa kalsium karbonat
yang berikatan dengan 3% bahan organik. Bahan organik utama terdiri dari
11% polisakarida dan 70% protein yang berbentuk ikatan glikoprotein atau
komplek protein-polisakarida.
4. Kutikula merupakan bagian paling luar dari kerabang telur yang tersusun dari
protein (90%), gula (4%) dan 3% lipida serta 3,5% abu. Pada kutikula ini
terdapat pula zat wama kerabang telur, misalnya warna coklat dari akumulasi
protoporpirin.
5. Pigmen kerabang telur, warna kerabang telur ditentukan oleh beberapa zat
antara lain melanin, karotenoid dan porpirin. Warna melanin diambil dari
sintesa melanin pada kulit dan migrasi dari melanosit dari lapisan layer
epidermis kulit. Warna kerabang telur pada unggas liar sebenarnya digunakan
sebagai perlindungan terhadap predator.
total kalsium plasmatik setiap 12 menit. Mobilisasi kalsium dari tulang meduler
terjadi apabila kekurangan kalsium dalam pakan. Ayam mampu memobilisasikan
kalsium sebanyak 58% dari tulang meduler di bawah kontrol dari hormon estrogen
dan testosteron. Saat terjadi absorpsi kalsium permukaan sel tulang meduler
mengembang 9 kali, namun dengan adanya aktivitas osteoblastik maka
rekonstruksi tulang meduler akan terjadi kembali sehingga tetap menjadi tulang
yang kompak.
Kandungan kalsium pakan memegang peranan penting pada proses
kalsifikasi kerabang telur. Peningkatan sekresi asam dan air melalui proventrikulus
meningkatkan solubilitas kalsium karbonat pakan dan meningkatkan retensi
kalsium intestinum selama kalsifikasi kerabang telur. Kapasitas absorpsi kalsium
meningkat 6 kali pada ayam dewasa. Penetrasi kalsium dalam uterus bersifat aktif.
Transfer kalsium kemudian menurun dengan kehadiran ion Na atau enzim
karbonik anhidrase yang merupakan penyebab produksi bikarbonat. Transfet
kalsium berasosiasi dengan sintesis protein sitosolik, calbindin (Calsium binding
protein) merupakan afinitas dari sintesis ini. Calbindin diketemukan dalam
glandula tubuler yang menjamin terjadinya transpor kalsium bersama dengan
kehadiran enzim Ca ATPase di uterus. Enzim ini merupakan fasilitator dalam
absorpsi kalsium dalam cairan uterus.
6.
Keluarnya telur dari oviduk (oviposition) merupakan hasil kerja bersama yang
dikoordinasi oleh faktor fisiologis antara lain kontraksi otot uterus dan relaksasi
vagina untuk melepaskan telur. Pada unggas aktivitas kontraksi uterus meningkat
setiap terjadi peneluran baik itu peneluran normal atau peneluran prematur.
Regulasi peneluran tergantung dari hormon arginin vasotosin (oksitosin) yang
disekresikan hormon hipifisis posterior, dan hormon prostaglandin yang diproduksi
oleh ovarium dan uterus. Ovarium berperanan penting pada sebelum dan sesudah
pemasakan ovum, karena ovulasi tidak akan terjadi sebelum terjadinya oviposisi.
9 dst
Peneluran
Laying Squence
Cluth
Berhenti bertelur
Laying squence dan cluth tergantung dari genetik ayam, cara peneliharaan dan
faktor lingkungan terutama lama pencahayaan.
arginin
vasotosin
(oksitosin)
bersama
dengan
prostaglandin
Beberapa data mengenai berat telur, persentase kuning telur, putih telur dan
kerabang telur dari berbagai unggas seperti pada Tabel 8.
Berat telur
Persentase
(g)
Kuning telur
Putih telur
Kerabang telur
Angsa
155
30-33
55-58
11-13
Itik Pekin
92
33
57,5
9,5
Kalkun
80-90
31-35
54-58
8,5-10,5
Itik Manila
75-85
33-37
50-53
11-13
Ayam Leghorn
50-70
25-33
57-65
8,5-10.5
Burung Mutiara
35-45
25-35
50-60
15
Phesant
29-32
30-32
52-55
9,5-10,5
Merpati
18
18-22
65-75
7-9
8-10
30-33
52-60
7-9
Burung Puyuh
Apabila diperhatikan bahwa berat telur terkecil dari bangsa unggas piaraan
adalah telur burung puyuh, sedangkan yang terbesar adalah telur angsa (Burung
Unta (ostrich) mempunyai berat telur 900-1000 g). Burung merpati mempunyai
persentase putih telur terbesar, sedangkan itik Manila menghasilkan kuning telur
paling besar (33-37%).
7.
Kualitas Telur
Telur merupakan bahan pangan yang berkualitas tinggi bagi manusia dan
khususnya merupakan sumber pakan embrio ayam. Produsen telur konsumsi
lebih tertarik kepada berat telur karena berat telur merupakan faktor pertama dari
harga. Disamping itu produsen juga menyukai telur dengan kualitas kerabang telur
yang tinggi. Untuk para pembibit, karena telur akan ditetaskan maka mereka
mementingkan kualitas telur yang ideal. Jumlah bakteri dan porositas dari
kerabang telur merupakan pertimbangan sehingga untuk pertukaran gas di dalam
telur selama penetasan berjalan lancar.
Sedangkan telur untuk dikonsumsi yang paling diutamakan adalah
kesegaran, besar telur kemudian barulah harga. Tidak kalah pentingnya adalah
warna kerabang telur dan kekuningan dari kuning telur. Telur yang cacat dan retak
tidak akan dijual dalam bentuk unite, tetapi masih dapat digunakan untuk kue di
pabrik roti. Industri agro alimentaire mengutamakan telur yang mudah untuk
memisahkan antara putih dan kuning telur, anti kristalin, emulsi, stabilitas
persentase protein dan kebersihan telur. Untuk mengukur nilai dari kuning telur
dilakukan dengan menggunakan indeks kuning telur yaitu perbandingan antara
tinggi dengan diameter kuning telur. Pengukuran indeks kuning telur ini relatif lebih
mudah dibanding dengan putih telur hal ini karena bentuk kuning telur relatif lebih
stabil dibanding dengan putih telur. Daya tahan membran vitelina dari kuning telur
terhadap pecahnya kuning telur juga penting artinya untuk menyatakan kualitas
kuning telur. Wama dari kuning telur menjadi kriteria utama terhadap konsumen.
Untuk memberi warna kuning sesuai dengan permintaan konsumen merukana hal
yang sangat komplek. Secara laboratorium, kuning telur ini diukur dari sampel telur
dengan menggunakan kipas Roche pada tempat yang terang, tidak buta warna.
Warna kuning telur ini ditentukan oleh kandungan B karotin yang terdapat pada
kuning telur. Dengan mengggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
450 nm dengan materi standard B karotin atau kalium bikromat dapat diketahui
pula apakah warna kuning telur berasal dari lutein (luzerna) atau zeaxanthin
(jagung kuning). Di samping itu sering terdapat pula bintik darah pada kuning telur.
Karakter yang lebih spesifik terhadap putih telur adalah kandungan protein
(lysozyme), yang berperanan terhadap kualitas putih telur yang digambarkan pada
kekentalan putih telur yang meliputi putih telur kental dan encer yang merupakan
pembungkus dari kuning telur. Ketika telur dipecah pada kaca, maka terlihat
bahwa putih telur kental melekat pada kuning telur dan menutupi semua
permukaan kuning telur. Cara pengukuran putih telur yang lazim digunakan
adalah:
-
proporsi putih telur kental dan encer khususnya tinggi atau ketebalan putih
telur setelah telur dipecah.
perbandingan secara visual antara telur yang sudah dipecah pada kaca tersebut
dengan standard yang telah dikeluarkan oleh USDA dari Amerika Haugh Unit,
yaitu satuan nilai dari putih telur yang dikemukakan oleh Haugh pada tahun 1939,
yaitu dengan cara menghitung secara logaritma terhadap tinggi albumen kental
dan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur:
Haugh Unit
Biasanya nilai HU bervariasai antara 20-110 dan telur yang baik antara 50
-100. Di Amerika Serikat nilai dari HU ini kemudian digunakan sebagai indikator
terhadap kualitas isi telur dan diklasifikasikan ke dalam 4 klas yaitu:
Klas
AA
HU
U> 79
79>U>55
B
55>U>31
C
U<31
Selain nilai HU ada juga cara untuk mengukur kualitas putih telur yaitu
dengan mengetahui viskositas dari putih telur, tetapi metode ini sangat sulit
dilaksanakan karena harus menggunakan alat viskometer untuk mengetahui
rheologi dari kerekatan pseudoplastik dan interpretasi dari hasilnya. Pengukuran
iini membutuhkan pH lingkungan yang stabil dengan temperatur 20C dan harus
selesai paling lama 4 menit.
Untuk mengetahui kualitas kerabang telur maka dapat dilakukan beberapa
pengujian meliputi bentuk, soliditas, warna dan porositas dari kerabang telur.
Bentuk telur dinyatakan dengan indeks telur yaitu perbandingan antara
diameter lebar dengan diameter panjang telur yang dinyatalkan dalam persen.
Nilai indeks telur bervariasai antara 65 - 82 % dan yang ideal adalah 70-75%.
Indeks telur ini tidak dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan jenis
kelamin anak ayam dari telur tetas yang ditetaskan. Nilai indeks telur ini sangat
bervariasi antara individu dalam suatu kelompok dan peneluran dari satu seri
peneluran. Penyebab terjadinya variasi indeks telur ini belum dapat diterangakan
secara jelas namun diduga sebagai akibat dari perputaran telur di dalam alat
reproduksi, karena ritme tekanan dari alat reproduksi atau ditentukan oleh
diameter lumen alat reproduksi. Indeks telur ini tidak dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan jenis kelamin anak dari telur tetas yang ditetaskan
seperti yang pernah dilaporkan oleh Tri Yuwanta(1981).
Kerabang telur diukur dengan cara menimbang kerabang telur setelah
dicuci dan dikeringkan pada panas matahari atau dikeringkan pada pengering
100C selama kurang lebih 6 jam. Kerabang telur yang diukur di sini termasuk di
dalamnya kerabang tipis sebab tidak mudah untuk dilepaskan. Pengukuran berat
kerabang telur dilakukan pada 3 butir telur dari siklus 28 hari. Hasil berat yang
diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam luas permukaan telur yang kemudian
dinyatakan dalam indeks kerabang telur. Jadi indeks kerabang telur adalah
perbandingan antara berat kerabang telur dengan luas permukaan kerabang telur:
I
C
= x 100
S
Luas permukaan kerabang telur dihitung berdasarkan berat telur menurut rumus
Mongin(1965) sebagai berikut:
S = 3,978 W 0,7056
dimana W adalah berat telur
Tabe 9. Gizi telur yang dapat dikonsuma bang telur 60 g (%)
Material
Total
Komplit
Putih Telur
Kuning Telur
53,5-55
35-37
17-18,5
39,5-41,5
30-33
8-9,2
Bahan Kering
13-14,5
3,^4.5
8,7-10
Protein
6,4-7,0
3,3-4
2,7-3,2
Lemak
6,1-6,9
6,0-6,8
Jenuh
2,3-2,5
2,1-2,4
Tidakjenuh
3,5-4,0
3,3-3,8
Kolesterol
0,24-0,27
0,24-0,27
Air
Glukosa
0,15-0,2
0,12-0,16
0,03-0,05
Abu
0,45-0,55
0,16-0,24
0,2-0,3
88-95
14-18
74-80
Kalori
Catalan: Berat kerabang telur 10-11%, untuk berat 100 g angka tersebut perlu
dikonversikan
Berat telur merupakan kriteria pertama dalam pemasaran telur. Berat ideal
telur konsumsi yang diinginkan oleh konsumen bervariasi antara 65-70 g. Problem
yang sering timbul adalah berat telur yangtahk sesuai dengan yang dinginkan yaitu
ringan atau terlalu berat, namun kandungaB gin rebtif sama (label 9)
E. Pemahaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.