Anda di halaman 1dari 4

REYNOLD SIBURIAN

04011281520142
ALPHA 2015
Banyak biokimia, seperti karbohidrat dan lipid, merupakan sumber energi. Kita mengonsumsi
sumber energi sebagai makanan, mengubah energi menjadi ATP, dan menggunakan ATP dalam
menjalankan aktivitas. Seperti transformasi energi lainnya, konsumsi energi dan penggunaan
energi diatur oleh hukum termodinamika bahwa energi tidak dapat dibuat atau dihancurkan,
artinya,

Implikasi klinis dari persamaan ini adalah, jika kita mengkonsumsi lebih banyak energi daripada
yang digunakan, maka kita akan kelebihan berat badan atau obese. Obesitas didefinisikan
sebagai IMT (indeks massa tubuh) yang lebih dari 30 kg m -2 sedangkan kelebihan berat badan
(overweight) memiliki IMT lebih dari 25 kg m-2. Kelebihan dari lemak akan disimpan di adiposit
sebagai triacylglcycerol. Jumlah adiposit tetap pada orang dewasa, maka obesitas merupakan
adiposit yang penuh. Nyatanya, sel adiposa dapat meningkat 1000-kali dalam ukuran,

Obesitas dikatakan sebagai faktor resiko dari berbagai kondisi patologis seperti diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Di amerika serikat hampir 30% dari orang dewasa yang
diklasifikasikan begitu. Penyebab obesitas cukup simpel pada kebanyakan kasus: banyak
makanan dikonsumsi daripada dibutuhkan dan kalori yang berlebihan disimpan sebagai lemak.
Tapi pertanyaannya kenapa obesitas sering terjadi dewasa ini. Ada dua penjelasan. Pertama
adalah pandangan bahwa tubuh diprogram untuk cepat menyimpan kalori tambahan pada kondisi
banyak asupan, adaptasi evolusi dari waktu ketika manusia tidak punya surplus makanan, seperti
ketika dewasa ini. Sebagai hasil, kita menyimpan kalori seperti jika puasa akan mulai besok, tapi
tidak ada puasa yang datang. Penjelasan kedua adalah kita tidak menghadapi bahaya predasi.

Penelitian menunjukkan bahwa predasi merupakan penyebab utama kematian dari nenek moyang
kita. Individu obese akan cenderung diasingkan dari kelompok daripada individu yang tinggi,
langsing. Tapi seiring predasi yang menurun,maka langsing menjadi kurang memiliki
keuntungan. Terlepas dari itu, kecenderungan untuk obesitas dapat dicegah dengan makan lebih
sedikit dan berolahraga lebih banyak. Walaupun, studi genetik meunjukkan tendensi obesitas
sangat mungkin diwariskan.
Resistensi leptin sebagai penyebab obesitas
Jika leptin diproduksi proporsional terhadap lemak tubuh dan leptin menginhibisi makan, kenapa
orang menjadi obese? Orang obesitas, pada kebanyakan kasus, memiliki leptin yang berfungsi
dan memiliki konsentrasi leptin di darah yang tinggi. Kegagalan untuk merespon efek
anorexigenic dari leptin dikenal sebagai resistensi leptin. Bukti terbaru menunjukkan bahwa grup
protein dikenal sebagai supressors of cytokine signaling (SOCS) mungkin berperan. Protein
SOCS menginhibisi sinyal reseptor dengan berbagai cara. Anggap, sebagai contoh, efek dari
protein SOCS di reseptor insulin. Ingat bahwa insulin menstimulasi autofosforilasi dari residu
tirosin di reseptor insulin, menginisiasi jalur insulin-signaling. Protein SOCS berikatan pada
tirosin yang terfosforilasi atau jalur transduksi sinyal lain sehingga menghambat aliran sinyal dan
mengubah aktivitas biokimia sel. Bukti dari hal ini adalah pada studi yang dilakukan pada tikus.
Tikus ini dihapus semua SOCS nya. Hasilnya tikus menunjukkan sensitivitas pada leptin yang
tinggi sehingga saat diberi diet yang tinggi lemak pun, tidak bertambah berat badan. Alasan
mengapa protein SOCS meningkat masih belum diketahui.

Diet untuk melawan obesitas


Secara umum, dua kategori dari diet dapat menolong kita mengontrol kalori-diet rendah
karbohidrat dan diet rendah lemak. Diet rendah karbohidrat biasanya menekan pada konsumsi
protein. Walaupun studi dari efek diet pada mausia sangat kompleks, data mulai menunjukkan
bahwa diet rendah karbohdirat-tinggi protein mungkin lebih efektif dalam mengurangi berat.
Alasan tepatnya belum diketahui, tetapi ada dua hipotesis. Pertama, protein sepertinya
menimbulkan rasa puas lebih efektif daripada lemak atau karbohidrat.

Kedua, protein

membutuhkan lebih banyak energi untuk didigesti daripada lemak atau karbohdirat, dan

peningkatan penggunaan energi berkontribusi pada kehilangan berat. Sebagai contoh, pada stydu
baru-baru ini menunjukkan bahwa diet dengan 30% protein membutuhkan hampir 30% lebih
banyak energi untuk didigesti daripada yang dibutuhkan oleh diet yaitu 10% protein. Mekanisme
dimana diet kaya protein meningkatkan penggunaan energi dan rasa puas masih belum diketahui.
Walaupun begitu, istilah makan kurang, banyak olahraga selalu berlaku
DAFTAR PUSTAKA
1. Harvey, Richard., Ferrier, Denise. 2011. Lippincott Illustrated Review Biochemistry.
Lipincott William and Wilkins
2. Marks, Allan D, dkk. (n.d). Marks Basic Medical Biochemistry
3. Lieberman,Michael A., Ricer,Rick. 2014. Biochemistry, Molecular Biology and Genetics.
Lippincott William and Wilkins
4. Berg, Jeremy M., Tymoczko, John L., Stryer, Lubert. 2012. Biochemistry. W.H Freeman

and Company

Anda mungkin juga menyukai