Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
auereus pada nasal adalah sebanyak 40-50 % dari populasi. Staphylococcus juga
ditemukan pada pakaian, sprei, dan benda lain di linkungan manusia (Brook, dkk,
2005).
Pada Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi pada folikel
rambut, kelenjar keringat, luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis,
osteomyelitis dan pneumonia. Sedangkan di rumah sakit sering menimbulkan
nosocomial infections pada bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang
sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit.
PadaStaphylococcus pyogenes penyakit yang ditimbulkannya antara lain sepsis
puerperalis (sepsis pada masa nifas), tonsilitis, acute glomerulonephrytis,
pharyngitis, peritosillar abses, otitis media, pneumonia dan peritonitis (dr. Indan,
2003).
Kemampuan
patogenik Staphylococcus
aureus tertentu merupakan
gabungan efek factor ekstraseluler dan toksin serta serta sifat invasive strain
tersebut. Salah satu akhir spectrum penyakit olehStaphylococcus adalah keracunan
makanan akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung enterotoksin,
sedangkan bentuk akhir lainnya adalah bakteremia Staphylococcus dan abses yang
tersebar di semua organ.
Staphylococcus saprophyticus dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
pada wanita muda, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal
pada kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan (Jawetz, dkk, 2007).
2.5 Antigen
Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein seperti zat
lain yang penting dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer
polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang bergabung memberikan
eksoskeleton yang kaku dari dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau
paparan terhadap lisozim. Ini penting dalam pathogenesis infeksi: Infeksi akan
merangsang pembentukan interleukin-1(pirogen endogen) dan antibody opsonin
oleh monosit; dan ini dapat menjadi penarik kimiawi bagi lekosit polimorfonuklear,
mempunyai aktivitas seperti endotoksin dan mengaktivasi komplemen.
Asam teikoat, yang merupakan polimer gloserol atau ribitol fosfat, diikat
kepeptidoglikan dan dapat menjadi antigenic Antibodi asam inti anti teikoat yang
dapat di deteksi melalui difusi gel dapat ditemukan pada pasien dengan endikarditis
aktif yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur S. aureus
yang bias mengikat kebagian Fc molekul IgG kecuali IgG3. Meskipun IgG terikat
pada protein A, namun fragmen Fab tetap bias bebas berikatan dengan antigen
spesifik.
Kerangka Identifikas
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Objek Glass
Ose bulat dan ose lurus
Lampu spiritus
Bak pewarnaan
Tabung reaksi
Mikroskop
Pipet tetes
Incubator
Korek gas
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a) Reagen
-
Plasma Citrat
KOH 10%
Safranin
CGV (Carbol Gentian Violet)
Alcohol 96%
Lugol
Indicator methyl red
- naftol
b) Media
-
Media Urea
Media MR/VP
Media SCA (Simon Citrat Agar)
Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan manitol)
2)
Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.
Penanaman pada media selektif BAP, MSA dan NA.
Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB atau TSB lalu
goreskan dipermukaan media BAP, MSA, dan NA.
Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37C.
Hari Ketiga (III)
Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media MSA,
BAP, dan NA
Dari koloni yang sama diambil dengan menggunakan ose steril lalu diuji dengan
plasma citrate. Koloni ditambahkan dengan plasma citrate (Natrium citrate 1 ml +
darah 4 ml/dicentrifuge).
Dari koloni yang sama diambil dengan ose steril lalu dilakukan ter katalase. Tetesi
objek glass degan H2O2 lalu tambahkan koloni dan homogenkan.
Penanaman pada media TSIA.
Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam dengan
suhu 37C.
Hari keempat (IV)
Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media TSIA.
Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan menggunakan ose lurus
(nahl) ambil koloni bakteri pada TSIA dan tanam pada SIM, urea, MR/VP, SCA,
glukosa, laktosa, sukrosa, maltose dan manitol.
Semua media yang sudah ditanami dengan bakteri di incubator selama 18-24 jam
pada suhu 121C.
Hari kelima (V)
Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, MR/VP, urea, glukosa, laktosa,
maltose, sukrosa, dan manitol.
Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covacs 2-3 tetes.
Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan - naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis
bakteri.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
BHIB
Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan sampel pada suspense
bakteri BHIB dan TSB didapatkan bakteri gram positif (ungu) berbentuk coccus yang
bergerombol seperti anggur.
NA
MSA
BAP
Uji plasma
coagulase
Uji Katalase
Lereng
:
alkali
(merah)
Dasar :
acid
(kuning)
H2S : (-)
Gas : (-)
UREA
MR
VP
SIM
4.2 Pembahasan
Hari kedua (II)
Terjadi kekeruhan pada media BHIB dan TSB yang memandakan adanya
pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
Bakteri berbentuk coccus bergerombol yang artinya bakteri yang didapatkan adalah
Staphylococcus. Sedangkan untuk jenisnya, bakteri termasuk gram positif karena
berwarna ungu, artinya nakteri mampu mengikat zat warna CGV dan mampu
mempertahankan warna ungu sehingga tidak luntur pada pelunturan dengan alcohol
96%.
Hari ketiga (III)
Media
a) MSA : koloni terlihat berwarna putih-kuning dengan zona kunig di sekitarnya
menandakan bakteri mampu memfermentasikan mannitol yang kemudian mengubah
indicator yang terdapat dalam media dari warna merah menjadi kuning hingga pH
asam. MSA ini merupakan media selektif untuk bakteri Staphylococcus.
b) BAP : koloni terlihat berwarna putih abu-abu, hemolytic menandakan bakteri
mampu melisiskan eritrosit yang terdapat dalam media. Zona lisis yang ditunjukkan
tidak jelas, sehingga sulit untuk menentukan ,, atau hemolytic. Hal itu
disebabkan karena dalam pembuatan media tersebut tidak digunakan darah domba
melainkan darah manusia sebagai alternative.
c) NA : koloni terlihat berwarna putih berukuran sedang menandakan bakteri cukup
subur dalam mengambil sejumlah nutrisi yang terkandung dalam media ini.
Uji Plasma coagulase
Pada uji plasma coagulasi menunjukkan hasil positif sebab terdapat gumpalan pada
saat mencampurkan koloni bakteri dengan plasma citrate.
Uji katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji.
Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah
H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan
aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan
bersifat racun terhadap sel mikroba
Bakteri katalase positif seperti bisa menghasilkan gelembung-gelembung oksigen
karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang
dihasilkan oleh bakteri itu sendiri. Komponen H 2O2 ini merupakan salah satu hasil
respirasi aerobik bakteri, misalnya S. aureus, dimana hasil respirasi tersebut justru
dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu
sendiri. Oleh karena itu, komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi.
Pada tes ini, hasil yang didapatkan adalah posiitif.
Dasar pada media TSIA mengalami perubahan dari warna merah menjadi warna
kuning. Hal tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa
pada media sehingga terbentuk suasana asam. Sedangkan pada lereng media tidak
mengalami perunahan (tetap berwarna merah) . hal tersebut menandakan bahwa
bakteri tidak mampu menfermentasikan laktosa atau sukrosa atau keduanya
sehingga tidak tercipta suasana asam.
Tidak ada endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri
tidak memiliki enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam
amino dengan gugus samping SH sehingga akan menghasilkan H 2S yang bereaksi
dengan FeSO4 dan membentuk endapan hitam FeS.
Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri
mampu menghasilkan gas. Namun pada media ini gas bersifat negative karena tidak
terbentuk gas.
Hari kelima (V)
Gula-gula
Hasil positif didapatkan pada glukosa, sukrosa, dan fruktosa dengan adanya
perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi
kuning. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di
dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam.
Namun pada laktosa, tidak terjadi reaksi apapun karena bakteri tidak mampu
meragikan gula dari laktosa tersebut.
SIM :
S (sulfur) : Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun
pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna
tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi
cysteine yang terkandung dalam media SIM.
I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini
ditambahkan dengan reagen Covacs. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin
merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan
hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's.
Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut
menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil
pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang
tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di
sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan
media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini
menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
Urease : hasil yang didapatkan adalah positif sebab terjadi perubahan warna dari
warna kuning ke merah muda. Artinya bakteri dapat menghidolisis urea yang
membentuk ammonia dengan perubahan warna merah muda karena adanya
indicator phenol red.
MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi
merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat,
dan asam formiat) oleh bakteri.
VP : setelah penambahan KOH 10 % dan -nafto 1 %, warna media tetap tidak
berubah (negative). Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh
bakteri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan seperti pewarnaan
gram, penanaman pada media selektif, penanaman pada media diffrensial,
penanaman pada media biokomia dan gula-gula, tes plasma citrate dan tes katalase
dapat disimpulkan bahwa bakteri yang terkandung dalam sampel swab mata yang
diperiksa mengadung bakteri Staphulococcus aureus.
5.2 Saran
Tubuh manusia merupakan media pertumbuhan mirroorganisme seperti
bakteri yang paling baik. karena hal tersebut, tubuh manusia menjadi sumber
penularan penyakit yang paling besar. Meskipun bakteri Staphylococcus
sp. termasuk dalam flora normal pada tubuh manusia buka berarti bakteri ini bisa
diabaikan begitu saja. Pertumbuhan dan kondisis yang kurang baik akan membuat
bakteri ini menjadi flora normal yang pathogen dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri
sangat tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker, handscond, dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan
dalam proses identifikasi juga sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa
tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri
kita dan lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang
penyakit bisa ditanggulangi.