Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO II

KASUS BEDAH
HIDROKEL SINISTRA

Disusun sebagai syarat kelengkapan program dokter internship


oleh :
dr. Grandis Aji Pamungkas

Pendamping :
dr.Boni Lambang Pramana, M.Kes

RSUD KABUPATEN KONAWE SELATAN


PROVINSI SULAWESI TENGGARA
2015

BERITA ACARA DISKUSI PORTOFOLIO

Nama peserta

: dr. Grandis Aji Pamungkas

Dengan judul/topik

: Hidrokel Sinistra

Nama pendamping

: dr.Boni Lambang Pramana, M.Kes

Nama wahana

: RSUD Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

No

Nama Peserta Presentasi

No

dr. Grandis Aji Pamungkas

dr. Dewi Trie Yuliasari

dr. Titi Nur Indrawati

dr. M.Bayumi

dr. Supiyanti

dr. Bram Rangga Jaya

dr. Shintia Devi Arum Sari

Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

(dr.Boni Lambang Pramana, M.Kes)

BORANG PORTOFOLIO II
No. ID dan Nama Peserta

: dr.Grandis Aji Pamungkas

No. ID dan Nama Wahana : RSUD Konawe Selatan


Topik
: Hidrokel Sinistra
Tanggal (kasus)
: 28 Mei 2015
Tanggal diskusi
: 5 Juni 2015
Pendamping : dr.Boni L. Pramana, M.Kes
Tempat diskusi
: Ruang Komite Medik RSUD Konawe Selatan
Obyektif diskusi
:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi Anak
Remaja
Dewasa
Lansia Bumil
Deskripsi : Anak laki-laki, 2,5 tahun, benjolan sebesar bola golf di kantong kemaluan
Tujuan

sebelah kiri yang dirasakan membesar sejak 1,5 tahun yang lalu.
: Mendiagnosis secara klinis dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi

penanganan selanjutnya.
Bahan bahasan : Kasus
Tinjauan Pustaka
Cara membahas : Diskusi
Presentasi dan diskusi
Data pasien :
Nama :An.S
Data utama untuk bahan diskusi :

Riset
Audit
E-mail
Pos
No. Registrasi : 023264

1. Diagnosis/gambaran klinis : Hidrokel Sinistra


2. Riwayat pengobatan : tidak ada
3. Riwayat kesehatan/penyakit : tidak ada
4. Riwayat keluarga/masyarakat : tidak ada
5. Riwayat pekerjaan : belum bekerja
6. Lain-lain : tidak ada

Daftar Pustaka :
- Syamsuhidajat, R., Jong, W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah 2nd ed. EGC: Jakarta.
- Purnomo, Basuki, B. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya: Malang.
- Brunicardi, F. C., et al. 2005. Schwartzs Principles of Surgery 8th edition. McGraw
Hill: United States America.
- Rhoads et all. 1971. Surgical Principal and Practise. Lippincott Turtle.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Hidrokel Sinistra.
2. Penatalaksanaan Hidrokel serta penentuan rujukan yang paling tepat untuk
penanganan selanjutnya.
3. Penanganan serta edukasi post operasi hidrokelektomi.
4. Komplikasi jangka panjang.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif :
Keluhan Utama : Benjolan di kantung kemaluan kiri.
RPS
: Seorang anak laki-laki berusia 2,5 tahun datang diantar kedua
orangtuanya melalui poliklinik bedah urologi RSUD Embung Fatimah rujukan dari

puskesmas dengan keluhan terdapat benjolan di kantong kemaluan sebelah kiri.


Benjolan tersebut di ketahui orangtua pasien sejak 1,5 tahun sebelum masuk RS.
Awalnya benjolan hanya sebesar kelereng, namun membesar menjadi sebesar bola golf.
Nyeri (-), benjolan tidak hilang timbul ketika menangis maupun ketika anak berubah
posisi dari tiduran ke berdiri. Demam maupun riwayat demam sebelumnya (-),
penurunan berat badan (-), nafsu makan baik (-). BAK lancar, BAB lancar.
2. Obyektif :
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan, anak kooperatif
Tanda-Tanda Vital
Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 96 x/menit, reguler, isi & tegangan cukup

Suhu

: 36,8 oC

RR

: 16 x/mnt

BB

: 15 kg

PB

: 125 cm

Status Generalis :

Kepala

: Simetris, deformitas (-), rambut hitam tipis, wajah tidak pucat.

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),


tidak ada secret, refleks cahaya (+/+).

Telinga

: simetris, tidak ada deformitas, otorhea (-).

Hidung

: simetris, napas cuping hidung (-), lendir (-).

Mulut

: Bibir pucat (-), sianosis (-), tampak kering (-).

Leher

: Pembesaran KGB (-).

Thorax

: Simetris, retraksi (-).

Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

Pulmo

: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

: Datar, turgor baik, tymphani (+), bising usus (+) 4x/menit.

Ekstremitas

: Akral hangat, palmar tampak pucat (-/-), CRT < 3 detik.

Status Lokalisata :
Kelamin

: Jenis kelamin laki-laki, teraba 2 buat testis, pada testis sebelah kiri
teraba massa kistik yang menempel berukuran 2 cm x 2 cm x 2
cm, berbatas tegas, tepi rata, mobile, teraba hangat, nyeri tekan (-).

Pemeriksaan lain

: Transiluminasi (+)

Gambar 1. Transiluminasi test


Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin
WBC
: 8.500 /l (6.000-12.000)
RBC
: 4,58 juta/L (4,4-5,9)
HB
: 13,2 gr/dl (minimal 11)
HCT
: 35,6 % (33-38)
MCV
: 92,4 fl (80-95)
MCH
: 31,9 pg (27-34)
MCHC
: 34 % (32-36)
PLT
: 254.000/L (150.000-450.000)
GDS
: 95 mg/dl (60-100)
LED
: 7 mm/jam (0-8)
Pemeriksaan USG testis :
Kesan tidak tampak kelainan pada kedua testis, tampak massa kistik di scrotum kiri
berukuran 1,9 cm x 1,7 cm yang mendesak testis kiri ke superomedial (kemungkinan
kista kompleks epididimis), tidak tampak struktur tubuler berperistaltik yang
menggambarkan usus (hernia).
3. Assessment
Hidrokel
Tinjauan Pustaka
A. Diagnosis Hidrokel Sinistra
A.1 Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di
dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
A.2 Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada
hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit

melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.


Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam
hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan
pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar 2. Klasifikasi hidrokel


Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis
tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah
kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel.
Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis,
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak
menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke
dalam rongga abdomen.
A.3 Patofisiologi
Hidrokel diakibatkan oleh ketidaksempurnaan penutupan dari prosesus vaginalis yang
menyebabkan masih terhubungnya rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis,
sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal yang
menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar rongga
tersebut. Pada hidrokel terjadi gangguan sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa
sehingga terjadi penimbunan cairan di tunika vaginalis.
A.4 Penegakan diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong skortum
yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan besar di daerah
skortum. Benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada pagi hari dan membesar

serta tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel biasanya benjolan
tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah
yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat penyakit dahulu, hidrokel
testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma pada testis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada skrotum
yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak tergantung pada tegangan
di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air.
Bila jumlah cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila cairan minimum,
testis relatif mudah diraba. Juga penting dilakukan palpasi korda spermatikus di atas insersi
tunika vaginalis. Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel serta padat karena
tumor. Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya
dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada
Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan adanya
hernia.
Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa hidrokel dengan
cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum.
Pada struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika vaginalis dan testis normal
tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel. Hidrokel berisi cairan jernih, strawcolored dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas cahaya.
Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis. Jika hidrokel muncul antar 18
35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik yang terpisah dan berada di pool atas testis
dicurigai spermatokel. Pada aspirasi akan didapatkan cairan kuning dari massa skortum.
Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan cairan berwarna putih, opalescent dan
mengandung spermatozoa.
3. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena abnormal
(varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.
B. Penatalaksanaan Hidrokel serta penentuan rujukan yang paling tepat

B.1 Penatalaksanaan Hidrokel


Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika
hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP
(persistent patent processus vaginalis peritonei) awal setelah kelahiran. Cairan dalam
hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta
tersebut, observasi umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi.
Indikasi operasi perbaikan hidrokel :

Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun

Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna

Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah

Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)


Pada hidrokel kongenital dilakukan tindakan hidrokelektomi dengan pendekatan

inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat
operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan
tindakan hidrokelektomi dengan pendekatan scrotal, dengan melakukan eksisi dan
marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai
cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lords procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil
sampai medium. Tehnik ini mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan
kantong hidrokel dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan pengurangan
kejadian rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya hematom. Pada hidrokel
funikulus dilakukan tindakan hidrokelektomi dengan ekstirpasi hidrokel secara in toto.
B.2 Penentuan rujukan yang paling tepat pada kasus hidrokel
Penatalaksanaan hidrokel dilakukan oleh dokter spesialis bedah. Pada kasus hidrokel
pada anak-anak seharusnya dilakukan oleh dokter spesialis bedah anak, namun pada kasus
dewasa dilakukan oleh dokter spesialis urologi.
C. Penanganan serta edukasi post operasi hidrokelektomi

Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat.


Terapi yang diberikan antara lain :

Analgetik
Bayi Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; paracetamol 15 mg/kg setiap 6-8 jam;
hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko apneu

Anak yang lebih besar Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein) setiap 6-8
jam

Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda) harus dihindari
untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari scrotum, dimana dapat
terjebak oleh jaringan ikat dan mengakibatkan cryptorchidism sekunder.

Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu.
Karena kebanyakan operasi hidrokel dilakukan pada dasar pasien rawat jalan
(outpatient), pasien dapat kembali ke sekolah segera setelah tingkat kenyamanan
memungkinkan (biasanya 1-3 hari post-operasi).

D. Komplikasi jangka panjang

Kompresi pada peredaran darah testis.

Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan
atrofi testis.

Infertil.

4. Plan :
Diagnosis :

Hidrokel sinistra.
Pengobatan :

Rencana tindakan operasi elektif hidrocelektomi sinistra oleh dokter spesialis bedah.
Infus RL 13 tpm makro
Injeksi ceftriaxone 500 mg iv 1 jam pre operasi, skin test
Injeksi ceftriaxone 2x500 mg iv post operasi
Injeksi ketorolac 3x15 mg iv post operasi

Edukasi :
Penjelasan secara rasional mengenai pengobatan dan tindakan lanjut yang diberikan
oleh spesialis bedah.
Konsultasi :

Penjelasan mengenai penyebab penyakit yang terjadi.


Penjelasan keadaan yang bisa terjadi bila penanganan bedah tidak dilaksanakan,
salah satunya yaitu bisa menyebabkan keadaan infertile (mandul).

Penjelasan hal-hal yang seharusnya dilakukan dan dihindari beberapa hari setelah
operasi. Diantaranya asupan gizi harus baik, diet tinggi protein, tidak melakukan
aktifitas yang berlebihan dalam 4-6 minggu pertama setelah operasi.

Kontrol :
Kontrol post operasi di poliklinik bedah.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harus ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Anda mungkin juga menyukai