Peternakan
Peternakan
kambing dan domba dibagi menjadi dua bagian yang penting yaitu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi agen penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur) dan penyakit
yang disebabkan oleh agen non-infeksius yaitu penyakit gangguan metabolisme dan
penyakit keracunan pakan.
PEMBAHASAN
Kesehatan ternak menjadi sangat penting karena akan menyebabkan kerugian
akibat: (a) gangguan pertumbuhan (pertambahan berat badan harian rendah), (b)
dewasa kelamin atau umur beranak pertama terlambat, (c) daya reproduksi terganggu,
(d) efisiensi pakan rendah, dan (e) kematian ternak. Oleh karena itu, dalam
pemeliharaan ternak kambing perlu mengetahui sedini mungkin gejalagejala atau
tanda-tanda penyakit secara umum, antara lain berupa: (a) kurang nafsu makan/tidak
mau makan, (b) tidak lincah/lebih banyak diam, (c) lemah/lesu, (d) menyendiri, (e)
menggaruk-garuk badan, (f) kotoran tidak normal (warna, bau, konsistensi), (g) dan
lain sebagainya.
Bila dijumpai ternak dengan tanda-tanda seperti demikian, patut dicurigai
bahwa ternak tersebut kurang sehat/sakit, oleh karena itu untuk menghindari
terjadinya penularan/penyebaran penyakit lebih lanjut, ternak tersebut sebaiknya
diisolasi pada tempat/kandang khusus yang terpisah dari ternak sehat lainnya. Selama
isolasi diberi makanan dan minuman yang baik, serta diamati terhadap kemungkinan
terserang penyakit menular dengan melakukan pemeriksaan klinis dan laboratoris
secara intensif. Segera ambil tindakan (pengobatan atau pengeluaran/ pemusnahan)
apabila telah diperoleh kepastian hasil diagnostik. Dalam membangun usaha ternak
kambing perlu diperhatikan 4 hal yang berkaitan dengan tatalaksana kesehatannya,
yaitu: (1) tahap pemilihan lokasi, (2) tahap persiapan/pengadaan ternak, (3) tahap
adaptasi sebelum di tempatkan dalam kandang atau lahan pemeliharaan, dan (4)
tahap pemeliharaan. Keempat tahapan ini sangat penting untuk diperhatikan agar
kejadian wabah penyakit pada saat pemeliharaan selanjutnya dapat dihindari.
Tahap Pemilihan Lokasi
Sebelum memutuskan lokasi peternakan yang akan dijadikan tempat
pemeliharaan ternak kambing perlu dicari dahulu beberapa informasi penting tentang
status penyakit hewan di daerah sekitar lokasi, misalnya apabila daerah tersebut
pernah terjadi wabah penyakit anthrax, sebaiknya tidak digunakan untuk lokasi
peternakan atau apabila digunakan maka ternak kambing yang akan dipelihara harus
divaksinasi anthrax secara teratur. Selain itu perlu diketahui keadaan lingkungan
setempat, apakah daerah tersebut daerah industri, pertambangan, pembuangan
limbah, dan sebagainya. Informasi lain mengenai sumber air, pakan atau tanaman
beracun yang ada disekitar lokasi juga perlu diketahui untuk dijadikan pertimbangan
memilih lokasi peternakan atau untuk mengantisipasi tindakan pencegahan.
Tahap Persiapan/pengadaan ternak
Dalam memilih ternak kambing yang akan dikembangbiakkan pada daerah baru perlu
diperhatikan status dan sejarah penyakitnya di daerah sumber bibit dimana ternak
akan dijadikan sebagai sumber pasokan. Sebaiknya kambing tersebut mendapat
vaksinasi terhadap beberapa penyakit penting (anthrax dan orf) terutama apabila
ternak akan dibawa ke daerah yang endemis atau positif Anthrax. Selanjutnya
kambing yang akan dipilih harus bebas dari serangan penyakit, oleh karena itu
perhatikan gejala klinis terhadap berbagai penyakit (kudis, orf, pink eye, dan
sebagainya). Untuk mengurangi stress, kecelakaan (patah kaki, dsb) dan kematian
dalam transportasi, hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang dan
menggunakan alat angkut ternak (transportasi) yang memadai serta tidak
berdesakdesakan. Apabila terlalu jauh perlu diistirahatkan, beri makan dan minum
yang cukup dan bergizi serta dapat diberi obat anti stress. Apabila ternak ada yang
sakit (penyakit mata, orf, kudis, dan sebagainya) hendaknya diobati dahulu agar tidak
menular.
Tahap Adaptasi
Ternak yang baru tiba di lokasi jangan langsung ditempatkan pada kandang/tempat
pemeliharaan permanent, tetapi tempatkan dahulu pada kandang sementara untuk
proses adaptasi yang memerlukan waktu sekitar beberapa minggu. Dalam proses
adaptasi ternak diamati terhadap penyakit cacing (dengan memeriksa fesesnya),
kudis, diare, dan sebagainya. Apabila positif terhadap penyakit tertentu segera diobati
dan lakukan isolasi. Dalam adaptasi ini juga termasuk adaptasi terhadap jenis pakan
yang akan digunakan dalam usaha ternak kambing. Pada adaptasi ini biasanya harus
PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi pada ternak ruminansia kecil yang sering menjangkiti adalah
infeksi virus, bakteri, dan parasit. Penyakit asal virus dan bakteri pada umumnya
bersifat akut dan kadang dapat menimbulkan kematian mendadak, sedangkan
penyakit asal parasite kebanyakan bersifat kronis.
a.
sendirinya setelah 4 minggu. Namun bisa mengakibatkan kematian jika terjadi infeksi
sekunder. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan mengkarantinakan kambing
yang berasal dari tempat lain selama 2-3 minggu atau mengisolasi kambing yang
diduga menderita penyakit tersebut. Pengobatan dilakukan dengan memberikan
antibiotika leukomosin. Antibiotik tersebut untuk mencegah infeksi sekunder yang
bisa menyebabkan kematian.
b. Penyakit asal bakteri
Infeksi bakteri yang paling berbahaya pada domba dan kambing adalah
bakteri antraks, Bacillus anthracis. Penyakit ini sering menyerang ternak ruminansia
dan bersifat zoonosis, dengan gejala perdarahan yang keluar dari seluruh lubang
tubuh dan terjadinya kematian mendadak baik pada hewan maupun manusia. Spora
antraks dapat bertahan sampai bertahun-tahun di dalam tanah yang tercemar dan bila
tertelan oleh hewan ternak spora akan aktif dan berkembang menjadi penyakit yang
mematikan. Infeksi dapat juga terjadi melalui inhalasi pada saluran nafas bila spora
terhirup ke dalam saluran nafas dan menimbulkan anthrax pulmonum.
Foot Root (Kaki membusuk), penyakit foot root atau kaki membusuk atau borok
ceracak
tergolong
penyakit
bakterial
dan
disebabkan
oleh
Bacteroides
(Fusobacterium) nodosus. Kondisi kandang yang basah dan kotor juga sering
dikaitkan dengan kejadian penyakit ini. Kaki ternak yang luka karena jatuh pada
lantai kandang yang licin dan basah menjadi pintu masuk bakteri tersebut. Kaki akan
mengalami peradangan dan akhirnya membusuk (TOMASZEWSKA et al.,
1993).
Penanganan penyakit ini harus dilakukan dengan teliti, yaitu kaki yang terinfekasi
dibersihkan dengan air. Kulit yang telah mati dikelupas dan dibersihkan dengan
rifanol atau metilen biru. Secara tradisional dapat dilakukan dengan cara
menggunakan kapur barus dan minyak tanah atau air tembakau. Untuk menghindari
lalat, dapat diberikan salep asuntol atau gusanex. Pemberian suntikan antibiotika
dapat dilakukan selama 3-5 hari. Ternak penderita sebaiknya dipindahkan ke tempat
yang kering. Penyakit foot root dapat dicegah dengan selalu memperhatikan kondisi
kandang. Ternak diusahakan selalu berada di lantai yang kering dan dilakukan
pemotongan kuku. Lumpur dan kotoran sebagai pemicu penyakit ini, selalu
dibersihkan agar tidak terselip diantara kuku.
c.
ditemukan yaitu: penyakit kudis pada kulit (scabies), penyakit parasit pada saluran
pencernaan (haemonchosis), dan penyakit cacing hati (fascioliasis). Penyakit kudis
yang disebabkan infeksi Sarcoptes scabei sering menyerang ternak kambing
menyebabkan luka keropeng pada kulit di seluruh tubuh. Hewan menjadi gelisah
karena rasa gatal, nafsu makan menurun, kurus, bila penyakit sangat parah dan tidak
segera diobati dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat menular ke hewan
lain dan ke manusia (zoonosis).
Parasit cacing nematoda gastro-intestinal yang menyerang ternak ruminansia
kecil adalah Haemonchus contortus. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala diare,
nafsu makan turun dan kekurusan pada ternak penderita daur hidup cacing
Haemonchus contortus dapat dilihat pada Sementara itu, parasite cacing trematoda,
Fasciola hepatica, dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah pada hewan
penderita. Gejala yang ditimbulkan tidak begitu terlihat, tetapi kehilangan nafsu
makan dan kekurusan. Bila penyakit sudah berjalan lama dan kerusakan hati sudah
meluas hewan dapat mati mendadak, dan pada post mortum terlihat hati rusak dan
banyak cacing dewasa ditemukan.
PENYAKIT NON-INFEKSI
a. Bloat
Terjadinya penyakit pada ternak domba dan kambing yang tidak melibatkan
agen infeksi sangat erat hubungannya dengan manajemen pemeliharaan dan
lingkungan. Sistem pemeliharan dan pemeberian pakan erat hubungannya dengan
penyakit gangguan metabolisme dan keracunan makanan. Penyakit ini sering
ditemukan pada hewan yang digembalakan daripada pada hewan yang
dikandangkan. Penyakit kembung rumen atau disebut bloat sering terjadi bila
hewan mengkonsumsi tanaman legumes dalam jumlah yang banyak. Gejala timbul
apabila gas dalam rumen tidak dapat ke luar karena cairan rumen tertutup oleh
buih dari hasil fermentasi pakan dalam rumen. Pada kondisi tersebut gas yang
terbentuk dapat menekan organ dalam termasuk jantung dan paru-paru sehingga
kematian dapat terjadi dengan tiba-tiba
b. Keracunan
Penyakit non-infeksi lainnya yang dapat menyebabkan kematian yang
mendadak adalah keracunan sianida. Beberapa tanaman hijauan seperti daun
cassava (ketela) mengandung beberapa komponen cyanogenic seperti amigdalin,
linamarin dan sebagainya. Bila daun tanaman ini dimakan ternak terlalu banyak
maka komponen tersebut akan terhidrolisis oleh H2O membentuk HCN yang
sangat beracun dan dapat menimbulkan kematian yang mendadak.
c. Konstipasi
Konstipasi biasa menyerang anak kambing karena kotoran pertama yang berwarna
hitam mengental dan keras. Akibatnya, kotoran yang biasanya dikeluarkan
beberapa jam setelah kelahiran tersebut tidak bisa keluar. Gejala konstipasi terlihat
dari anak kambing yang memperlihatkan tanda-tanda susah buang kotoran,
berguling-guling, dan sering mengembik. Pencegahan pada penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan pakan yang cukup. Sementara itu, pengobatan
konstipasi dapat dilakukan dengan memberikan minyak sayur sebanyak satu
sendok makan pada kambing.
tidak terlalu padat. Di samping itu pemberian pakan yang cukup dan berkualitas,
perlu diberikan, konsentrat termasuk mineral yang sesuai komposisinya. Disamping
itu, juga perlu diberikan vaksinasi penyakit seperti vaksin antraks terutama yang
berlokasi di daerah endemik. Pemberian obat cacing secara rutin juga perlu diberikan
terutama pada domba dan kambing yang digembalakan. Bila terlihat ada tanda gejala
penyakit pada salah satu atau lebih hewan yang sakit perlu segera diisolasi dan
dikonsultasikan kepada dokter hewan.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, kesimpulan dari pembahasan pada
makalah ini yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
Penyakit viral yang penting untuk dicegah dan ditanggulangi adalah penyakit orf
(Dakangan), sedangkan penyakit bakterial yang penting untuk diperhatikan, yaitu
anthrax, pink eye, pneumonia dan foot root.
f.
Penyakit lainnya yang juga perlu mendapat perhatian adalah penyakit diare pada
anak kambing, penyakit kembung rumen, dan keracunan sianida dari tanaman.
g.
DAFTAR PUSTAKA