3
SOLAR
Putu Winda Aryantini 4213100108
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih, Sukolilo,
Surabaya 60111
Pendahuluan
Solar merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat untuk keperluan transportasi dan industri. Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Lemigas telah diinformasikan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia hanya
tersisa 6 milliar barrel dan diproduksi sebanyak 1 juta barrel per hari yang
diperkirakan bakal habis dalam kurun waktu 12 tahun kedepan. Sehingga bila
pada 10 tahun kedepan masih belum ditemukan cadangan minyak bumi yang
baru maka akan terjadi kenaikan impor minyak mentah yang dapat mengurangi
devisa negara.
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil khususnya bahan
bakar solar juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO 2) ,
nitrogen oksida (NOx) ,dan sulfur dioksida (SO 2) yang menyebabkan pencemaran
udara. Sehingga diperlukan upaya untuk meggunakan bahan bakar yang ramah
lingkungan.
Dalam usaha pemerintah dan masyarakat untuk mengantisipasi semakin
menipisnya cadangan minyak bumi dan semakin naiknya impor minyak mentah
serta semakin meningkatnya pencemaran udara maka dilakukan upaya
penelitian terhadap bahan bakar alternatif yang diharapkan bisa dipakai secara
luas bagi masyarakat, ramah lingkungan dan menguntungkan bagi
perekonomian negara.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharuhi dan
ramah lingkungan yang terbuat dari minyak nabati atau hewani yang diubah
menjadi bahan bakar mesin diesel melalui proses tranesterifikasi agar sifatsifatnya menyerupai minyak solar. Sehingga biodiesel bisa digunakan sebagai
bahan bakar campuran solar. Minyak Jarak Pagar merupakan salah satu minyak
nabati non pangan yang bisa dipakai sebagai bahan bakar biodiesel. Minyak
Jarak Pagar ini sudah digunakan oleh Jepang sejak Perang Dunia II sebagai bahan
bakar pengganti minyak bumi.
Hingga saat ini dilakukan usaha untuk memodifikasi minyak jarak pagar dengan
metode transesterifikasi untuk menghasilkan bahan bakar biodiesel yang
memiliki sifat-sifat menyerupai bahan bakar solar di Indonesia. Sehingga bisa
digunakan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel di Indonesia kususnya
dan dunia pada umumnya.
Menurut teori pembentukan minyak bumi, khususnya teori binatang Engler dan
teori Tumbuh-tumbuhan, senyawa-senyawa organik penyusun minyak bumi
merupakan hasil alamiah proses dekomposisi tumbuhan selama berjuta-juta
tahun. Oleh karena itu minyak bumi juga dikenal sebagai bahan bakar fosil selain
batubara dan gas alam (Hofer,1966).
Semua bahan bakar dihasilkan oleh senyawa karbohidrat dengan rumus kimia
Cx(H2O) yg menjadi fosil. Karbohidrat tersebut dihasilkan oleh tumbuhan dengan
mengubah energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis.
Kebanyakan bahan bakar fosil diproduksi kira-kira 325 juta tahun yang lalu.
Setelah tumbuhan mati, maka karbohidrat berubah menjadi senyawa
hidrokarbon dengan rumus kimia CxHy akibat tekanan dan temparatur yang
tinggi serta tidak tersedianya oksigen (aneorob). Selain tersusun oleh komponen
hidrokarbon, minyak bumi juga mengandung komponen non-hidrokarbon.
Kandungan komponen senyawa hidrokarbon relatif lebih besar dari pada
kandungan komponen senyawa nonhidrokarbon. Komponen non-hidrokarbon
dapat berupa unsur-unsur logam atau yang sifatnya menyerupai logam, serta
komponen organik lainnya yang bukan hidrokarbon, seperti belerang, nitrogen
dan oksigen. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang terdiri atas
hidrogen dan karbon, contohnya benzena, toluena, ethylbenzena dan isomer
xylema. Keberadaan hidrokarbon aromatik di dalam minyak bumi lebih sedikit
dibandingkan dengan hidrokarbon parafin. Aromatik aromatik murni adalah
molekul molekul yang hanya mengandung cincin dan rantai sederhana ialah
benzena yang terdiri dari sebuah cincin dasar yang mengandung 6 atom karbon,
dengan ikatan rangkap di antara setiap atom karbon lainnya sehingga terdapat 3
ikatan ganda dalam cincin dasar tersebut. Bila kedua cincin benzena tersebut
bergabung akan membentuk senyawa naftalen. Senyawa ini mempunyai rumus
CnH2n-6 untuk molekul cincin tunggal dan CnH2n-12 untuk molekul cincin ganda
dan beraroma. Dengan adanya proses kimia dan fisika, minyak bumi mentah
dapat diubah menjadi berbagai produk, seperti bensin, terdiri dari hidrokarbon
C6 hingga C10 dari alkana rantai normal dan bercabang serta sikloalkana dan
alkil benzen (Nugroho A, 2006).
Naftalen yang sebenarnya merupakan produk untuk menghilangkan bau busuk,
anti jamur dan pencegah serangga ternyata juga memberikan dampak positif
untuk peningkatan angka oktan dari bensin. Naftalen merupakan rangkaian
hidrokarbon jenis aromatik bahkan dapat disebut polyaromatik dengan struktur
kimia berbentuk cincin benzena yang bersekutu dalam satu ikatan atau dua orto
lingkaran benzena dimana pada proses penggabungan tersebut kehilangan 2
atom C dan 4 atom H sehingga rumus kimianya menjadi C10H8.
Secara fisik naftalen merupakan zat yang berbentuk keping kristal mudah
menguap dan menyublim serta tak berwarna umumnya berasal dari minyak
bumi atau batu bara. Karena bentuk struktur kimia naftalen serta sifat
kearomatisa tersebut maka naptalene seperti halnya benzene, mempunyai sifat
anti knock yang baik. Oleh sebab itu penambahan naftalen pada benzin akan
meningkatkan anti knock dari bensin tersebut (Raharjo T, 2009).
3
-
Sifat
Cetane Number
Cetane Indeks
Densitas 150C,
Kg/m3
Viskositas 400C,
mm2/s
Kandungan Sulfur,
% wt
T 95, 0C max
4
Kategori-1
48
45
820-860
Kategori-2
53
50
820-850
Kategori-3
55
52
820-840`
2.0-4.5
2.0-4.0
2.0-4.0
0.5
0.03
Free
370
355
340
2.
3.
4.
5.
suhu ruang bakar. Angka CN yang tinggi menunjukkan bahwa minyak solar
dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah dan sebaliknya angka
CN yang rendah menunjukkan minyak solar baru menyala pada temperatur
yang relatif tinggi.
Cetana Index (CI)
Cetana Index merupakan perkiraan matematis dari CN dengan basis suhu
destilasi, densitas, titik anilin dan lain-lain. Apabila terdapat aditif yang
bersifat meningkatkan CN maka perhitungan CI tidak dapat langsung
digunakan tetapi variabel-variabel seperti API gravity dan suhu destilasi
harus disesuaikan karena karakteristik bahan bakar akan berubah.
Nilai Panas
Nilai panas bahan bakar dapat diukur dengan menggunakan Bomb
kalorimeter dan hasilnya dimasukkan kedalam rumus perhitungan :
Nilai panas = 8100C + 3400 (H-0/8)/100 kkal/kg
Nilai H,C, dan O dinyatakan dalam persentasi berat dalam setiap unsur yang
terkadang dalam satu kilogram bahan bakar. Hasil perhitungan tersebut
merupakan suatu nilai panas kotor (gross heating value) suatu bahan bakar
dimana termasuk didalamnya panas laten dari uap air yang terbentuk pada
pembakaran hidrogen dari bahan bakar. Selisih nilai panas kotor dan bersih
umumnya berkisar antara 600-700 kkal/kg tergantung besar persentase
hidrogen yang ikut terbakar.
Secara kasar nilai panas suatu bahan bakar dapat diperkirakan dari berat
jenis yang bersangkutan :
Berat Jenis pada 150 C : 0,85; 0,87; 0,89; 0,91; 0,93
Nilai panas kotor (kkal/kg) : 10900; 10800; 10700; 10600; 10500.
Menurut spesifikasi minyak solar di indonesia mempunyai berat jenis antara
0,820 0.870 pada temperatur 600 F, dengan demikian dapat diperkirakan
mempunyai nilai panas kotor minimal 10800 kkal/kg karena semakin rendah
berat jenisnya semakin tinggi nilai panas kotornya dan berdasarkan
pengukuran laboratorium minyak solar berat jenisnya 0,8521 dengan panas
kotor 10917 kkal/kg.
Densitas
Berat jenis adalah perbandingan antara berat persatuan volume minyak
solar. Berat jenis suatu minyak solar mempunyai satuan kilogram per meter
kubik (kg/m3 ). Karakteristik ini sangat berhubungan erat dengan nilai panas
kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel persatuan bahan bakar
yang digunakan. Densitas yang disarankan untuk minyak solar berdasarkan
Masdent Point Refinery untuk tahun 2000 yaitu 826 859 km/m 3 .
Titik Anilin
Titik yang menunjukkan suhu terendah saat dimana dalam volume yang
sama destilasi anilin dan bahan bakar bersangkutan bercampur dengan
sempurna. Titik anilin yang rendah menunjukkan bahwa minyak solar
tersebut mempunyai angka cetana yang rendah.
Properties
Limit
Min
0.82
45
1.6
150
10500
Max
1.
Sulphur content % wt
0.5
2.
Specific Gravity at 60/60F
0.87
3.
Cetane Number
48
4.
Viscosity Kinematic at cSt
5.8
5.
Sulphur Content % wt
0.5
6.
Residu Carbon %wt (on 10% vol. bottom)
0.1
7.
Water content % vol
0.05
8.
Ash Content % wt
0.01
9.
Flash point P. M. c. c. F
10.
Calorific value (kcal/kg)
10667
Sifat sifat minyak solar:
1. Sifat Umum
Sifat umum minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
Specific Gravity 60/60o F, ASTMD 1298
Density 15 o C, ASTMD 1298
2. Sifat Mutu Pembakaran (Ignition Quality)
Minyak solar dapat memberikan kerja mesin yang memuaskan apabila dapat
menghasilkan pembakaran sempurna dalam ruang bakar. Udara yang
dikompresikan ke dalam ruang bakar mesin sampai tekanan antara 20 30
kgf/cm2 sehingga suhu dalam ruang bakar berkisar 650750 oC.
Pembakaran yang sempurna dapat dilakukan dengan menginjeksikan bahan
bakar (berupa kabut) ke dalam ruang bakar yang di dalamnya terdapat
udara panas sehingga mampu menyalakan bahan bakar. Pembakaran yang
terjadi menyebabkan tekanan dalam ruang bakar naik secara mendadak dan
menimbulkan tenaga. Bila hal ini dipenuhi, maka tidak akan terjadi ketukan
(knocking) di dalam mesin.
Ketukan (knocking)
Ketukan dalam mesin diesel terjadi akibat keterlambatan terbakarnya bahan
bakar di dalam ruang bakar. Ini disebabkan oleh terjadinya akumulasi bahan
bakar di dalam ruang bakar, dan begitu terbakar maka akan terjadi ledakan
secara berturut turut. Jarak waktu antara bahan bakar diinjeksikan ke ruang
bakar (silinder) sampai saat terbakar, disebut waktu tunda (delay period),
dinyatakan dalam menit. Waktu tunda yang panjang akan menyebabkan
terakumulasinya bahan bakar cukup banyak, akibatnya terjadi penyalaan
3.
4.
5.
6.
Kategori 3
55
52
820-840
2-4.0
Bebas
340
Min.
0.815
Max.
0.87
ASTM Method
D 1298
45
D613
48
D976
CSt
1.6
5.8
D445
F
%wt
65
0.1
D97
D189
F
%wt
140
-
3
0.5
D1500
D93
D1551
%vol
0.05
D95
%wt
%wt
MgKOH
0.01
0.01
0.6
D 473
D482
D 974
%vol
40
D86
10
11
12
13
bahkan rusaknya fungsi udara. Untuk masalah itu, Eropa sudah menerapkan
Euro 1 sejak tahun 1991, yang kemudian melangkah ke Euro 2 tahun 1996.
Kemudian Euro 3 tahun 2000 dan tahun 2005 memasuki masa Euro 4. Setiap
teknologi emisi Euro mempunyai batasan yang lebih ketat, misalnya dari Euro 1
ke Euro 2 mengharuskan penurunan tingkat emisi partikel. Untuk ambang batas
CO (karbon monoksida) dari 2,75 gm/km menjadi 2,20 gm/km, kemudian HC
(hidrokarbon) + NOx (nitrooksida) dari 0,97 gm/km menjadi 0,50 gm/km, dan
kandungan sulfur solar pada mesin diesel dari 1.500 ppm menurun ke 500 ppm.
Begitu pula pada Euro 3 mengharuskan penurunan tingkat emisi partikel yang
dibuang sebesar 20% dan pada Euro 4 menargetkan angka di bawah 10%.
Penerapan standar Euro-2 di Indonesia diatur Kepmen LH No. 141 Tahun 2003,
yang hanya berlaku untuk kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan
bermotor yang sedang diproduksi. Ketentuan ini tidak berlaku bagi kendaraan
bermotor yang sudah digunakan masyarakat saat ini. Ketentuan emisinya
mengacu pada Kepmen No. 35 tahun 1993 tentang baku mutu bagi kendaraan
yang sudah berjalan. Adapun parameter emisi yang diukur hanya sisa
pembuangan CO dan HC. Gas buang umumnya terdiri dari gas yang tidak
beracun N2 (nitrogen), CO2 (Carbon Dioksida) dan H2O (Uap air) sebagian kecil
merupakan gas beracun seperti Nox, HC, dan CO. Yang sekarang sangat populer
dalam gas buang adalah gas beracun yang dikeluarkan oleh suatu kendaraan
yang sebagian besar gas buang terdiri dari 72% N2, 18.1% CO2, 8.2% H2O, 1.2%
Gas Argon (gas mulia), 1.1% O2 dan 1.1% Gas beracun yang terdiri dari 0.13%
Nox, 0.09% HC dan 0.9% CO. Selain dari gas buang unsur HC dan CO dapat pula
keluar dari penguapan bahan bakar di tangki dan blow by gas dari mesin. Pada
motor diesel, besarnya emisi dalam bentuk opasitas (ketebalan asap) tergantung
pada banyaknya bahan bakar yang disemprotkan (dikabutkan) ke dalam silinder,
karena pada motor diesel yang dikompresikan adalah udara murni. Dengan kata
lain semakin kaya campuran maka semakin besar konsentrasi Nox, CO dan asap.
Sementara itu, semakin kurus campuran konsentrasi Nox, CO dan asap juga
semakin kecil. 100% CO yang ada diudara adalah hasil pembuangan dari mesin
diesel sebesar 11% dan 8 mesin bensin 89% CO adalah Carbon Monoxida; HC
(Hydro Carbon); NOx adatah istilah dan Oxida-Oxida Nitrogen yang digabung dan
dibuat satu (NO. N02, N20). Polusi emisi gas buang dari mesin disel dapat
digolongkan berupa
Partikulat
Residu karbon
Pelumas tidak terbakar
Sulfat
Lain-lain
a. Partikulat
Gas buang mesin diesel sebagian besar berupa partikulat dan berada pada dua
fase yang berbeda, namun saling menyatu, yaitu fase padat, terdiri dari
residu/kotoran, abu, bahan aditif, bahan korosif, keausan metal, fase cair, terdiri
dari minyak pelumas tak terbakar. Gas buang yang berbentuk cair akan meresap
14
ke dalam fase padat, gas ini disebut partikel. Partikel-partikel tersebut berukuran
mulai dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01 mikron. Partikulat yang berukuran
kurang dari 10 mikron memberikan dampak terhadap visibilitas udara karena
partikulat tersebut akan memudarkan cahaya. Berdasarkan ukurannya, partikel
dikelompokkan menjadi tiga, sebagai berikut:
0,01-10 mm disebut partikel smog/kabut/asap;
10-50 mm disebut dust/debu;
50-100 mm disebut ash/abu.
Partikulat pada gas buang mesin diesel berasal dari partikel susunan bahan
bakar yang masih berisikan kotoran kasar (abu, debu). Hal itu dikarenakan
pemrosesan bahan bakarnya kurang baik. Bahan bakar diesel di Indonesia
banyak mengandung kotoran, misalnya solar.
15
tersebut mengandung susunan karbon (C dan H). Sulfur pada bahan bakar yang
berasal dari fosil berbentuk sulfur organik dan nonorganik. Pembakaran pada
mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar fosil akan menghasilkan sulfur
dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) dengan perbandingan 30:1. Berarti,
sulfur dioksida merupakan bagian yang sangat dominan dalam gas buang diesel.
Sulfur dioksida yang ada di udara, jika bertemu dengan uap air akan membentuk
susunan molekul asam. Jika hal ini dibiarkan, bisa terjadi hujan asam yang
sangat merugikan. Gas buang diesel (8%) merupakan kumpulan dari bermacammacam gas beracun, di antaranya CO, HC, CO2, dan NOx. Gas buang tersebut
meskipun hanya dalam jumlah yang kecil (8%) tetap memberikan andil dalam
pencemaran udara. Gas beracun itu bisa dikurangi dengan membuat proses
pembakaran di dalam mesin menjadi lebih sempurna. Caranya dengan
meningkatkan kemampuan kompresi dan injeksi bahan bakar yang tepat waktu
dan jumlah dengan bahan bakar yang lebih sesuai. Bahan bakar yang tidak
terbakar setelah proses pembakaran ada 7% dari seluruh gas buang diesel.
Bahan bakar yang tidak terbakar ini berupa karbon (C) yang terpisah dari HC
akibat perengkahan selama terjadi pembakaran. Semakin banyak bahan bakar
tidak terbakar yang keluar, semakin hitam warna asap gas buang yang
dikeluarkan oleh mesin.
c.
d.
e.
f.
16
17
sangat tinggi ini tentu saja menjadi perhatian hampir seluruh negara di dunia,
baik negara produsen (eksportir) minyak bumi maupun negara konsumen
(importir). Hal ini disebabkan karena peranan minyak yang sangat penting
sebagai bahan bakar yang menggerakkan perekonomian. Pasokan minyak bumi
merupakan input vital dalam proses produksi industri, terutama untuk
menghasilkan listrik, menjalankan mesin produksi dan mengangkut hasil
produksi ke pasar. Disamping itu, minyak bumi juga penting bagi pembangunan
ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Mengingat peranannya yang vital
tersebut, implikasi yang timbul akibat fluktuasi harga minyak juga akan
beragam. Berbagai studi yang pernah dilakukan paska krisis minyak (oil shocks)
pada dekade 1970-an mengkonfirmasi bahwa guncangan harga minyak
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Bahkan hasil studi tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar justifikasi bahwa
krisis minyak adalah penyebab resesi ekonomi, terutama yang terjadi di Amerika
Serikat dan sejumlah negara Eropa pada waktu itu (Hamilton, 1983, 1988, 1996).
Studi empiris lain juga telah dilakukan untuk melihat mekanisme transmisi oil
shocks terhadap perekonomian, mulai dari efek permintaan, penawaran, bahkan
efek nilai tukar perdagangan (terms of trade effect). Berangkat dari fakta harga
minyak internasional yang fluktuatif dan tinggi serta merujuk pada beberapa
hasil studi empiris terdahulu, kajian ini juga mencoba mengkaji bagaimana
dampak fluktuasi harga minyak di pasar internasional terhadap perekonomian
Indonesia. Beberapa variabel ekonomi makro yang dipilih untuk melihat
pengaruh fluktuasi harga minyak adalah pertumbuhan ekonomi, laju inflasi,
jumlah uang beredar, nilai tukar riil rupiah terhadap US dolar dan suku bunga.
18
harga minyak kedua, rata-rata tahunan konsumsi minyak tumbuh lebih dari 1
juta barel per hari, kecuali pada awal 1990- an, dimana konsumsi global stagnan
karena runtuhnya Uni Soviet. Namun, sejak tahun 2000, permintaan minyak
yang tinggi didorong oleh pertumbuhan ekonomi di kawasan non-OECD, yaitu
Asia, terutama Cina dan India (Kesicki 2010 dan Breitenfellner et al., 2009). Dari
sisi penawaran fluktuasi harga minyak mentah dunia sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan atau pasokan minyak oleh negara-negara produsen, baik negaranegara yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries
(OPEC) maupun negara produsen non-OPEC. Ketersediaan atau pasokan minyak
sangat erat kaitannya dengan kapasitas produksi, kapasitas investasi dan
infrastruktur kilang (Kesicki, 2010 dan Breitenfellner et al., 2009).
19
20
21
22
23
5,29%, maka dapat diperkiraan impor minyak diesel pada tahun 2011 sebesar
15.000 ton liter/tahun. Sehingga jika pabrik berdiri, maka impor akan
diberhentikan, sedangkan ekspor diperkiran 60% dari kapasitas pabrik baru,
maka dapat ditentukan kapasitas pabrik yang akan dibangun ini memiliki
peluang kapasitas produksi sebesar 20.000 ton/tahun atau setara dengan 62.500
kg/hari nya biodiesel dari alga yang dapat dihasilkan.
24
rata-rata dari setiap hektar perkebunan sawit adalah 2,17 ton (Statistik
Perkebunan, Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2004). Sebagian besar dari
perkebunan kelapa sawit berada di Sumatera sekitar 4 juta hektar, sedangkan
sisanya secara berturut-turut tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Jawa.
Produksi CPO tersebut biasanya dipergunakan untuk bahan baku pembuatan
minyak goreng, dan sabun. Oleh karena itu, masalah-masalah teknis, ekonomis,
dan sosial dari pengembangan perkebunan kelapa sawit untuk bahan baku
biodiesel tersebut perlu diperhatikan, sehingga hasilnya dapat lebih berdaya
guna. Berdasarkan ketersediaan lahan, Kalimantan dan Papua mempunyai
potensi yang besar dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit.
Minyak solar sebenarnya adalah BBM yang diperuntukkan untuk sektor
transportasi. Namun dalam kenyataannya bahan bakar tersebut banyak pula
yang dipergunakan untuk sektor-sektor lainnya seperti sektor industri dan
pembangkit listrik. Sesuai dengan perkembangan penduduk, kebutuhan minyak
solar untuk sektor transportasi, industri, dan pembangkit listrik dari tahun ke
tahun semakin meningkat seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Selama sepuluh
tahun terakhir, yaitu dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2004 total
kebutuhan minyak solar untuk semua sektor meningkat dengan pertumbuhan
rata-rata sekitar lima persen per tahun, sehingga total kebutuhan atau
penggunaan minyak solar tersebut meningkat lebih dari 1,5 kali lipat selama
periode tersebut. Sesuai dengan peruntukkannya, sebagian besar dari dari
minyak solar dipergunakan untuk sektor transportasi, disusul untuk sektor
industri dan pembangkit listrik. Meskipun pangsa penggunaan minyak solar
untuk sektor pembangkit listrik paling kecil, namun kebutuhan minyak solar
pada sektor tersebut yang paling pesat pertumbuhannya, yaitu meningkat lebih
dari sembilan persen per tahun, sedangkan kebutuhan minyak solar pada sektor
transportasi dan industri, masing-masing hanya meningkat 4,26 persen dan 4,69
persen per tahun. Rendahnya pertumbuhan kebutuhan minyak solar pada sektor
transportasi, menyebabkan pangsa penggunaannya cenderung menurun,
sedangkan pangsa penggunaan minyak solar pada sektor-sektor lainnya
cenderung meningkat.
Tabel. Kebutuhan Minyak Solar Menurut Sektor 1994-2004
25
Semakin meningkatnya konsumsi minyak solar yang berasal dari sumber energi
fosil atau sumber energi yang tak terbarukan, dan semakin terbatasnya
cadangan minyak, telah menyebabkan peningkatan impor minyak solar yang
makin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu untuk meningkatkan
ketahanan energi nasional sebagai salah satu negara tropis yang memiliki
berbagai jenis tanaman, Indonesia perlu memanfaatkan sumber energi
terbarukan biomasa yang ada sebagai pengganti minyak. Disamping itu,
semakin meningkatnya harga minyak mentah dunia ikut mendorong
pemanfaatan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak karena
secara ekonomi akan makin layak. Biomasa yang dapat dikembangkan menjadi
bio-diesel terdiri dari berbagai jenis tanaman yang mencapai sekitar 54 jenis
tanaman yang dapat dimakan maupun yang tidak dapat dimakan. Tabel 3
menunjukkan berbagai jenis tanaman yang dapat dipergunakan sebagai bio-fuel
berdasarkan sumber minyaknya, berapa persen kandungan minyak terhadap
berat biji kering serta yang dapat dapat atau tidak dapat dimakan. Diantara
berbagai jenis tanaman pada Tabel 3, kelapa sawit merupakan tanaman yang
telah dibudidayakan secara intensif di Indonesia, khususnya dalam pembuatan
CPO (crude plam oil) sebagai bahan dasar pembuatan minyak goreng, sabun di
dalam negeri atau dieskpor. Oleh karena itu, bila ditinjau terhadap kesiapan
ketersediaan bahan baku, maka kelapa sawit merupakan bahan yang paling
potensial untuk dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Hanya
pemanfaatan CPO sebagai bahan baku untuk produksi biodiesel perlu
dilaksanakan secara bijaksana dan hati-hati, karena fungsinya saat ini sebagai
bahan baku minyak goreng yang termasuk bahan makanan. Mungkin akan lebih
26
baik bila dikembangkan lahan kelapa sawit untuk produksi biodiesel, diluar
terpisah lahan kelapa sawit saat ini yang diperuntukkan sebagai bahan baku
minyak goreng, kosmetik dan ekspor.
Tabel. Jenis Tanaman Penghasil Biofuel
CPO yang berasal dari kelapa sawit merupakan sumber bahan baku biodiesel
yang sudah tersedia, meskipun saat ini CPO tersebut diperuntukkan untuk
keperluan non energi seperti minyak goreng dan sabun. Namun mengingat
ketersediaan CPO maka perlu dipertimbangkan pengembangannya sebagai
27
bahan baku pembuatan biodiesel, sehingga CPO dari kelapa sawit bukan saja
bermanfaat sebagai sumber makanan dan sumber devisa, tetapi juga
bermanfaat sebagai sumber energi. Sebagai gambaran, potensi produksi
biodiesel dengan menganggap seluruh CPO dipakai sebagai bahan baku produksi
bio-diesel yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit yang ada dapat dilihat
pada Tabel 4. Perkiraan besarnya produksi biodiesel pada Tabel dibawah dibuat
berdasarkan asumsi bahwa dari setiap ton CPO dapat menghasilkan 0,9 ton
biodiesel dan setiap ton biodiesel diperkirakan mempunyai nilai kalor sebesar
0,03955 PJ. Selain itu, produksi biodiesel pada tabel tersebut juga dibuat
berdasarkan asumsi bahwa semua produksi CPO dari seluruh wilayah di
Indonesia dipergunakan sebagai bahan baku biodiesel. Produksi CPO pada tahun
2004 diperkirakan dapat menghasilkan lebih dari 10 juta ton biodiesel atau
setara dengan 419 PJ (Peta Joule) atau 12,57 juta kiloliter biodiesel. Sementara
itu pada tahun yang sama kebutuhan minyak solar setiap tahun mencapai 800 PJ
yang setara dengan sekitar 24 juta kiloliter.
Tabel. Perkiraan Produksi Biodiesel dari Kelapa Sawit
28
29
Penggunaan biofuel juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sampai
90%. Keuntungan lain dari pemanfaatan energy terbarukan yang bersumber dari
biomassa tersebut adalah dapat mendorong penciptaan lapangan kerja di
pedesaan, sebagai contoh produksi ethanol di brazil diperkirakan telah mencapai
sekitar 700.000 lapangan pekerjaan, termasuk untuk pekerjaan yang tidak
memerlukan skill. Prospek pemanfaatan biofuel, baik dalam bentuk biodiesel
sebagai bahan bakar pengganti ataupun campuran minyak solar atau
Automobile Diesel Oil (ADO), maupun dalam bentuk bioethanol sebagai bahan
bakar pengganti ataupun campuran bensin atau premium pada sector
transportasi ditentukan berdasarkan hasil model MARKAL (Market Allocation),
yaitu suatu model optimasi penggunaan energy berdasarkan biaya terendah.
Sebagai tantangan adanya kebutuhan biofuel pada harga minyak mentah tinggi
tersebut, antisipasi penyiapan lahan untuk media tumbuh bahan baku biofuel
seperti kelapa sawit untuk bahan baku biodiesel, dan ubi kayu untuk bahan baku
ethanol perlu dilakukan, sehingga pemanfaatan biomassa sebagai sumber
energy alternative pengganti minyak dapat lebih optimal, efisien dan berdaya
guna.
Banyak penelitian mengenai pmanfaatan bahan bakar biodiesel yang telah
dilakukan, terutama sejak terjadinya krisis energy tahun 1973. Penelitianpenelitian tersebut dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia dari bahan bakar
biodiesel yang meliputi angka setana, viskositas, lubrisitas, stabilitas thermal,
kotoran dan lain-lain. Beberapa kesimpulan dari banyak penelitian yang
berkaitan dengan penggunaan bahan bakar biodiesel seperti yang terdapat pada
Biodiesel World Status oleh Borgelt S.C., et al dan The Biodiesel Handbook oleh
Knothe Gerhard et al adalah sebagai berikut :
Daya mesin menurun pada penggunaan bahan bakar biodiesel
dibandingkan menggunakan bahan bakar solar yang diakibatkan oleh
nilai kalor/kandungan energy yang lebih rendah dari pada bahan bakar
biodiesel.
Konsumsi bahan bakar meningkat pada penggunaan bahan bakar
biodiesel dibandingkan bahan bakar solar seiring dengan nilai
kalor/kandungan energy yang lebih rendah pada bahan bakar biodiesel.
Emisi gas buang nitrogen oksida (NOx) umumnya meningkat seiring
dengan peningkatan konsentrasi biodiesel dibandingkan bahan bakar
solar.
Kekotoran gas asap, hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO) yang
tidak terbakar umumnya menurun seiring dengan peningkatan
konsentrasi biodiesel dibandingkan bahan bakar solar
Terdapat kontaminasi pada minyak pelumas untuk penggunaan bahan
bakar biodiesel 100%. Hal ini mengakibatkan semakin pendeknya
interval penggantian minyak pelumas.
Pengujian yang dilakukan oleh Prateepchaikul gumpon, et al terhadap
pemanfaatan palm oil sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pertanian
menyimpulkan bahwa :
30
Penggunaan bahan bakar palm oil 100% pada beban kontinu 75%
dari beban maksimum, tidak menimbulkan problem yang serius.
Ditemukan kesulitan start mesin yang diakibatkan oleh viskositas
dan titik nyala yang tinggi pada bahan bakar palm oil
Konsumsi bahan bakar spesifik meningkat pada penggunaan bahan
bakar palm oil dibandingkan solar. Hal ini disebabkan kandungan
nilai kalor palm oil yang lebih rendah dibandingkan solar.
Tingkat keausan piston ring dan cylinder liner lebih cepat pada saat
menggunakan bahan bakar palm oil dibandingkan bahan bakar solar
31
32
oleh Pemerintah. Konsumsi BBM masih menguasai 30% energy mix disusul oleh
batubara sebanyak 28%. Proyeksi ini menjadi cambukan bagi Pemerintah bahwa
target penurunan BBM dan optimalisasi batubara yang disusun dalam Perpres
No. 5/2006 belum dapat diyakini keberhasilannya. Kedua, terkait dengan
optimalisasi batubara, meskipun Pemerintah sudah melaksanakan Fast Track
Project (FTP) Tahap 1 dan sedang membangun FTP Tahap 2, tingkat kehandalan
pembangkit listrik berbahan bakar batubara tersebut perlu diuji lebih lanjut
mengingat masih rendahnya capacity factor2 pembangkit FTP Tahap 1.
Akibatnya konversi energi dari pembangkit listrik tenaga diesel yang lebih mahal
kepada batubara menjadi tidak tercapai. Tantangan lainnya adalah mengurangi
ekspor batubara. Meskipun kebutuhan dalam negeri saat ini sangat jauh dari
produksi tambang batubara, Pemerintah harus menyadari bahwa batubara
bukan merupakan energi yang terbarukan, sehingga eksploitasi berlebihan atas
cadangan tambang batubara akan meningkatkan opportunity cost3 terhadap
penggunaan batubara di masa yang akan datang. Adapun menyangkut bahan
bakar gas, kendala utama adalah kurang tersedianya infrastruktur
distribusi/pengangkutan. Pemerintah perlu menetapkan kebijakan pipanisasi gas
yang menghubungkan ladang gas dan sentra industri nasional. Selama ini
pembangunan pipa gas selalu berorientasi pada ekspor dan kurang
memperhatikan kawasan industri, terutama yang berlokasi di dekat wilayah
eksplorasi gas alam. Salah satu contohnya ialah kasus kekurangan gas yang
terjadi pada pembangkit listrik gas di Belawan. Kurangnya pasokan harusnya
tidak terjadi apabila dari dulu Pemerintah telah menetapkan rencana dan
strategi untuk menyambungkan pipa dari lapangan gas Arun di Aceh ke
pembangkit tersebut. Selain pipanisasi, kebijakan pengangkutan gas juga harus
mencakup pembangunan kilang gas alam cair dan terminal regasifikasi yang
berdekatan dengan pusat industri dan pembangkit listrik. Misalnya
pembangunan terminal regasifikasi terapung (FRSU) di Jawa Barat dapat
dikatakan terlambat dalam merespon kebutuhan pembangkit listrik PT PLN.
Padahal biaya input gas jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar lainnya.
Hanya tenaga air yang biaya inputnya bisa mengalahkan gas. Kurangnya
infrastruktur pengangkutan gas tersebut menyebabkan hilangnya kesempatan
memanfaatkan energi yang berbiaya rendah. Pemerintah juga harus
menyelesaikan permasalahan yang menghalangi eksploitasi energi terbarukan.
Beberapa permasalahan tersebut mencakup perijinan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Air dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang dianggap
dapat merusak lingkungan terutama wilayah hutan. Insentif Pemerintah kepada
pelaku usaha dalam menurunkan tingkat ketidakpastian keberhasilan eksplorasi
panas bumi dan kompensasi besarnya biaya investasi dan alat penyimpanan
energi untuk tenaga angin dan tenaga surya juga menjadi area kebijakan yang
perlu diatur oleh Pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan. Beberapa
fakta tersebut di atas mengindikasikan bahwa Indonesia telah memiliki rencana
yang baik untuk menjaga ketahanan energi sebagaimana telah dinyatakan
33
dalam bentuk roadmap bauran energi nasional sejak 2006, namun demikian
progres selama periode tahun 2006-2011 menunjukkan bahwa progresnya
belum menggembirakan. Sementara pada periode yang sama tekanan risiko
ketahanan energi sebagai akibat terlalu menggantungkan pada sumber daya
energi BBM mengalami peningkatan. Ini menjadi lampu kuning bagi
pembangunan sektor keenergian nasional. Sebagai tahap awal perlu segera
direformulasi pola subsidi BBM (termasuk listrik) yang ada; bukan hanya untuk
mengurasi eksposur risiko subsidi BBM namun juga untuk membuka jalan
(necessary
condition)
penciptaan
lingkungan
yang
kompetitif
bagi
pengembangan sumber energi baru-terbarukan. Menunda setiap langkah kritis
ini hanya akan mengakumulasikan risiko atas ketahanan energi Indonesia di
masa yang akan datang.
34
Sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi selama ini semakin
terkuras, karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya
alam yang tidak terbarukan. Sementara itu, konsumsi energi terus meningkat
sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk (Anonim,
2004). Energi fosil sebagai sumber energi tidak terbarukan merupakan sumber
energi utama di dunia. Permasalahan serius yang dihadapi oleh banyak negara
berkembangan saat ini adalah jumlah bahan bakar fosil yang sangat terbatas
sementara kebutuhan terus meningkat (Budi et al., 2009), sehingga terjadi krisis
energi. Ketersediaan energi fosil Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut
ini:
Tabel. Persediaan Energi Fosil Indonesia
35
36
37
38
39
(atomizing) bahan bakar pada motor diesel tidak sama dengan motor bensin.
Prinsip Kerja Motor Diesel 4 Langkah Pada motor diesel 4 langkah, katup masuk
dan katup buang digunakan untuk mengontrol proses pemasukan dan
pembuangan gas dengan membuka dan menutup saluran masuk dan saluran
buang.
1. Langkah Isap Pada langkah ini, piston bergerak dari TMA ke TMB, katup isap
membuka dan katup buang menutup sehingga udara segar masuk ke dalam
silinder akibat adanya kevakuman melalui intake manifold.
2. Langkah Kompresi Pada langkah kompresi, katup masuk dan katup buang
tertutup, udara yang sudah masuk kedalam silinder akan ditekan oleh piston
yang bergerak dari TMB ke TMA. Perbandingan kompresi pada motor diesel
berkisar antara 1:15 sampai 1:22. Akhir langkah kompresi injektor
menyemprotkan bahan bakar ke dalam udara panas yang tekanannya dapat
mencapai 40 bar.
3. Langkah Usaha Diikuti oleh pembakaran tertunda, pada awal langkah usaha
bahan bakar yang sudah teratomisasi akan terbakar sebagai hasil
pembakaran langsung dan membakar hampir seluruh bahan bakar. Tenaga
yang dihasilkan pada langkah usaha ini sebagian disimpan dalam flywheel
untuk melanjutkan proses kerja motor selanjutnya.
4. Langkah Buang Katup masuk masih tertutup dan katup buang terbuka.
Piston bergerak dari TMB menuju TMA sehingga mendorong gas sisa
pembakaran (gas buang) keluar melalui katup buang yang terbuka. Akhir
langkah buang katup masuk terbuka sehingga udara segar masuk ke dalam
silinder dan ikut mendorong gas buang keluar.
Motor diesel dan motor bensin tidak banyak berbeda dalam hal layoutnya,
keduanya mempunyai engkol penggerak, mekanisme katup, rangka pendingin,
sistem pelumasan dan lain sebagainya. Perencanaan motor diesel dibagi dalam
dua model, dilengkapi dengan peralatan injeksi bahan bakar dan perencanaan
komponen yang besar untuk dapat menahan muatan besar yang diakibatkan
tekanan pembakaran yang besar, motor diesel sering lebih berat dalam
hubungan ke tenaga motor, sekitar 7 kg membangun per kW kira-kira setengah
untuk motor bensin, menjaga ukuran dan pengurangan berat komponen
tersendiri motor diesel dibuat bahan yang kuat ( Daryanto; 2008; 138). Suhu dan
tekanan udara dalam silinder yang cukup tinggi maka partikelpartikel bahan
bakar akan menyala dengan sendirinya sehingga membentuk proses
pembakaran. Agar bahan bakar solar dapat terbakar sendiri, maka diperlukan
rasio kompresi 15-22 dan suhu udara kompresi kira-kira 600 pada tekanan
kompresi 20- 40 bar. Dibandingkan dengan motor bensin, gas buang motor
diesel tidak banyak mengandung komponen yang beracun sehingga banyak
diminati oleh masyarakat.
1. Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia dari unsur-unsur bahan bakar dengan zat
asam yang kemudian menghasilkan panas yang disebut heat energy. Oleh
karena itu pada setiap pembakaran diperlukan bahan bakar, zat asam dan
40
41
d.
2. Minyak Solar
Minyak solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi
mentah, bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih.
Minyak solar ini biasa digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis
motor diesel dan juga sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung
didalam dapur-dapur kecil yang menghendaki hasil pembakaran yang bersih.
Minyak ini sering disebut juga sebagai gas oil, ADO, HSD, atau Dieseline.
Temperatur biasa, artinya pada suhu kamar tidak menguap dan titik
nyalanya jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar bensin. Kualitas solar
dinyatakan dengan angka setana atau cetane number (CN). Bilangan setana
yaitu besar prosentase volume normal cetane dalam campurannya dengan
methylnaphthalene yang menghasikan karakteristik pembakaran yang sama
dengan solar. Secara umum solar dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
(1) Light Diesel Fuel (LDF) mempunyai CN=50,
(2) Medium Diesel Fuel (MDF) mempunyai CN=50, dan
(3) Heavy Diesel Fuel (HDF) mempunyai CN=35.
LDF dan MDF sering dikatakan sebagai solar no.1 dan 2. Kedua jenis solar ini
sebenarnya letak perbedaanya adalah pada efek pelumasannya saja. LDF
dalam hal ini lebih encer, jernih, dan ringan, sedang MDF lebih gelap, berat
dan dalam pemakaiannya dalam motor bakar diperlukan syarat-syarat
khusus. Bahan bakar diesel biasa juga disebut dengan light oil atau solar,
yaitu suatu campuran dari hidrokarbon yang telah didestilasi setelah bensin
dan minyak tanah dari minyak mentah pada temperatur 200 sampai
340. Bahan bakar jenis ini atau biasa disebut sebagai bahan bakar solar
sebagian besar digunakan untuk menggerakan motor diesel. Bahan bakar
diesel (solar) mempunyai sifat utama sebagai berikut:
(1) Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berbau,
(2) Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal,
42
43
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
44
Kandungan Sulphur
Sulphur atau belerang yang ada didalam bahan bakar, pada saat
terbakar akan menghasilkan gas yang sangat korosif terhadap logam
yang bersinggungan, baik gas tersebut masih dalam bentuk gas maupun
saat dalam bentuk cairan setelah dingin. Cairan sulphur yang masuk
dalam minyak pelumas akan merusak struktur minyak dan komponen
sistem pelumasan. Oleh karena itu, dalam bahan bakar kandungan
sulphur yang diizinkan tidak boleh melebihi 0,5 sampai dengan 1,5 %.
Oksidasi dan Air
Oksidasi (endapan) dan air dapat menjadi sumber permasalahan pada
motor diesel. Endapan kotoran yang masih terbawa pada bahan bakar
akan menjadi bahan yang mengakibatkan keausan, dan kemungkinan
akan menyumbat saluran bahan bakar. Kandungan abu dan air pada
bahan bakar yang diizinkan adalah 0,01 % abu, dan 0,05 % untuk abu
dan air secara bersama.
Sejak diperkenalkan pertama kali oleh Rudolf Diesel pada 1892 di Jerman, mesin
diesel telah mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai penggunaan
bahan bakar hingga peningkatan kinerja yang berhubungan dengan teknologi
mekanis hingga improvement power, dan konsumsi bahan bakar agar lebih
bersahabat dengan lingkungan. Motor diesel sebagai sebuah sumber tenaga
penggerak memiliki prinsip yang hampir sama dengan motor bensin (gasoline
engine) dimana energi dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar, Ada beberapa
perbedaan utama antara karakteristik mesin bensin dan mesin diesel. Mesin
diesel menggunakan prinsip auto-ignition (terbakar sendiri). Sedangkan mesin
bensin menggunakan prinsip spark-ignition (pembakaran yang dipicu oleh
percikan api pada busi). Oleh karenanya motor diesel sering juga disebut dengan
compression ignition engine. Agar dapat mencapai suhu dan tekanan
pembakaran, tekanan kompresi pada mesin diesel diusahakan mampu mencapai
30-45kg/cm2, agar temperatur udara yang dikompresikan mencapai 500 derajat
celsius, sehingga bahan bakar mampu terbakar dengan sendirinya tanpa dipicu
oleh letikan bunga api dari busi. Untuk dapat mencapai tekanan dan temperatur
yang demikian, pada motor diesel harus memiliki perbandingkan kompresi yang
lebih tinggi kira-kira mencapai 25:1 dan membutuhkan gaya yang lebih besar
untuk memutarnya.
Sehingga motor diesel memerlukan alat pemutar seperti motor starter dan
baterai yang berkapasitas besar pula. Disamping itu motor diesel memiliki
efisiensi panas yang sangat tinggi, hemat konsumsi bahan bakar, memiliki
kecepatan lebih rendah dibanding mesin bensin, getarannya sangat besar dan
agak berisik, momen yang didapatkan lebih besar, sehingga motor ini umumnya
digunakan pada kendaraan niaga, kendaraan penumpang dan sebagai motor
penggerak lainnya Karena tekanan pembakaran yang tinggi, maka mesin diesel
harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan tinggi dan harus
mempunyai struktur yang sangat kuat. Disamping itu getaran motor yang
45
3.
Gambar . Ruang bakar injeksi tidak langsung (in direct injection combustion
chamber)
46
Pada ruang bakar injeksi tidak langsung tampak bahwa bahan bakar diinjeksikan
oleh pengabut (nozzle) tidak secara langsung pada ruang bakar utama
(combustion chamber), namun diinjeksikan dalam ruang pembakaran awal (prechamber). Dalam pemakaiannya ruang pembakaran awal ini terdapat beberapa
jenis diantaranya controlled air swirl chamber, comet air swirl chamber , Suarer
dual-turbulence system, dan prechamber system. Masing-masing bentuk dan
sistim yang dikembangkan memiliki keunggulan dan kelemahan, namn pada
umumnya tipe ruang bakar ini dipasangkan pada kendaraan penumpang dimana
kenyamanan lebih penting dari pada kendaraan komersial, disamping itu mesin
diesel dengan ruang bakar prechamber menghasilkan sangat rendah racun emisi
(HC dan NOx) dan biaya pembuatan lebih rendah daripada mesin injeksi
langsung. Berdasarkan kenyataan itulah mesin diesel dengan ruang bakar injeksi
tidak langsung (prechamber) pemakaian bahan bakarnya lebih hemat dari pada
mesin injeksi langsung (10 - 15%).
47
48
pada kendaraan komersial (bus dan truk) yang memiliki kapasitas silinder lebih
besar, sementara pompa injeksi distributor digunakan pada kendaraan
penumpang yang memiliki kapasitas kecil dan membutuhkan kenyamanan lebih
tinggi. Namun dalam perkembangan selanjutnya penggunaan teknologi
elektronik telah mampu meningkatkan performance pompa distributor.
1. Penyaluran bahan bakar dengan pompa injeksi in-line Pada sistim pengaliran
bahan bakar menggunakan pompa injeksi in-line seperti terlihat pada
gambar 9 terdiri dari beberapa komponen diantaranya :
1) Tangki bahan bakar yang mempunyai fungsi untuk menyimpan bahan
bakar sementara yang akan digunakan dalam penyaluran
2) Feed pump (priming pump) atau pompa penyalur berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar dengan cara memompa bahan bakar dari
tangki dan mengalirkannya ke pompa injeksi
3) Fuel filter biasanya terdapat 2 (dua) yaitu pada bagian sebelum feed
pump yang dilengkapi pula dengan water separator yang berfungsi
untuk memisahkan air dalam sistim dan setelah feed pump yang
berfungsi untuk menyaring kotoran yang terdapat pada bahan bakar
untuk menjaga kualitas bahan bakar
4) Pompa injeksi yang berfungsi untuk menaikkan tekanan sehingga bahan
bakar dapat dikabutkan oleh nozzle, menakar jumlah bahan bakar yang
dibutuhkan oleh engine dan mengatur saat injeksi sesaui dengan
putaran motor
5) Automatic timer yang terpaang pada bagian depan pompa injeksi yang
berhubungan dengan timing gear berfungsi untuk memajukan saat
injeksi sesuai dengan putaran motor
6) Governor terpasang pada bagian belakang pompa injeksi yang berfungsi
sebagai pengatur jumlah injeksi bahan bakar sesuai dengan
pembebanan motor.
7) Pengabut (Nozzle) berfungsi untuk mengabutkan bahan bakar agar
mudah bercampur dengan oksigen sehingga mudah terbakar dalam
silinder
8) Pipa tekanan tinggi terbuat dari bahan baja yang berfungsi untuk
mengalirkan bahan bakar bertekanan tinggi dari pompa injeksi ke
masing-masing pengabut
9) Busi pijar atau busi pemanas (glow plug) berfungsi untuk memanaskan
ruangan pre chamber pada saat mulai start. Dengan merubah energi
listrik dari battery menjadi energi panas
10) Battery (aki) berfungsi sebagai sumber energi listrik yang mensupply
energi yang dibutuhkan oleh busi pijar untuk memanaskan ruangan pre
chamber
11) Kunci kontak (ignition switch) berfungsi sebagai saklar utama pada
ssistim kelistrikan kendaraan
12) Relay yang berfungsi sebagai pengaman dan pengatur saat pemanasan
ruang pre chamber
49
15. Kesimpulan
1) Solar merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat untuk keperluan transportasi dan industri.
2) Menurut Ensiklopedia Britannica, penemuan minyak bumi diperkirakan
pertama kali sekitar 5000 tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria,
Asyiria, dan Babilonia kuno.
3) Bahan bakar pada umumnya merupakan suatu senyawa yang mengandung
unsur hidrokarbon. Hampir semua jenis bahan bakar yang beredar di
pasaran berasal dari minyak bumi beserta turunannya yang kemudian diolah
menjadi berbagai macam dan jenis bahan bakar.
4) Bahan bakar yang digunakan motor bakar harus memenuhi kriteria sifat fisik
dan sifat kimia, antara lain :
- nilai bakar bahan bakar itu sendiri
- densitas energi yang tinggi
- tidak beracun
- stabilitas panas
- rendah polusi
- mudah dipakai dan disimpan
5) Minyak solar berasal dari Gas Oil, yang merupakan fraksi minyak bumi
dengan kisaran titik didih antara 250 0 C sampai 3500 C yang disebut juga
midle destilat. Komposisinya terdiri dari senyawa hidrokarbon dan nonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak solar
seperti parafinik, naftenik, olepin dan aromatik.
6) Bahan bakar solar mempuyai sifat sifat utama, yaitu :
Tidak mempunyai warna atau hanya sedikit kekuningan dan berbau
Encer dan tidak mudah menguap pada suhu normal
Mempunyai titik nyala yang tinggi (40C sampai 100C)
Terbakar secara spontan pada suhu 350C
Mempunyai berat jenis sekitar 0.82 0.86
Mampu menimbulkan panas yang besar (10.500 kcal/kg)
Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar daripada bensin
7) Solar merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat untuk keperluan transportasi dan industri. Berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Teknologi Minyak dan
Gas Bumi Lemigas telah diinformasikan bahwa cadangan minyak bumi
Indonesia hanya tersisa 6 milliar barrel dan diproduksi sebanyak 1 juta barrel
per hari yang diperkirakan bakal habis dalam kurun waktu 12 tahun
kedepan.
8) Bahan bakar minyak solar sebagai bahan bakar mesin diesel mengbasilkan
gas buang yang mengandung kadar soot yang tinggi. Maka timbul pemikiran
untuk menggunakan bahan bakar altematif sebagai bahan bakar utama
mesin diesel.
50
9) Motor diesel adalah salah satu dari internal combustion engines (mesin
pembakaran dalam). Berdasarkan penelitian dan pengalaman motor diesel
cenderung lebih rendah polusinya dibanding dengan motor bensin.
10) Motor bakar adalah mesin kalor dimana gas panas diperoleh dari proses
pembakaran didalam mesin itu sendiri dan langsung dipakai untuk
melakukan kerja mekanis, yaitu menjalankan mesin tersebut (Arismunandar
dan Tsuda; 2008; 5). Motor diesel (diesel engines) merupakan salah satu
bentuk motor pembakaran dalam (internal combustion engines) di samping
motor bensin dan turbin gas.
51
52
Henriques, I. and P. Sadorsky. (2011). The Effect of Oil Price Volatility on Strategic
Investment. Energy Economics (33), pp. 7987.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). (2012). Data Harga
Minyak Mentah Indonesia (ICP) periode 2000 2011.
Qianqian, Z. (2011). The Impact of International Oil Price fluctuation on Chinas
Economy. Energy Procedia (5), pp. 13601364.
Ditjen. Perkebunan. Buku Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit 19902004, 2005.
Wirawan, S.S. Perkiraan Reference Energy System Biodiesel. BPPT. 2004.
Tatang H.S., Material Aspects of Biodiesel Production in Indonesia, Seminar
Business opportunities of Biodiesel into the fuel market in Indonesia, BPPT,
Jakarta, 8 Maret 2006.