Anda di halaman 1dari 4

VIII.

UJI BENIH
A. Tinjauan Umum
Uji benih merupakan instrumen untuk mengetahui kualitas fiologis benih
dengan menilai viabilitas benih dan vigor benih.
Viabilitas benih: ratio antara jumlah kecambah normal dengan jumlah
benih yang dikecambahkan dikalikan seratus persen.
Dengan demikian viabilitas merupakan persentase benih yang mampu
berkecambah normal, dan nilainya dicantumkan dalam sertifikat benih.
Vigor benih: kemampuan benih untuk berkecambah secana normal pada
kondisi lingkungan yang mendukung maupun pada lingkungan yang tidak
mendukung.
Walau nilai vigor tidak dicantumkan dalam sertifikat benih, tapi memiliki
arti penting yang menunjukkan performa dan keseragaman kecambah
(Note: ada 3 kualitas benih yang merupakan syarat untuk benih bermutu,
yaitu kualitas genetis, kualitas fisik dan kualitas fisiologis)

Tujuan:
Untuk menilai mutu benih sebelum digunakan atau dipasarkan, dengan
mengamati viabilitas dan vigor benih.
Sebagai dasar penghitungan kebutuhan benih untuk tujuan budidaya (uji
viabilitas)

B. Uji Viabilitas
Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menguji viabilitas benih:
1. Uji media kertas:
Yaitu pengujian benih dengan cara mengecambahkan pada substrat
kertas yang lembab. Jenis kertas yang digunakan bisa kertas merang,
kertas koran atau kertas yang higroskopis dan mampu menahan air.
Teknik peletakan benih bervariasi: a) diletakkan di permukaan kertas
(UDK), b) diletakkan di antara kertas (UAK), dan c) diletakkan di antara
kertas teris digulung dan didirikan (UKDD).

TEKBEN

VIII - 1

2. Uji media pasir:


Pada teknik ini benih dikecambahkan pada media pasir yang lembab.
Yang perlu diperhatikan adalah diameter butiran pasir dan sifat pasir
yang WHC nya rendah.
3. Uji tetrazolium:
Dengan metode ini pengujian dapat dilakukan dengan cepat, karena
biji hanya direndam dalam larutas tetrazolium selama 1 jam lalu dinilai
kondisi embrionya. Tetrazolium akan mengoksidasi embrio, dan pada
embrio yang hidup akan menujukkan warna merah sedangkan yang
mati atau cacat akan berwarna putih.
Kelemahan metode ini, penguji hanya tahu benih yang mati atau yang
hidup saja akan tetapi tidak dapat mendeteksi apakah benih mampu
berkecambah atau dormansi. Oki, tidak bisa dipakai untuk menetapkan
apakah benih lolos uji sertifikasi atau tidak.
4. Uji sinar X:
Metode ini juga dapat dilakukan dengan cepat, dan dapat menilai
apakah benih yang diuji masih hidup, sudah mati atau cacat. Metode ini
juga tidak dapat mendeteksi apakah benih mampu berkecambah atau
tidak, sehingga tidak bisa dipakai dalam uji sertifikasi benih.
Prinsip dasar dalam aplikasi metode pengujian viabilitas adalah:
Mantap: tidak menyebabkan perubahan stuktur perkecambahan selama
periode pengujian,
Mudah: dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hasil yang sama dan
tidak membutuhkan peralatan yang khusus/mahal.
Tidak perlu pengawasan yang terus menerus selama periode pengujian.
Ketentuan pengujian menurut ISTA & BPSB:
Jumlah benih yang diuji minimal 400 butir, yang dapat dibagi menjadi 4,
8 atau 16 kelompok/lot (tergantung ukuran benih),
Batas waktu pengujian setiap jenis atau varietas berbeda, disesuaikan
dengan regulasi yang berlaku.
Kecambah yang dihitung hanya kecambah yang tumbuh normal,

TEKBEN

VIII - 2

Kecambah yang terserang penyakit, jika diyakini bukan bukan dari


bawaan benih dapat dianggap kecambah normal.

TEKBEN

VIII - 3

C. Uji Vigor
Konsep dasar vigor adalah, bahwa persentase perkecambahan dari dua
lot benih bisa sama tetapi akan berbeda dalam daya berkecambahnya.
Artinya perkecambahan lot yang satu lebih cepat dari lot yang lain.
Ada beberapa kriteria vigoritas, yaitu:
Kecambah yang vigor (greater vigor)
kecambah yang muncul dari benih dan mampu tumbuh terus dalam
kondisi lingkungan yang mendukung maupun tidak mendukung.
Less vigor
kecambah mampu muncul dari benih tetapi tidak dapat melanjutkan
pertumbuhannya, atau tumbuh abnormal.
Non- vigor
kecambah yang tidak mampu muncul dari benih atau benih tidak
mampu berkecambah.
Benih mati
benih yang embrionya mati sehingga tidak dapat berkecambah.
Metode pengujian vigor benih terdiri atas dua kelompok, yaitu pengujian
langsung (direct method) dan pengujian tak langsung (indirect method).
(baca: Dasar-dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih; Hendarto
Kuswanto, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2006)

TEKBEN

VIII - 4

Anda mungkin juga menyukai