Jeffryandi Parulian
Hutabarat
1061050110
PENDAHULUAN
METODE
Pasien
Penelitian ini dilakukan pada pasien di diagnosis dengan
abses hati.
Pencarian pasien menghasilkan sebanyak 214 orang, 85
pasien diekslusi karena alasan (a) tidak dilakukan CT, (b)
hanya dilakukan CT tanpa kontras, (c) kultur pus hasilnya
negatif, (d) lesi yang terdapat pada gambaran CT tidak
menghilang setelah diberikan antibiotik, (e) pasien dicurigai
memiliki abses hepar amebik dan fungal.
Akhirnya, didapatkan 129 pasien dengan klinis abses hepar
piogenik, yaitu 60 pria dan 69 wanita, dengan rata-rata usia
67 tahun.
CT Tehnik
Pengkajian CT dilakukan dilakukan dengan menggunakan sebuah
lightSpeed QX /i scanner detektor empat baris atau Sensasi
Somatom 16 scanner baru multidetektor.
Interpretasi CT
Gambar CT abses dianalisis dalam hal jumlah, lokasi (kanan, kiri
atau kedua lobus hati), ukuran dan konfigurasi (unilocular sebagai
muttilocular) dari abses, ketebalan dinding abses, pola tambahan
rim, tambahan septal, tanda target ganda, debris nekrotik internal
dan gas internal yang menggelembung. Selain itu, radiologis
mencatat adanya penyakit bilier yang mendasari, termasuk batu
dalam saluran empedu, obstruksi saluran bile chileksititis dan
operasi hepatobiliary sebelumnya.
HASIL
Dari 129 pasien dengan abses hati piogenik, 59 pasien
mengalami infeksi monomicrobial disebabkan oleh K.
pneumoniae (kelompok KLA) dan 70 pasien memiliki non-K.
pneumoniae monomicrobial atau infeksi polymicrobial
(kelompok non-KLA) didiagnosis dengan darah dan / atau
budaya aspirasi abses. Usia rata-rata adalah 62,2 tahun
(kisaran, 35-86 tahun) pada kelompok KLA dan 65,8 tahun
(kisaran, 25- 91 tahun) pada kelompok non-KLA.
Rasio laki-perempuan adalah 33:26 pada kelompok KLA dan
32:38 pada kelompok nonKLA. Tidak ada perbedaan yang
signifikan di usia dan jenis kelamin.
DISKUSI
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri paling penting dari Klebsiella genus
Enterobacteriaceae dan yang paling sering aerobik Gram-negatif bacillus hadir flora
saluran usus manusia normal. Namun, bakteri ini dapat menghasilkan infeksi pada
berbagai lokasi, dengan peningkatan risiko pada pasien dengan gangguan
pertahan.
Ada beberapa perbedaan penting dalam signifikansi klinis dan pengobatan KLA dan
non-KLA. Dengan demikian, diferensiasi antara KLA dan non-KLA sebelum hasil
kultur penting bagi hasil yang menguntungkan.
Ultrasonografi dan CT memainkan peran kunci dalam diagnosis abses hati piogenik.
Ultrasonografi ditemukan massa yang didominasi tampak padat dan yang memiliki
margin tidak teratur atau tidak jelas dikaitkan dengan KLA.
CT menunjukkan bahwa KLA memiliki fitur karakteristik, termasuk kerusakan
septum, berisi hairball-like, air fluid level dan no enhanced rim.
Dalam analisa multivariat menunjukkan KLA berhubungan dengan dinding tipis dan debris
nekrotik, sementara non-KLA berhubungan dengan dinding yang tebal.
Secara umum abses hepar piogenik disebabkan oleh infeksi gastrointestinal melalui vena
porta yang menyebarkan sepsis lewat artieri hepatica. Sekarang ini penyakit traktus bilier
menjadi etiologi tersering.
K Pneumoniae pertama muncul dalam darah menyebabkan bakterimia. Absess hepar terjadi
ketika mikroorganisme masuk melalui vena porta menyebabkan sequestrasi oleh sel kupffer
dalam hati.
Penelitian sebelumnya menunjukkan penyakit traktus biliaris lebih sering terjadi pada nonKLA dibandingkan dengan KLA. Pada penelitian ini penyakit traktus biliaris lebih rendah
pada KLA dibandingkan pada non-KLA (27,1 vs 78,6%).
Pasien dengan abses hepar piogenik mungkin akan menyebabkan metastasis ke tempat
yang lain. Pada KLA infeksi metastatik sering terjadi pada diluar regio abdomen. Sementara
non-KLA sering menyebabkan metastasis di regio abdomen.
Penelitian ini memiliki kelemahan, Pertama, penelitian ini bersifat retrospektif dan termasuk
pemeriksaan kasus menggunakan CT Scan yang berbeda. Kedua, kami tidak mengevaluasi
penyetujuan interobserver karena dua radiologis tidak menginterpretasi gambaran CT
secara independen. Ketiga, kami memasukkan abses hati K Pneumoniae poli mikrobial pada
kelompok non-KLA. Keempat, infeksi metastatik diidentifikasi tidak hanya menggunakan CT
abdomen tapi juga dari CT dan MR dari bagian tubuh yang lain.
KESIMPULAN
Meskipun keterbatasan studi ini, abses berdinding tipis,
puing-puing nekrotik di rongga abses, adanya infeksi
metastatik dan tidak adanya penyakit empedu yang
mendasarinya temuan yang paling signifikan untuk
membedakan KLA dari non-KLA pada pasien dengan abses
hati piogenik dalam populasi Asia. Kehadiran gabungan dari
temuan ini sangat sugestif dari KLA, dan karena itu dapat
membantu dalam diagnosis diferensial.
TERIMA KASIH