KWN Paper
KWN Paper
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam
daerah,
termasuk
pelaksanaan
pengelolaan
keuangannya
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Otonomi Daerah
Istilah otonomi secara etimologis berasal dari kata yunani autos yang
berarti sendiri dan nomos yang berarti hukum atau peraturan. Menurut
Encyclopedia of Social Science, bahwa otonomi dalam pengertian orisinil adalah
the legal self sufficiency of social body and its actual independence. Jadi ada dua
ciri hakikat dari otonomi, yakni legal self suffiency dan actual independence.
Dalam kaitan dengan politik atau pemerintahan, otonomi daerah berarti self
government atau condition of living under ones own law. Dengan demikian
otonomi daerah yang memiliki legal self sufficiency yang bersifat self government
yang diatur dan diurus oleh own laws.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:992), otonomi adalah
pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, definisi otonomi
daerah sebagai berikut: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk
mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri
dengan menghormati peraturan perundangan yang berlaku. Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah juga mendefinisikan daerah
otonom sebagai berikut: Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Contoh daerah otonom (local
self-government) adalah kabupaten dan kota. Dari pendapat di atas dapat ditarik
diharapkan
meningkat.
Tingkat
kesejahteraan
masyarakat
tersebut
daerah
yaitu
membebaskan pemerintah pusat dari berbagai beban dan menangani urusan suatu
daerah yang bisa diserahkan kepada pemerintah daerah. Oleh karenanya
2.4
1.
Provinsi
2)
Kabupaten/kota besar
3)
Desa/kota kecil.
UU No.1 Tahun 1945 hanya mengatur hal-hal yang bersifat darurat dan
segera saja. Dalam batang tubuhnya pun hanya terdiri dari 6 pasal saja dan tidak
memiliki penjelasan.
2.
Propinsi
b)
Kabupaten/kota besar
c)
Desa/kota kecil
1957, daerah otonom diganti dengan istilah daerah swatantra. Wilayah RI dibagi
menjadi daerah besar dan kecil yang berhak mengurus rumah tangga sendiri,
dalam tiga tingkat, yaitu:
1)
2)
3)
UU No. 1 Tahun 1957 ini menitikberatkan pelaksanaan otonomi daerah seluasluasnya sesuai Pasal 31 ayat (1) UUDS 1950.
4.
5.
Provinsi (tingkat I)
2)
3)
2)
Kabupaten/kotamadya
3)
Kecamatan
Titik berat otonomi daerah terletak pada daerah tingkat II karena daerah
tingkat II berhubungan langsung dengan masyarakat sehingga lebih mengerti dan
memenuhi aspirasi masyarakat. Prinsip otonomi dalam UU ini adalah otonomi
yang nyata dan bertanggung jawab.
7.
ketatanegaraan
Indonesia
wajib
menjalankan
prinsip
yang
dibentuk
berdasarkan
asas
desentralisasi
dan
Desentralisasi
2.6
Sentralisasi
Sentralisasi dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara
diantaranya:
1.
Asas Otonomi
Berikut ini ada beberapa asas otonomi daerah. Asas-asas tersebut sebagai
berikut:
a. Asas tertib penyelenggara Negara
Asas
yang
menjadi
landasan
keteraturan,
keserasian,
dan
dan
evaluasi
pembangunan
yang
dijalankan.
Untuk
itu,
desentralisasi memberikan ruang yang lebih luas kepada daerah untuk secara
demokratis mengatur pemerintahannya sendiri sebagai manifestasi dari cita-cita
sistem desentralisasi.
Akan tetapi pelaksanaan sistem ini mendapatkan tantangan yang cukup
besar. Kendala-kendala tersebut diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
2.8
1.
Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang sering disebut APBd.Di sini saya akan
membahas sedikit mengenai APBD.
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang
keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam
menghadapi
berikut
,anggaran
publik
merupakan
suatu
dokumen
yang
tersebut(pendapatan)
Sedangkan menurut UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan Negara
disebutkan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Lebih lanjut dijelaskan
dalam PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Keuangan Daerah disebutkan
bahwa APBD adlah rencana keuangan tahunan Pemerintah daerah yang di bahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
Ekonomi Inisiatif peningkatan perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan
pembangunan sosial ekonomi diharapkan dapat menjamin digunakannya sumbersumber daya pemerintah secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan
lokal.
2.9
mensukseskan
pembangunan
dibutuhkan
masyarakat
yang
Kemampuan Keuangan/Ekonomi
Tanpa pertumbuhan ekonomiyang tinggi, pendapatan daerah jelas tidak
mungkin dapat ditingkatkan.sementara itu dengan pendapatan yang
memedahi, kemampuan daerah untuk menyelenggarakan otonomi akan
menungkat. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, daerah akan
mampu untuk membuka peluang-peluang potensi ekonomi yang terdapat
pada daerah tersebut.
Penmgembangan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut, apabila
dikelola dengan secaraa optimal dapat menunjang pembangunan daerah
dan mewujudkan otonomi. Kemampuan daerah untuk membiayai diri
sendiri akan terus meningkat.
BAB III
PEMBAHASAN REVIEW ARTIKEL
3.1 Artikel 1
3.1.1
Review Artikel 1
Dalam era reformasi pemerintah telah mengeluarkan kebijakan otonomi
Paket kebijakan otonomi daerah pertama dikeluarkan oleh Presiden B.J. Habibie
dengan maksud mengubah pola otonomi daerah yang sentralistik (UU No.5/1974
Produk Orba) kearah yang lebih demokratis.
Dalam perjalanannya sesuai dengan kebutuhan demokrasi, UU No.22/1999 telah
dinilai baik dari segi kebijakan dan implementasinya, dan ternyata mengalami
kelemahan sehingga undang-undang tersebut mengalami revisi menjadi
UU.32/2004 dan di revisi lagi menjadi UU No.12/2008.
Dengan lahirnya UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah , yang kini sudah
diubah dengan UU 12/2008 diharapkan melahirkan check and balances dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah sehingga demokrasi tidak lagi sebatas coretan
diatas kertas semata.
3.2
Artikel 2
BAB IV
SIMPULAN
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ada tiga aspek otonomi daerah yaitu :
1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.
2. Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari
pemerintahan di atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka
pemerintahan nasional.
3. Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya sebagai
perlimpahan kewenangan dan pelaksanaan kewajiban, juga terutama
kemampuan menggali sumber pembiayaan sendiri.
Keadaan geografis indonesia yang berupa kepulauan berpengaruh terhadap
mekanisme pemerintahan negara, sehingga diperlukan adanya otonomi daerah
untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerrintahan yang ada di
Indonesia.
Dalam otonomi daerah terdapat prinsip dan tujuan dari otonomi daerah,
Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan guna
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kemudian dalam otonommi daerah, terdapat demokrasi yang menjadi titik
temu antara otonomi daerah dan keindonesiaan, dan karena itu penguatan
demokrasi menjadi prasarat bagi terbentuknya hubungan yang kongruen antara
keindonesiaan dan kedaerahan, antara otonomi daerah dan NKRI.
DAFTAR PUSTAKA
Pheni Chalid. 2005. Otonomi Daerah, Masalah, Pemberdayaan dan Konflik.
Adviser for Decentralization and Regional Autonomy, Partnership for
Governance Reform
Sarundajang,S.H, 1999, Arus balik Kekuasaan Pusat Ke daerah, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta
Soejito, Irawan, 1976, Sejarah Pemerintahan Daerah Di Indonesia jilid 1&2,
Pradnya Paramita, Jakarta