Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN STRESS

Oleh:
Putu Marta Trisna Basudewa

1104505102

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

Stress

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk
ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress
adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan
stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk
mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun
dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati
sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah
suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Kata stress bermula dari sebuah kata latin stringere yang berarti ketegangan, dan
tekanan. Bilamana stress telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress
kebanyakan dirasakan orang jika situasi yang menekan berlangsung terus menerus (tugas
yang terlalu berat, atau tugas yang tidak mampu dilakukan karena situasi yang tidak kondusif
atau stress yang disebabkan oleh trauma)

Stress tidak selalu bersifat negatif. Sebaliknya stress juga dapat, untuk sementara,
menghasilkan sebuah prestasi yang tinggi. Proses penanggulangan stress yang spontan ini
merupakan sebuah proses kompensasi. Bila bentuk kompensasi ini berlangsung terlalu lama,

stress pada akhirnya akan menemukan titik jenuh dan berbalik menimbulkan berbagai macam
gejala yang sering kali tidak dapat dimengerti orang yang bersangkutan, itulah yang disebut
orang akhir-akhir ini dengan istilah burnout.
Di berbagai negara, gejala stress sangat menonjol, terutama di negara maju, dimana
faktor kompetitif merupakan faktor yang sangat menonjol. Di negara yang sedang
berkembangpun, terutama di kota besar, penyebab stress juga tidak banyak bedanya dengan
negara maju. Sedangkan di daerah yang terbelakang, dimana perjuangan hidup masih
merupakan target yang utama, stress juga merupakan gejala yang cukup banyak
mempengaruhi kesehatan masyarakat. Apalagi stress yang dialami orang didalam daerah
konflik, baik yang bersenjata maupun tidak, dimana keamanan merupakan faktor penting
yang bila tidak diatasi, menimbulkan stress yang bersifat kolektif (trauma kolektif ). Stress
kolektif inipun mudah terjadi karena bencana alam, seperti bencana Tsunami baru baru ini.
Kolektif stress, adalah stress yang dialami orang banyak, terdiri dari stress primer yaitu
korban langsung terkena bencana dan stress sekunder yaitu stress yang dialami oleh
masyarakat luas yang secara tidak langsung menjadi korban karena mereka melihat,
mendengar, atau kehilangan anggota keluarganya.
Stress kebanyakan tidak disadari oleh orang yang bersangkutan, banyak dari mereka
yang pergi mengunjungi dokter karena mengalami berbagai macam keluhan fisik. Biasanya
mereka tidak memperlihatkan problem emosionalnya. Hal ini disebabkan karena mereka
tidak dapat mengkaitkan problem emosional dengan keluhan fisik yang diderita. Oleh karena
itu, penggalian informasi dan latar belakang berbagai gejala fisik tersebut tidak bisa
dikesampingkan.
Pengertian Stress yang Berpengaruh
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan
stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak
dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu
terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau
tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
Efek-efek stress menurut Hans Selye

Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang
diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara
seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan
seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan
stressor,stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau eksternal.Stressor internal berasal dari
dalam diri seseorang (mis. Kondisi sakit,menopause, dll ). Stressor eksternal berasal dari luar diri
seseorang atau lingkuangan (mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dll ).
Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress
Sumber-sumber stress didalam diri seseorang : Kadang-kadang sumber stress itu ada
didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul
tergantung pada rasa sakit dan umur inividu(sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam
seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang
mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama.
Sumber-sumber stress di dalam keluarga : Stress di sini juga dapat bersumber dari
interaksi di antara para anggota keluarga, seperti : perselisihan dalam masalah keuangan,
perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda dll. Misalnya : perbedaan
keinginan tentang acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dan anakanak yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang terlalu sesak,
kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat menimbulkan perasaan
stress terutama pada diri ibu yang selama hamil (selain perasaan senang, tentu), dan setelah
kelahiran. Rasa stress pada ayah sehubungan dengan adanya anggota baru dalam keluarga,
sebagai kekhawatiran akan berubahnya interaksi dengan ibu sebagai istrinya atau
kekhawatiran akan tambahan biaya. Pra orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau
pasanganya karena kematian akan merasa kehilangan arti (sarafino,1990).
Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan : interaksi subjek diluar
lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya : pengalaman stress anakanak disekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa
pengalaman stress oang tua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful
sifatnya. Khususnya occupational stress telah diteliti secra luas.
Pekerjaan dan stress : Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami
stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang stressful ini kecil saja
dan tidak berarti, tetapi bagi banyak orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan

berkelanjutan didalam jangka waktu yang lama. Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu
stressful ialah :
1.

Tuntutan kerja : pekerjaan yang terlalu banyak dan membuat orang bekerja
terlalu keras dan lembur, karena keharusan mengerjakannya.

2.

Jenis pekerjaan : jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih stressful dari pada jenis
pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan yang memberikan
penilaian atas penampilan kerja bawahannya (supervisi), guru, dan dosen.

3.

Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia : contohnya


tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi
kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan
konsekuensi yang serius.

Menurut Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena :


a.

Lingkungan fisik yang terlalu menekan

b.

Kurangnya kontrol yang dirasakan

c.

Kurangnya hubungan interpersonal

d.

Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja

Stress yang berasal dari lingkungan : lingkungan yang dimaksud disni adalah
lingkungan fisik, seperti : kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin badai
(tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi,
kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson
dkk, 1991) dan faktor sekolah (Graham,1989).

The General Adaptation Syndrome (GAS)


Dengan bahasa latin, Hans Selye,M.D. menjelaskan tahapan stress ini dan
menyebutkan sebagaiThe General Adaptation Syndrome (GAS), menurut Selye GAS juga
terdiri dari 3 tahap :

1.

Reaksi terkejut (alarm reaction) ketika tubuh mulai mendeteksi stimulus dari
luar

2.

Adaptasi (adaptation) ketika mengeluarkan perangkat pertahanan melawan


sumber stress (stressor).

3.

Kelelahan (exhaustion) ketika tubuh mulai kehabisan daya pertahanannya.

Tipe-tipe stress :
1.

Tekanan : hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu.


Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara
individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan
harian. Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di
ancam oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak balas.
Anda boleh mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan
persekitaran baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh
menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan
mental anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya
menggangu kesehatan anda.

2.

Frustasi : adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai
dengan yang diharapkan.

3.

Konflik : Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

4.

Kecemasan : Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam


merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk
mengemukakan definisi kecemasan, antara lain :
Maramis (1995) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak

aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak
menyenangkan.
Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang
akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan,
kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan

merupakan gejala yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia,
mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada.
Saranson dan Spielberger (dalam Darmawanti 1998) menyatakan bahwa kecemasan
merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman.
Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang
ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.
Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan atau anxietas adalah efek atau
perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan ketakutan yang
timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak disadari oleh yang bersangkutan.
Pendekatan problem solving terhadap stress
Dukungan sosial dan konsep-konsep terkait : beberapa penulis meletakkan dukungan
sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau kualitas hubungan (Winnubst
dkk,1988). Menurut Robin & Salovey (1989) perkawinan dan keluarga barangkali merupakan
sumber dukungan sosial yang penting. Akrab adalah penting dalam masalah dukungan sosial,
dan hanya mereka yang tidak terjalin suatu keakraban berada pada resiko. Para ilmuan
lainnya menetapkan dukungan sosial dalam rangka jejaring sosial. Wellman(1985)
meletakkan dukungan sosial didalam analisis jaringan yang lebih longgar : dukungan sosial
yan hanya dapat dipahami kalau orang tahu tentang struktur jaringan yang lebih luas yang
didalamnya seorang terintegrasi. Segi-segi struktural jaringan ini mencangkup pengaturanpengaturan hidup, frekuensi kontak, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, keterlibatan dalam
jaringan sosial (Ritter,1988). Rook (1985) menganggap dukungan sosial sebagai satu
diantara fungsi pertalian (atau ikatan) sosial. Segi-segi fungsional mencangkup : dukungan
emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi,
pemberian bantuan material (Ritter, 1988). Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan
kualitas umum dari hubungan interpersonal.
Dukungan sosial sebagai kognisi atau fakta sosial : Dukungan sosial terdiri dari
informasi atau nasehat verbal dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerimaan(Gottlieb, 1983).
Jenis dukungan sosial :
o Dukungan emosional
o Dukungan penghargaan

o Dukungan instrumental
o Dukungan informatif

Daftar Pustaka

Christian,M.2005.Jinakkan stress.Bandung:Nexx Media


Smet,Bart.1994.Psikologi kesehatan.Jakarta:Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai