Anda di halaman 1dari 24

ADVANCED HEART FAILURE

NAMA ANDA
NAMA PEMBIMBING ANDA

INTRODUCTION
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka

mortalitas dan morbiditas yang


berkembang termasuk Indonesia. 1

tinggi

di

negara

maju

maupun

negara

Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa dan

Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat.

Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 3,7 per seribu penderita

per tahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan.

Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia sekaligus

penyebab signifikan jumlah perawatan di rumah sakit dengan menghabiskan


biaya yang tinggi. 4
Berdasarkan

survei registrasi rumah sakit di Eropa, data-data Scottish


memperlihatkan peningkatan perawatan gagal jantung, peningkatan ini sangat
erat hubunganya dengan bertambahnya usia harapan hidup seseorang. 5

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. N

Umur

: 58 tahun

No. CM

: 1-06-35-00

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Desa Montasik

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

Status

: Kawin

Pekerjaan
MRS

: Swasta
: 05 September 2015

Tanggal Pemeriksaan : 15 September 2015

LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Keluhan Utama

Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafas sejak 6 bulan SMRS dan memberat


sejak 1 hari SMRS

Keluhan Tambahan

Kaki bengkak, sesak saat


berbaring,
terbangun
dimalam hari karena sesak,
cepat lelah
saat beraktivitas,
perut buncit, kulit kuning

Sesak nafas memberat saat beraktivitas dan


berbaring, berkurang dengan istirahat atau
berbaring dengan menggunakan dua bantal

Terbangun tengah malam karena sesak

Sesak tidak dipengaruhi cuaca dingin atau debu

Kaki bengkak sejak 3 bulan SMRS, tidak nyeri


dan merah

Perut membuncit dan kulit kuning, nyeri perut


dan demam disangkal. Mual muntah disangkal.

BAK dan BAB tidak ada keluhan.

Sesak nafas

LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi sejak kurang lebih 10 tahun, kontrol tidak teratur

Diabetes Mellitus disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal terdapat penyakit tertentu didalam keluarga.

Riwayat Pemakaian Obat

Amlodipin 1x10 mg sebagai pengobatan hipertensi.

Riwayat Kebiasaan Sosial

Merokok (+), sejak usia 15 tahun, 1 bungkus/ hari

LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum

: Sakit sedang-

berat
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 90/66 mmHg
Nadi (HR)
: 90 x/menit
Frekuensi Nafas : 26 x/menit
Temperatur

: 36,5 C

Status Generalis
Kulit , ikterik
Sklera, ikterik
Leher, Peningkatan TVJ R+5 cmH2O
Thorax, auskultasi vesikuler menurun dan

ronki basah halus


Ekstrimitas,

eritema (-)

edema

pretibial,

nyeri

(-),

LAPORAN KASUS
Laboratorium
(05.09.15)

Elektrokardiografi

Darah Rutin

Trombositopenia (98.000/ mm3)


Imunoserologis/ Hepatitis

HBsAg Negatif
Kimia Klinik

Hiperbilirubinemia
(Bil. Total 11.55 mg/dl, Bil.Dir 9.98 mg/dl)

CK-MB (50 U/L)


Hiponatremia (127 mmol/L)
Hipokalemia (3.4 mmol/L)
Ureum (74 mg/dl)
Albumin (2.59 g/dL)
SGOT (63 U/L)

Interpretasi (05 September 2015): Irama sinus, QRS


Rate 92 x/i, Gel P (0.06s), QRS Komplek (0.12s), ST
elevasi (-), Q patologis di lead I, aVL, V5, V6 dan
Axis RAD. Kesimpulan: OMI Lateral Extensive + AV
Blok Derajat I

LAPORAN KASUS

Foto Polos Thorax PA


Interpretasi (05 September 2015): Foto Polos
Thorax PA, tampak gambaran pembesaran
jantung dengan CTR 56% pinggang jantung
menghilang. Kesan Cardiomegali.

LAPORAN KASUS
DIAGNOSIS SEMENTARA
- ADHF type wet and warmth on Advanced Heart Failure ec
OMI Antero-Inferior
- AV Blok derajat I
- Suspek Cardiac Cirrochis

LAPORAN KASUS
PENATALAKSANAAN
- Tirah Baring
- O2 kanul 2-4 L/i
- Inj. Furosemid 1 Amp/12 jam
- Tab. Digoxin 1x1 tab
- Tab. Spironolakton 1x25 mg
- Tab. Warfarin 2 mg 1x1 tab

LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
EKOKARDIOGRAFI
Interpretasi (07 September 2015); dilatasi semua ruang jantung,
LVH (-), Kontraktilitas LV global menurun dengan EF 16%,
Kontraktilitas
RV
global
menurun,
dengan
kesimpulan
Ekokardiografi: Fungsi Sistolik dan Fungsi Diastolik menurun,
Disfungsi Diastolik grade III, MR moderate, TR severe, PR moderate
kesan Ischaemic Cardiomiopathy.

LAPORAN KASUS

PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad malam
Quo ad Sanactionam: dubia ad malam
Quo ad Functionam : dubia ad malam

ANALISIS KASUS
Seorang pria berusia 58 tahun datang dengan keluhan sesak nafas. Dari keluhan

ini, anamnesis lebih lanjut ditanyakan untuk mengarahkan penyebab sesak nafas
apakah berasal dari sistem respirasi, sistem kardiovaskular atau berasal dari
gangguan metabolik. Sesak nafas yang dirasakan pasien berdasarkan hasil
anamnesis lebih mengarah kepada gangguan sistem kardiovaskular yaitu gagal
jantung.
Gagal jantung akut adalah terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan

kejadian atau perubahan yang cepat dari tanda dan gejala gagal jantung. Kondisi
ini mengancam kehidupan dan harus ditangani dengan segera, dan biasanya
berujung pada hospitalisasi. 1
Gagal jantung pada Sistem Kompetensi Dokter Indonesia dikategorikan dalam

tingkat kemampuan 3, dimana gagal jantung kronik dengan tingkat kemampuan


3A dan gagal jantung akut dengan tingkat kemampuan 3B. 6

ANALISIS KASUS
Symptoms and signs typical of heart failure

ANALISIS KASUS
Evaluasi berikutnya dalam gagal jantung akut adalah menentukan tipe gagal jantung

berdasarkan profil hemodinamik. dilakukan berdasarkan ada tidaknya 2 temuan ketika


dirawat: (1) volume overload (yaitu wet vs. dry) sebagai refleksi tekanan
pengisian LV yang meningkat, dan (2) tanda-tanda penurunan cardiac output disertai
penurunan perfusi jaringan (tangan dan kaki dingin vs. hangat). 8

Pada pasien ini, Profil B (wet and warmth)


dapat ditegakkan pada pasien berdasarkan
adanya tanda volume overload, termasuk:
bunyi paru (pulmonary rales), distensi vena
jugular, dan edema ekstremitas bawah (kaki)
serta belum didapatkan adanya tanda-tanda
hipoperfusi jaringan.

ANALISIS KASUS
Setelah

ditegakkan dugaan gagal jantung berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Evaluasi awal dan monitoring yang direkomendasikan oleh ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012
antara lain7:
Diagnosis pasti
Faktor pemicu
Kegawatdaruratan gagal jantung

Evaluasi tersebut pada kompetensi dokter umum dapat dilakukan dengan

pemeriksaan penunjang berupa laboratorium darah, elektrokardiografi,


foto polos thorak.

ANALISIS KASUS
Hasil

pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan adanya


trombositopenia, hiperbilirubinemia, peningkatan CK-MB, hipokalium
(3.4 mmol/L), peningkatan kadar ureum dan hipoalbuminemia.
Adanya hiperbilirubinemia mengarahkan adanya kemungkinan
gangguan pada hepar. Dugaan awal bila pada pasien didapatkan
gambaran ikterus dan hepatomegali, maka laboratorium fungsi hati
dan empedu serta imunoserologi hepatitis dapat dilakukan.
Terdapat sebuah keadaan yang disebut Hepato-Cardiac Disease.
Hepato-Cardiac Disease. Gagal jantung akut maupun kronik dapat
menyebabkan suatu keadaan berupa acute ischemic hepatitis atau
chronic congestive hepatopathy. 9

ANALISIS KASUS

Elektrokardiografi menunjukkan irama sinus, QRS Rate 92 x/i, Gel P (0.06s), QRS

Komplek (0.12s), ST elevasi (-), Q patologis di lead I, aVL, V5, V6 dan Axis RAD,
dengan kesimpulan OMI Lateral Extensive + AV Blok Derajat I. Sedangkan hasil
foto polos thorak PA menunjukkan adanya gambaran kardiomegali.
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang diatas, maka diagnosis pasien menjadi

ADHF type wet and warmth on Advanced Heart Failure ec OMI Antero-Inferior,
disertai AV Blok derajat I dan Suspek Cardiac Cirrochis.

ANALISIS KASUS
Tujuan terapi pada gagal jantung akut adalah untuk (1) menormalkan tekanan

pengisian ventrikuler dan (2) mengembalikan perfusi jaringan yang adekuat.


Identifikasi profil pasien akan membantu pemilihan intervensi terapeutik. 1
Pada kompetensi dokter umum, tatalaksana awal yang dapat dilakukan pada

pasien ini (sesuai dengan rekomendasi ESC Guidelines for the diagnosis and
treatment of acute and chronic heart failure 2012) 7 antara lain pemberian
oksigen dan diuretik.
Setelah

rujukan dilakukan, evaluasi lebih lengkap akan dilakukan untuk


menegakkan diagnosis pasti dan menentukan perencanaan pengobatan. Ejeksi
fraksi merupakan indikator penting dalam evaluasi gagal jantung, tidak hanya
untuk memastikan diagnosis tapi juga berfungsi sebagai indikator prognosis.
Ekokardiografi mempunyai peran penting dalam mendiagnosis gagal jantung
dengan menilai fraksi ejeksi. 7

ANALISIS KASUS
Pada

pasien ini, terjadi gagal jantung dengan gangguan fungsi sistolik.


Interpretasi ekokardiografi menunjukkan dilatasi semua ruang jantung, LVH (-),
Kontraktilitas LV global menurun dengan EF 16%, Kontraktilitas RV global
menurun, dengan kesimpulan Ekokardiografi: Fungsi Sistolik dan Fungsi Diastolik
menurun, Disfungsi Diastolik grade III, MR moderate, TR severe, PR moderate.
Hasil ini menunjukkan adanya kesan Ischaemic Cardiomiopathy.

Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas. Tindakan preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung


tetap merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung. Terapi
mencakup terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis. 1

ANALISIS KASUS
Pada pasien ini, terapi non-farmakologis1 yang dapat dilakukan adalah edukasi

ketaatan berobat, pemantauan berat badan mandiri, restriksi cairan 1,5 - 2


liter/hari serta latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung
kronik stabil. Sedangkan terapi farmakologis1 yang dapat diberikan antara lain
ACEI, Beta Bloker, antagonis aldosteron dan digoksin.
Berdasarkan Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung yang disusun oleh Perhimpunan

Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia1, panduan terapi farmakologis yang


dapat diberikan antara lain ACEI, Beta Blocker, antagonis aldosteron dan digoksin.
Pada pasien dengan gagal jantung kronik, menentukan stadium juga merupakan

suatu kepentingan dalam rencana manajemen. Berdasarkan ACC/ AHA Guidelines


for the Evaluation and Management of Chronic Heart Failure in the Adult yang
dikutip pada Buku Lily English8, pasien ini berada pada stadium D yaitu end-stage
heart failure.

ANALISIS KASUS
Gagal jantung kronik yang tidak respon lagi terhadap pengobatan medis yang

maksimal merupakan salah satu indikasi untuk dilakukan transplantasi jantung.


Pada pasien seperti ini, transplantasi jantung merupakan pilihan terapi yang baik.
Penting

untuk diingat bahwa pasien tidak diindikasikan untuk dilakukan


transplantasi jantung bila belum dilakukan evaluasi terhadap respon pengobatan
yang maksimal dan belum ditentukan bahwa semua pilihan pengobatan gagal
mencapai respon yang baik. 11

Namun demikian, terdapat pula keterbatasan dalam melakukan transplantasi

jantung, maka dari itu Mechanical Circulatory Support (MCS) dengan


menggunakan Left Ventricular Assist Device (LVAD) atau Bi-Ventricular Assist
Device (BiVAD) dapat dijadikan sebagai alternatif terapi. 7
Sebelum pasien dipulangkan, harus dipastikan bahwa episode gagal jantung

sudah teratasi dengan baik. 1

CONCLUSION
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif
dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Prevalensi gagal jantung meningkat seiring dengan usia.
Identifikasi profil pasien akan membantu pemilihan intervensi
terapeutik. Transplantasi jantung merupakan pilihan terapi
yang baik saat Gagal jantung kronik yang tidak respon lagi
terhadap pengobatan medis yang maksimal.

THANK YOU~

Anda mungkin juga menyukai