Anda di halaman 1dari 11

LAJU DIGESTI PADA IKAN

Oleh
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

:
: Desi Ariana S
: B1J012145
: III
:4
: Tenda Arganata Dewantara

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2013

I.
I.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pakan merupakan campuran berbagai bahan pangan yang biasa disebut

dengan bahan mentah atau bahan baku dan merupakan komponen yang sangat
penting dalam pertumbuhan hewan. Pakan ikan dapat bersifat nabati ataupun
hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimakan dan dicerna oleh
tubuh ikan. Nutrisi yang terkandung di dalam pakan telah diatur agar dapat
mencukupi nilai gizi ikan sehingga ikan dapat melakukan pertumbuhan dengan
baik (Kimball, 1983).
Digesti adalah proses penghancuran zat makanan makro molekul menjadi
zat yang terlarut mikro molekul sehingga zat makanan tersebut mudah diserap
dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Berdasarkan perangkat
yang digunakan, digesti terjadi secara mekanik dan kimiawi. Digesti mekanik
dilakukan untuk memecah makanan besar menggunakan gigi atau sistem otot.
Pada berbagai hewan digesti mekanik ini terjadi di mulut atau di sepanjang
saluran digesti dalam suatu rongga khusus. Digesti kimiawi melibatkan enzim
(protease, lipase, karbohidrase) sebagai katalisator untuk mempercepat
prosesnya (Yuwono, 2001). Sistem digesti ikan yang belum dewasa berisi intestin
yang lurus dan pankreas yang kecil dengan kekurangan fungsi perut sehingga
digesti tersebut menjadi pencernaan yang berbeda tergantung enzim yang
terdapat pada pankreas. Terdapat indikasi bahwa morfologi yang sederhana dari
digesti berkolerasi dengan produksi rendah dari enzim (Srichanun, 2012).
Alat-alat pencernaan terdiri atas dua saluran yaitu saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur
dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Selain dipengaruhi oleh
temperatur, laju digesti juga dipengaruhi oleh pakan yang akan dikonsumsi.
Sebab dalam pakan yang akan dikonsumsi ikan banyak terdapat kandungankandungan mineral yang akan diserap oleh usus ikan, melalui proses
pencernaan yang berlangsung selama ikan mengonsumsi pakan. Pakan ikan
yang bervariasi akan mempengaruhi cepat lambatnya laju digesti atau cepat
lambatnya laju pengosongan lambung pada ikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Marshal, 1980), bahwa laju digesti adalah laju pengosongan
lambung atau laju energi per unit waktu oleh akibat pembakaran pakan ikan yang
dikonsumsi untuk memperoleh energi.

I.2.

Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat laju digesti atau pengosongan

lambung pada ikan lele (Clarias batrachus).

II.
II.1.

Materi

MATERI DAN CARA KERJA

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah akuarium
kaca berukuran 30 x 50 x 30 cm sebanyak tiga buah, alat bedah, timbangan
analitik, saringan, pinset, gunting dan bak preparat, ikan Lele (Clarias batrachus),
pelet, dan air.

II.2.

Cara kerja
1. Akuarium disiapkan dan diisi dengan air setinggi 25 cm, kemudian diberi
aerasi.
2. Ikan diberi pakan sebanyak 2,5 % dari berat total tubuh ikan dan ikan
dibiarkan mengkonsumsi pakan selama 15 menit.
3. Semua ikan diambil pada salah satu akuarium

dan

dilakukan

pembedahan untuk mengambil lambung ikan, setelah lambung diambil


dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot lambung. Bobot
lambung yang diperoleh dinyatakan sebagai bobot lambung dalam
keadaan kenyang atau nol jam setelah makan.
4. Semua ikan diambil pada salah satu akuarium yang lain setelah 30 menit
pemberian pakan dan dilakukan pembedahan seperti prosedur diatas.
Bobot lambung yang diperoleh selanjutnya dinyatakan dalam presentase
bobot lambung pada waktu 30 menit setelah makan terhadap bobot
lambung pada waktu kenyang.
5. Semua ikan diambil pada salah satu akuarium yang lain setelah 60 menit
pemberian pakan dan dilakukan pembedahan seperti prosedur diatas.
Bobot lambung yang diperoleh selanjutnya dinyatakan dalam presentase
bobot lambung pada waktu 60 menit setelah makan terhadap bobot
lambung pada waktu kenyang.
6. Data hasil pengamatan diplotkan dalam bentuk grafik hubungan antara
lama pengamatan dengan persentase bobot lambung.

III.
III.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel Hasil Pengamatan Laju Digesti Rombongan II


Kel
1
2

Bobot 0
(gram)
0,75
0,742

%
100
100

Bobot 30
(gram)
0,9022
0,69

%
120,30
92,99

Bobot 60
(gram)
0,7092
2,4345

%
94,56
328,09

3
4
5

1,645
0,643
0,545

100
100
100

1,75
3,35
0,84

106
520,99
155,55

1,39
1,3
0,82

79,42
202,17
151,85

Perhitungan laju digesti kelompok 4:

Bobot 0 (Bx)

= Bx/Bx X 100%
= 0,643/0,643 X 100%
= 100%

Bobot 30 (By)

= By/Bx X 100%
= 3,35/0,643 X 100%
= 520,99%

Bobot 60 (Bz)

= Bz/By X 100%
= 1,3/3,35 X 100%
= 202,17%

Grafik Hubungan Antara Bobot Lambung dan Waktu Pengamatan kelompok 4


4
3

Bobot lambung ikan

Column1

1
0
0

30

Waktu Pengamatan ( menit )

60

Grafik Hubungan Antara Bobot Lambung dan Waktu Pengamatan Rombongan II


4
3.5
Kelompok 1

Kelompok 32

Kelompok 3

Kelompok 4

2.5

Bobot lambung ikan

2
1.5

Column1

1
0.5
0
0

30

60

Waktu Pengamatan ( menit )

III.2.

Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang laju digesti pada ikan lele.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data kelompok 4 dari berat bobot lambung
ikan lele setelah diberi pakan dengan selisih waktu tertentu. Hasilnya yaitu bobot
lambung ikan 0 menit, 30 menit dan 60 menit setelah diberi makan berturut-turut
adalah 0.643 gram, 3,35 gram dan 1,3 gram. Hasil tersebut ternyata belum
sesuai dengan menurut Santoso (1994) yang menyatakan bahwa, semakin lama
waktu pengukuran setelah diberi pakan maka semakin kecil bobot lambung. 0
menit pertama isi lambung masih 100%, sedangkan setelah 30 menit isi lambung
meningkat sebesar 520, 99%, dan 60 menit kemudian isi lambung turun menjadi
202,17%. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan

ketidaksesuaian hasil dengan referensi, yaitu bobot tubuh ikan kedua (30 menit)
lebih besar dibandingkan bobot tubuh ikan lele pertama (0 menit), selain itu
pemotongan bagian yang menyisakan lambung masih ada yang belum terpotong
sampai bersih sehingga mempengaruhi bobot lambung ikan lele kedua (30
menit), serta ikan yang dalam kondisi stress juga dapat mempengaruhi pola
makan ikan lele tersebut.
Berdasarkan grafik pengamatan laju pengosongan lambung (laju digesti)
rombongan II didapatkan hasil bahwa kelompok 1, 3, 4 dan 5 mengalami
kenaikan bobot lambung, sedangkan kelompok 2 mengalami penurunan bobot
lambung pada waktu 30 menit setelah pemberian pakan. Kelompok 1, 3, 4 dan 5
mengalami penurunan bobot lambung, sedangkan kelompok 2 mengalami
kenaikan bobot lambung pada waktu 60 menit setelah pemberian pakan.
Kelompok yang mengalami kenaikan dan penurunan bobot lambung tidak sesuai
dengan pustaka, seharusnya semakin lama waktu pengukuran setelah diberi
pakan maka semakin kecil bobot lambung. Ketidaktepatan tersebut bisa
disebabkan oleh faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, status reproduksi,
makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitasi, musim, ukuran tubuh, dan
temperatur lingkungan (Yuwono, 2001). Menurut Crisafi et al. (2007), bobot
lambung yang semakin bertambah setelah pemberian pakan pada ikan
disebabkan karena meningkatnya sekresi lambung.
Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dalam tubuh ikan
dari molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian
akan diabsorsi oleh tubuh ikan, dalam bentuk seperti glukosa, asam lemak,
gliserol serta nutrisi-nutrisi lain. Proses digesti yang terjadi di dalam lambung dan
dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung (Yuwono, 2001).
Proses digesti diawali dengan pengambilan makanan dan berakhir dengan
pembuangan sisa makanan. Sistem pencernaan Ikan Lele (Clarias batrachus)
dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus,
rectum, dan anus. Struktur anatomi mulut ikan erat kaitannya dengan cara
mendapatkan makanan. Terdapat sungut di sekitar mulut lele yang berperan
sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang
aktif mencari makan pada malam hari. Rongga mulut pada ikan lele diselaputi
sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen
berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan.
Faring pada ikan (filter feeder) berfungsi untuk menyaring makanan, karena

insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang
melalui celah insang (Fujaya, 2002).
Dalam proses pencernaan makanan, makanan yang dicerna dipecah
menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui
dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah. Pencernaan merupakan proses
yang berlangsung terus menerus. Kemampuan ikan untuk mencerna baku pakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, sifat kimia air, suhu air, jenis pakan,
ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, frekuensi pemberian pakan, sifat fisika
dan kimia pakan serta jumlah dan macam enzim pencernaan yang terdapat
dalam saluran pencernaan pakan. Kemampuan ikan dalam mencerna makanan
sangat bergantung pada kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan
enzim pencernaan (Fitriliyani, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti ikan, antara lain :
1. Temperatur
Temperatur air yang meningkat memicu nafsu makan ikan juga
mengalami peningkatan, sedangkan apabila terjadi penurunan temperatur air
maka nafsu makan ikan juga akan mengalami penurunan. Kondisi temperatur
yang optimal bagi ikan juga akan menyebabkan laju metabolisme meningkat.
Pada temperatur 30 400 C akan terjadi peningkatan metabolisme yang sangat
cepat.

2. Umur
Umur merupakan salah satu faktor, yaitu pada ikan kecil atau yang
sedang mengalami pertumbuhan membutuhkan banyak asupan energi, sehingga
laju digestinya lebih sering (Sudibya, 1999).
3. Aktivitas
Biasanya semakin banyak aktivitas ikan, maka akan semakin banyak
membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan
makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak jumlahnya.
4. Kualitas pakan
Perbedaan kualitas pakan akan mencerminkan perbedaan komponen
penyusun pakan, perbedaan ini pada akhirnya akan berakibat pada perbedaan
laju digesti pada ikan (Santoso, 1994).
Fungsi pakan bagi ikan

adalah sebagai

sumber

energi

dalam

pertumbuhannya, untuk metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan


hidup serta untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Faktor utama yang

mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan yang berkaitan juga dengan laju
digesti diantaranya adalah:
1. Spesies : Terdapat suatu perbedaan tingkah laku diantara spesies ikan,
misalnya pada aktifitasnya.
2. Pertumbuhan : biasanya dianggap sebagai hasil dari proses yang cenderung
menurunkan energi tubuh.
3. Ukuran Tubuh : Ikan yang memiliki tubuh kecil maka kecepatan
metabolismenya lebih tinggi dari pada ikan yang memiliki ukuran tubuh lebih
besar.
4. Aktifitas : Aktifitas fisiologi pada ikan perbedaannya dapat dilihat dari laju
pertumbuhan, komposisi pertumbuhan, tingkah laku, dan aktifitas efisiensi
energi serta pada lamanya mencerna makanan hingga mencapai laju
pengosongan lambung yang sesuai.
5. Suhu lingkungan.
Keseimbangan energi tergantung efisiensi pada hewan yang akan
digunakan untuk sumber daya trofik, dan telah berdampak langsung pada
kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh variasi lingkungan untuk ketersediaan serta
kualitas sumber daya tersebut, ekstraksi energi juga tergantung pada desain
saluran pencernaan. Pemanfaatan pakan menunjukkan beberapa penyesuaian
terhadap variabilitas lingkungan (Sassi et al, 2009).
IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa:
1.

Bobot lambung pada jangka waktu 0 menit, 30 menit dan 60 menit


berturut-turut adalah 0,643 gram, 3,35 gram dan 1,3 gram.

2.

Presentase bobot lambung mengalami kenaikan menjadi sebesar


520,99% setelah 30 menit dan mengalami penurunan sebesar 202,17%
setelah 60 menit.

3.

Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dalam tubuh


ikan dari molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan
kemudian akan diabsorsi oleh tubuh ikan, dalam bentuk seperti glukosa,
asam lemak, gliserol serta nutrisi-nutrisi lain.

4.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan ikan atau laju digesti


diantaranya temperatur, umur, ukuran tubuh, aktifitas, jenis kelamin, dan
faktor-faktor kimia yang terdapat dalam perairan seperti kandungan O 2, CO2,

H2S, pH dan alkalinitas. Temperatur optimal dan tingkat aktivitas ikan


mengakibatkan laju metabolisme meningkat sehingga laju digestinya pun
meningkat.

DAFTAR REFERENSI
Crisafi, E., P. Kaspiris, G. Katselis. 2007. Feeding Habits of Sand Smelt (Atherina
boyeri, Risso 1810) in Trichonis Lake (Western Greece). Blackwell
Publishing,
Inc.
Journal
of
Applied
Ichthyology
OnlineEarly
Articles.doi:10.1111/j.1439-0426.2006.00824. Diakses Tanggal 28 Mei
2009.
Fitriliyani, Indira. 2011. Aktifitas Enzim Saluran Pencernaan Ikan Nila
(Oreohromis niloticus) dengan Pakan Mengandung Tepung Daun Lamtoro
(Leucaena leucophala) Terhidrolisis dan Tanpa Hidrolisis dengan
Ekstrak
Enzim Cairan Rumen Domba. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan. Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan
Selatan.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional,
Makasar.
Kimball, J.W. 1983. Biology Fifth Edition . Addison Wesley Publishing Company
Inc., London.
Marshal, P. 1980. Physiology of Mammals and Other Vertebrates Second Edition.
New York, New Rochelle, Melbourne. Sydney.

Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius,
Yogyakarta.
Sassi, Paola, L. Enrique Caviedes-Vidal, Rosa Anton, Francisco Bozinovic. 2009.
Plasticity in food assimilation, retention time and coprophagy allow
herbivorous cavies (Microcavia australis) to cope with low food quality in
the Monte desert. Comparative Biochemistry and Physiology, Part A 155
(2010) 378382.
Soedibya, H. J Petrus. 1999. Variasi Fisiologis Ikan Gurami (Osphronemus
gouraniy Lac) Dalam Menghadapi Ketersediaan Sumber Pakan. Erlangga,
Jakarta.
Srichanun, M et al., 2012. Digestive Enzyme Activity During Ontogenetic
Development and Effect of Live Feed in Green Catfish Larvae (Mystus
nemurus Cuv. & Val.). Journal of Science and Technology. Thailand.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai