Analisiskelayakan
Analisiskelayakan
PENDAHULUAN
Potensi lahan kering nasional yang pada tahun 1999 diperkirakan seluas 12,23 juta hektar (Zakaria
dan Swastika, 2005) yang sampai saat ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Propinsi Bali
memiliki lahan kering dengan luas 38,73% (218.119 ha) dari luas Propinsi Bali yaitu 563.286 ha, yang
sebagian besar terletak di bagian timur dan utara pulau Bali (Kabupaten Karangasem dan Kabupaten
Buleleng). Rata-rata curah hujan untuk daerah ini berkisar antara 1.200 - 1.600 mm/tahun dengan musim
penghujan yang pendek 3-4 bulan yang biasanya terjadi pada bulan November samapai bulan Februari
(Suprapto, 2003).
Lahan produktif (lahan sawah) semakin menyusut akibat beralih fungsi, sehingga perlu dicari
alternatif lahan baru untuk pengembangan tanaman pangan antara lain dengan pemanfaatan lahan kering
yang masih begitu luas (Mahaputra dan Adijaya, 2004). Lahan kering di Bali utara umumnya belum terkelola
dengan optimal, sehingga pola tanam pada tanamanan pangan semusim seperti jagung dan kacang tanah
dilakukan pada musim penghujan (Suprapto et al., 1999)
Masalah kemiskinan di pedesaan lebih banyak dijumpai di wilayah yang berbasis lahan kering dan
gejala kemiskinan tersebut disebabkan antara lain oleh daya dukung alam relatif kurang, prasarana ekonomi
yang kurang merata dan kelembagaan belum menjangkau masyarakat setempat serta mutu sumberdaya
manusia yang relatif masih rendah (Puslit Sosek Pertanian, 1993). Pada dasarnya tingkat kemiskinan mutu
masyarakat erat hubungannya dengan kesenjangan kontribusi pendapatan masyarakat Dengan kata lain,
kesenjangan kontribusi pendapatan diantara anggota masyarakat mempunyai korelasi positif dengan besarnya
proporsi rumah tangga miskin di suatu komunitas.
Kasryno dan Suryana (1992) mengatakan ada dua karakter desa miskin, yaitu terbatasnya aset
produktif seperti lahan dan kapital serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Kedua karakteristik
tersebut diduga merupakan kendala dalam mengaplikasikan suatu teknologi yang dapat berpengaruh positif
terhadap peningkatan pendapatan bagi masyarakat petani yang berpenghasilan rendah.
Selama ini program pengembangan teknologi lahan kering relatif tertinggal dan bahkan kurang
diprioritaskan dibanding lahan irigasi, sehingga menjadikan mereka semakin terpuruk dan akhirnya masuk
kedalam perangkap kemiskinan. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan diatas maka perlu adanya
teknologi baru untuk mengembangkan lahan kering dalam peningkatan pendapatan petani. Sebelum
masuknya teknologi baru maka terlebih dahulu perlu mengetahui seberapa besar pendapatan yang diterima
petani dalam mengusahakan lahannya sebelum memulai masuknya teknologi baru sebagai data dasar
indikataor peningkatan pendapatan.
METODOLOGI
Kajian kelayakan dan kontribusi pendapatan usahatani tanaman pangan dan palawija dilakukan di
subak sawah Karya Sari Bumi, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Propinsi Bali.
Pengkajian dilakukan dengan metode survei/wawancara menggunakan metode Participatory Rural Appraisal
(PRA) dengan tujuan sebagai data dasar keadaan finasial petani secara parsial di daerah pengkajian.
Survei/wawancara dilakukan pada bulan April 2006 dengan jumlah petani responden sebagai peserta PRA
sebanyak 40 orang. Adapun data yang diperoleh adalah data input output usahatani yang dilakukan selam
satu tahun yaitu tahun 2005. Analisis pendapatan digunakan rumus (Downey dan Erickson, 1985 dan
Suratiyah, 1997).
I = (y . Py ) - (Xi . Pxi )
Keterangan :
I = Pendapatan (Rp/ha)
Y = Output/hasil (kg)
Pxi = Harga input (Rp)
Py = output (Rp)
Xi = input (i = 1,2,3.n)
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis anggaran parsial. Indikator analisis yang dipakai
adalah R/C ratio (Return Cost Ratio). Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C ratio adalah perbandingan
(nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :
R
a =
C
R = Py.Y
C = FC + VC
a = (Py.Y) / (FC +VC)
Keterangan :
R =
C =
Py =
Y =
FC =
VC =
Penerimaan
Biaya
Harga output
Output
Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tidak tetap (variabel cost)
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
III
1
2
IV
V
VI
Uraian
Biaya Sarana Produksi
Benih (IR 64/Ciherang) (kg)
Pupuk
Urea (zak)
SP36 (zak)
KCl (zak)
ZA (zak)
Obat-obatan
Decis (buah)
Ali (bungkus)
Total Biaya Saprodi
Biaya Tenaga Kerja
Olah Tanah (ternak+orang) (HOK)
Penyemaian Benih (HOK)
Pencabutan Benih (kg)
Penanaman (are)
Pemupukan (HOK)
Penyiangan (HOK
Penyemprotan (HOK)
Panen (beras) 10 : 1(kg)
Slep (12%) (kg)
Total Biaya Tenaga Kerja
Produksi/Penerimaan
Beras (kg)
Dedak
Total Penerimaan Usahatani
Total Biaya Usahatani
Pendapatan Usahatani
R/C ratio
Volume
Harga/Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
60
4.000
240.000
4
1
1
2
65.000
85.000
100.000
65.000
260.000
85.000
100.000
130.000
2
2
55.000
6.000
110.000
12.000
937.000
20
1
60
90
2
1
3
170
204
20.000
20.000
4.000
4.500
20.000
20.000
20.000
2.600
2.600
400.000
20.000
240.000
405.000
40.000
20.000
60.000
442.000
530.400
2.157.400
1.700
140
2.600
800
4.420.000
112.000
4.532.000
3.094.400
1.437.600
1,46
Hasil analisis usahatani komoditas padi di subak sawah Karya Sari Bumi dengan luas areal 90 are
memberikan gambaran bahwa komoditas padi yang diusahakan memperoleh pendapatan kotor sebesar
Rp. 4.532.000,- dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 1.437.600,-.
Usahatani Komoditas Kacang Tanah
Komoditas tanaman pangan lainnya yang diusahakan di subak sawah Karya Sari Bumi adalah
kacang tanah, yang dominan yang diusahakan setelah komoditas padi. Benih kacang tanah yang diusahakan
petani adalah benih kacang tanah varietas lokal. Rata-rata petani mengusahakan kacang tanah dengan luas
areal yang sama besar dengan luas areal pertanaman padi yaitu 90 are. Analisa usahatani komoditas kacang
tanah di subak sawah Karya Sari Bumi disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Analisa Usahatani Komoditas Kacang Tanah dengan Luas Areal Pertanaman Rata-rata 90 are di Subak Sawah
Karya Sari Bumi, Gerokgak, Buleleng Tahun 2005
No
I
1
2
II
1
2
3
4
5
6
III
IV
V
VI
Uraian
Biaya Sarana Produksi
Benih (Lokal) (kg)
Pupuk (kg)
Total Biaya Saprodi
Biaya Tenaga Kerja
Olah Tanah (ternak+orang) (HOK)
Penanaman (ternak) (HOK)
Penanaman (orang) (HOK)
Pembumbunan (borongan)
Pengairan (HOK)
Panen (dijual borongan)
Total Biaya Tenaga Kerja
Produksi/Penerimaan (borongan)
Total Biaya Usahatani
Pendapatan Usahatani
R/C ratio
Volume
Harga/Satuan (Rp)
100
8.000
Nilai (Rp)
800.000
800.000
10
6
6
20.000
20.000
20.000
20.000
200.000
120.000
120.000
200.000
180.000
820.000
4.000.000
1.620.000
2.380.000
2,47
Dari hasil analisa usahatani komoditas kacang tanah dengan luas areal pertanaman 90 are yang
diusahakan di subak sawah Karya Sari Bumi menghasilkan pendapatan kotor usahatani sebesar Rp.
4.000.000,- dan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 2.380.000,-. Komoditas kacang tanah ini masih
lebih baik diusahakan dibandingkan dengan komoditas padi yang disebabkan hasil keuntungan bersih yang
didapat lebih besar dari komoditas padi, walaupun dengan luas areal pertanaman yang sama.
Usahatani Komoditas Jagung
Selain komoditas padi dan kacang tanah, komoditas yang diusahakan petani di subak sawah Karya
Sari Bumi adalah jagung. Rata-rata luas areal pertanaman komoditas jagung yang diusahakan petani adalah
10 are. Untuk komoditas jagung yang diusahakan luas areal pertanamannya jauh lebih kecil dibandingkan
luas areal pertanaman padi dan kacang tanah yaitu 90 are. Hal ini disebabkan waktu penanaman untuk
komoditas jagung yang diusahakan yaitu pada musim kering yang sudah tentu persediaan air yang dimiliki
sangatlah kurang. Untuk mengetahui analisa usahatani jagung di subak sawah Karya Sari Bumi dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 2. Analisa Usahatani Komoditas Jagung dengan Luas Areal Pertanaman Rata-rata 10 Are di Subak Sawah Karya
Sari Bumi, Gerokgak, Buleleng Tahun 2005
No
I
1
2
3
II
1
2
3
4
5
III
IV
V
VI
Uraian
Biaya Sarana Produksi
Benih (Komposit/Lokal) (kg)
Pupuk Urea (zak)
Pupuk Kandang (karung)
Total Biaya Saprodi
Biaya Tenaga Kerja
Olah Tanah (ternak+orang) (HOK)
Penanaman (ternak+orang) (HOK)
Pembumbunan (HOK)
Pengairan (HOK)
Panen (HOK)
Total Biaya Tenaga Kerja
Produksi/Penerimaan (1000 tongkol) (kg)
Total Biaya Usahatani
Pendapatan Usahatani
R/C ratio
Volume
Harga/Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
2,5
0,5
5
4.000
65.000
1.000
10.000
32.500
5.000
47.500
1
0,5
1
4
1,25
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
83
1.500
20.000
10.000
20.000
80.000
25.000
155.000
124.500
202.500
(78.000)
0,61
Dari hasil analisa usahatani jagung dengan luas areal pertanaman rata-rata 10 are dihasilkan
pendapatan kotor yang diperoleh sebesar Rp. 124.500,- dari hasil penjualan sebanyak 1.000 tongkol atau
sebesar 83 kg dengan harga per kg sebesar Rp. 1.500. adapun dari hasil usahatani jagung tersebut ternyata
usahatani tani mengalami kerugian sebesar Rp 78.000,-. Hal ini disebabkan masih rendahnya produksi yang
dihalkan dan tingginya biaya yang dikeluarkan dalam berusahatani jagung.
Uraian
Komoditas
Kacang Tanah
Padi
Penerimaan
Biaya sarana Produksi
Biaya Tenaga Kerja
Pendapatan
R/C ratio
4.532.000
937.000
2.157.400
1.437.600
1,46
4.000.000
800.000
820.000
2.380.000
2,47
Jagung
124.500
47.500
155.000
(78.000)
0,61
Hasil analisis usahatani memberikan gambaran bahwa untuk komoditas kacang tanah menghasilkan
pendapatan sebesar Rp. 2.380.000,-. Sedangkan dari usahatani padi dengan keuntungan bersih yang diperoleh
yaitu sebesar Rp. 1.437.600. Lain halnya dengan komoditas jagung yang diusahakan mengalami kerugian
sebesar Rp. 78.000 (Tabel 4). Untuk komoditas padi dan jagung berarti belum memberikan keuntungan yang
optimal. Berdasarkan kondisi tersebut, tampak bahwa usahatani tanaman pangan kontribusi terhadap
pendapatan rumah tangga relatif kecil, akan tetapi bagi mereka menjadi keharusan untuk mengusahakannya
karena untuk memenuhi ketersediaan pangan dalam rumah tangganya.
Pendapatan usahatani di subak sawah Karya Sari Bumi relatif kecil, terbukti dari perolehan
pandapatan dari usahataninya selama satu tahun yaitu sebesar Rp. 3.739.600,- (Tabel 5). Hal ini masih perlu
diadakan pembinaan di tingkat petani dalam bentuk teknologi-teknologi baru untuk memperoleh pendapatan
yang maksimum dalam mengusahakan usahatani tanaman pangan.
Tabel 5. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan di subak sawah karya sari Bumi, Gerokgak, Buleleng Tahun
2005
No.
1
2
3
Sumber Pendapatan
Padi
Kacang Tanah
Jagung
Total Pendapatan
Luas/satuan
Pendapatan (Rp)
Kontribusi (%)
Rangking
90 are
90 are
10 are
1.437.600
2.380.000
(8.000)
3.739.600
38,44
63,64
(2,09)
100,00
II
I
III
Dari jumlah rata-rata kepemilikan lahan yaitu 90 are di subak sawah Karya Sari Bumi didapat
kontribusi pendapatn tertinggi diperoleh pada usahatani kacang tanah. Adapun kontribusi pendapatan kacang
tanah dengan luas areal pertanaman sebesar 90 are yaitu sebesar 63,64%. Kemudian diikuti dengan
komoditas padi dan jagung sebesae 38,44% dan 2,09% (Tabel 5 dan Gambar 1).
Gambar 1. Kontribusi Pendapatan Usahatani Komoditas Tanaman Pangan di Subak Sawah Karya Sari Bumi, Gerokgak,
Buleleng Tahun 2005.
KESIMPULAN
Usaha tani kacang tanah dan padi banyak diusahakan dengan nilai R/C ratio lebih besar dari 1 yaitu
sebesar 2,47 dan 1,46. Sedangkan komoditas jagung nilai R/C ratio sebesar 0.61, tidak layak. Sedangkan
kontribusi pendapatan komoditas kacang tanah yaitu sebesar 63,64%, kemudian diikuti dengan komoditas
padi dan jagung sebesar 38,44% dan 2,09% dari total pendapatan usahatani tanaman pangan dan palawija
yang diusahakan dalam satu tahun yaitu sebesar Rp. 3.739.600,-. Pendapatan usahatani ini relatif kecil,
diharapkan data dasar ini dapat dimanfaatkan sebagai indikator masuknya teknologi baru yang diperkenalkan
dan data dasar untuk menilai peningkatan pendapatan setelah diberikan teknologi baru.
DAFTAR PUSTAKA
Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1985. Manajemen Agribisnis. Dialihbahasakan oleh Rochidayat, Gonda S
dan Alfonsus. Penerbit Erlangga. Jakarta. 516 hal.
Kasryno, F. A. Suryana.1992. Long Term Planning for Agricultural development Related to Provert
Alleviation in Rural Areas. dalam Zakaria dan Swastika. Keragaan Usahatani Petani Miskin pada
Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan (Studi Kasus di Kabupaten Temanggung). Jurnal Sosial
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Mahaputra, I K. dan I N. Adijaya. 2004. Analisis Finansial Usahatani jagung dengan Irigasi Embung di
Lahan Kering Kabupaten Buleleng. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pemanfaatan
Sumberdaya Lokal untuk Mendukung Pembangunan Pertanian. Puslitbang Sosial Ekonomi
Pertanian bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Puslit Sosek Pertanian. 1993. Rangkuman Hasil Penelitian Identifikasi Wilayah Miskin di Indonesia dan
Alternatif Upaya Penanggulangannya. Pusat Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Suprapto, I G.A.K. Sudaratmaja, K. Mahaputra dan M.A. Sinaga. 1999. Pengkajian Diversifikasi Tanaman
pada Lahan Marginal. Laporan Akhir. IP2TP Denpasar, Bali.
Suprapto, Adijaya, Rai Yasa. 2003. Pengkajian Sistem Usahatani Agribisnis Tanaman dan Ternak di Lahan
Marginal. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Badan Litbang Pertanian.
Departemen Pertanian.
Zakaria, A.K. dan D.K.S. Swastika. 2005. Keragaan Usahatani Petani Miskin pada Lahan Kering dan Sawah
Tadah Hujan (Studi Kasus di Kabupaten Temanggung). Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan
Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.