Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat sering menggunakan istilah pengukuran dan penilaian sebagai
pengertian yang sama, padahal keduanya memang saling berhubungan serta, tetapi
berbeda satu dengan yang lain.n Pengukuran ialah suatu tindakan untuk
mengidentifikasi besar kecilnya gejala (Hadi, 1997).
Penilaian ialah suatu tindakan untuk menginterpretasikan hasil pengukuran
berdasarkan norma tertentu dengan tujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya
sesuatu, berat ringannya suatu benda, atau baik buruknya suatu kondisi (Sugihartono
dkk., 2007).
Penilaian yang dilakukan pada anak usia dini tentu lebih sulit daripada
penilaian yang dilakukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
Permasalahan pokok yang membedakan ialah anak usia dini belum dapat membaca
dan menulis, di samping itu mereka sulit mempertahankan konsentrasi dalam jangka
waktu yang cukup lama untuk suatu

kegiatan yang formal. Oleh karena itu,

dibutuhkan pemahaman mengenai penilaian terhadap pertumbuh dan perkembangan


terhadap anak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pertumbuhan anak?
2. Bagaimana pengertian perkembangan anak?
3. Bagaimana prinsip-prinsip penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak?
4. Bagaimana penilaian pertumbuhan dan perkembangan?
5. Bagaimana pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak?
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian pertumbuhan anak
2. Untuk mengetahui pengertian perkembangan anak
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Untuk mengetahui penilaian pertumbuhan dan perkembangan
5. Untuk mengetahui pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
BAB II
ISI
A. Pengertian Pertumbuhan Anak
Menurut Doyle (2009), pertumbuhan atau physical growth adalah peningkatan
dalam ukuran tubuh yaitu tinggi badan, berat badan dan juga bertambah besarnya

ukuran organ kecuali jaringan limfa yang akan mengecil ketika usia anak
bertambah.
Dorland Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah
proses normal dari pembesaran ukuran organisme yang disebabkan oleh accretion
(pertumbuhan) jaringan tubuh. Sedangkan Tanuwidjaya (2002), mendefinisikan
pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler,

yang

bersifat

kuantitatif

sehingga

dapat

diukur

dengan

mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.


B. Pengertian Perkembangan Anak
Doyle (2009) menyatakan bahwa perkembangan adalah peningkatan fungsi
dan kapabilitas seorang anak. Dalam mempelajari perkembangan dapat dibagi atas
beberapa kategori yang spesifik seperti gerakan motorik kasar, gerakan motorik
halus, perkembangan bahasa, sosial dan emosional. Pada anak yang normal,
proses perkembangan terjadi dalam kecepatan yang berbeda misalnya ada anak
yang berjalan dalam usia yang lebih cepat dari sebagian anak lain namun lambat
dalam perkembangan berbicaranya dan Tanuwidjaya (2002) menyebutkan bahwa
perkembangan anak ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, dan bersifat kualitatif
C. Prinsip-prinsip Penilaian Pertumbhan dan Perkembangan Anak
Agar penilaian yang dilakukan mencapai hasil yang memadai, dan bermanfaat
bagi anak yang dinilai maupun bagi program yang dilaksanakan, maka penilaian
harus memenuhi beberapa persyaratan:
1. Komprehensif (menyeluruh), penilaian yang dilakukan harus meliputui
seluruh aspek

dari tujuan pendidikan, dalam hal ini ialah aspek

perkembangan yang menjadi sasaran penilaian, meliputi aspek :


a. perkembangan moral dan nilai-nilai agama
b. perkembangan fisik
c. perkembangan bahasa
d. perkembangan kognitif
e. perkembangan social emosional
f. perkembangan seni. Dengan gambaran yang komprehensif, akan
memberikan gambaran yang lebih bermakna tentang perkembangan
anak, baik bagi pendidik maupun orangtua (Depdiknas, 2002;
Sugihartono dkk., 2007; Waseso, 2005).
2. Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan
terus menerus untuk mendapatkan gambaran perkembangan yang akurat,
dan memungkinkan dijadikan dasar pengambilan keputusan yang
2

menyangkut tentang perkembangan anak yang bersangkutan (Depdiknas,


2002; Sugihartono dkk., 2007; Waseso, 2005).
3. Obyektif, penilaian terhadap suatu gejala harus apa adanya, dan
menghindari subyektivitas. Contoh, apabila yang dinilai anaknya sendiri,
hasilnya cenderung baik (Depdiknas, 2002; Sugihartono dkk., 2007;
Wasesa, 2005). Penilaian yang subyektif justru akan merugikan bagi usaha
pengembangan anak.
4. Penilaian atas dasar penggunaan alat ukur yang baik, yaitu:
a. Valid (sahih): mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya mengukur
tinggi badan dengan alat ukur meteran, bukan dengan timbangan.
b. Reliable (handal): hasil penilaian memiliki taraf kepercayaan yang
tinggi, terlepas dari siapa orang yang menilai, serta kapan penilaian
dilaksanakan. Contoh, apabila anak 5 tahun yang tingginya 120 cm
dinilai tinggi oleh siapapun

yang menilai, dan kapanpun orang

menilainya hasil penilaiannya tetap ajeg (Sugihatono dkk., 2007;


Waseso, 2005).
5. Bermakna, hasil penilaian memiliki arti bagi pendidk, orangtua, anak
yang bersangkutan, serta pihak-pihak yang memerlukan (Depdiknas, 2002;
Waseso, 2005).

D. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Penialain Pertumbuhan Anak
Ada 4 penilaian pertumbuhan fisik pada anak yaitu pengukuran
antropometri, pemeriksaan fisik (jaringan otot, lemak rambur, gigi),
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis.
Pengukuran pertumbuhan anak dapat ditentukan dengan menggunakan
pembanding ukuran tubuh tertentu pada dua titik waktu berbeda. Marshall dan
Swann mengajukannya dalam konsep yang dikenal sebagai velocity. Konsep
nini secara matematik diajukan dalam bentuk:
x 2x 1
Growth Velocity = t 2t 1
Dimana x2 dan x1 adalah nilai ukur saat waktu t2 dan t1 (Gibson,
1990). Laju pertumbuhan yang diajukan ini secara logis membutuhkan satuan
3

pengamatan isomorfis yang diambil dari berbagai titik pada kurun kehidupan
anak. Pada saat t1 dan t2 atau pengukuran tunggal lainnya yang dilkukan
waktu ke-n (tn), penetapan status anak membutuhkan perbandingan tertentu
status tersebut berupa perbandingan berat badan menurut umur (untuk
selanjutnya ditulis BB/U) dan perbandingan tinggi badan menurut umur (PB/U
atau TB/U) atau perbandingan Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Pengukuran antropometri terdiri dari berat badan dan panjang badan
sesuai dengan cara-cara baku, beberapa kali secara berkala misalnya BB anak
diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa
pada papan pengukur (infatometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun diukur
berdiri dengan microtoise. Baku yang dianjurkan adalah baku NCHS secara
internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jenis
kelamin. Lingakar kepala, lingkar lengan dan lingkar dada menggunakan pita
tidak molor, tebal lipatan kulit diukur dengan Skinfold caliper pada kulit
lengan , subskapula dan daerah pinggul untuk menilai kegemukan. Body Mass
Index (BMI) telah dipakai secar luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat
tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada
anak dalam kurva persentil juga tingkat kelebihan berat badan harus
dinyatakan dengan SD dari mean BMI untuk populasi umur tertentu.
2. Penilaian Perkembangan Anak
Masa perkembangan anak di usia pra sekolah diperinci lagi menjadi 2
masa, yaitu masa vital dan masa estetik.
a. Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis
untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar,
Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai
masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak
memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah
karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama tetapi karena
waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan
belajar. Pada tahun kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan
anak akan mulai belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya
saja, kemudian ruang dekat dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada
tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan
(kesehatan).

Melalui

latihan

kebersihan

ini,

anak

belajar
4

mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongn yang datang


dari dalam dirinya (umpamanya buang air kecil dan air besar)
(Elizabeth B. Hurlock, 1999).
b. Masa Estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa
keindahan. Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini
perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya.
Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan adalah
merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam
rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil
dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam
menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan
menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam
menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan ini
berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya
dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangan-nya,
seperti

tugas

yang

berkaitan

dengan

perubahan

kematangan,

persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya


sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Tugastugas perkembangan pada usia 0 sampai 6 tahun adalah sebagai
berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Belajar berjalan
Belajar memakan makanan padat
Belajar berbicara
Belajar buang air kecil dan buang air besar
Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
Membentuk konsep-konsep (pengertian)

sederhana

kenyataan social dan alam


8) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang
tua, saudara / orang lain
9) Belajar mengadakan

hubungan

baik

dan

buruk

(mengembangkan kata hati).


Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak
usia 4 - 5 tahun adalah sebagai berikut:
a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
yang umum
5

b) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk


yang sedang tumbuh
c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung
f) Mengembangkan penngertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari
g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga lembaga
i) Mencapai kebebasan pribadi
Tugas-tugas perkembangan anak usia 4 5 tahun sebagai berikut:
1) Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar)
2) Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)
3) Dapat bercerita sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan)
4) Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)
Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
1) Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak
melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan
kelincahan.
2) Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak
belajar menggambar
3) Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu
anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.
4) Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri,
misalnya bermain ke tetangga.
E. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Pemantauan pertumbuhan
Baku penggunaan kurva pertumbuhan (growth chart) atau tabel NCHS
sebagai baku secara teratur merupakan alat yang paling tepat untuk menilai
status gizi pada perumbuhan anak. Dalam pemantauan pertumbuhan anak pada
plot berat atau tinggi badan anak pada kurva NCHS perlu diikuti secara
berkala untuk melihat alur pertumbuhannya menyimpang atau tidak. Bukan
diman posisi titik plot itu saja akan tetapi bagaimana hubungan titik-titik
tersebut selama kurun waktu tertentu, dengan kategori sebagai berikut:
a. Gizi lebih
: > 120% median BB/U
b. Gizi baik
: 80% -120% median BB/U
c. Gizi sedang : 70%-79,9% median BB/U
d. Gizi kurang : 60%-69,9% median BB/U
e. Gizi buruk
: <60% median BB/U
6

Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada


periode tertentu atau dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pengukuran
yang dilakukan adalah dengan indikator IMT/U, BB/TB dan lingkar kepala.

2. Pemantauan perkembangan
DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes
diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit),
dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan
anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan
(Soetjiningsih, 1998).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi
pada setiap makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada seseorang tidak hanya
meliputi apa yang kelihatan seperti perubahan fisik

dengan bertambahnya berat

badan dan tinggi badan, tetapi juga perubahan (perkembangan) dalam segi lain seperti
berpikir, emosi, bertingkah laku, semua anak-anak tumbuh melalui suatu tahapan
pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan emosional yang dapat diidentifikasi.
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dapat dicapai dengan
dukungan faktor intrinsik dalam hal ini genetic yang merupakan blueprint
pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kelainan genetik dapat mempengaruhi
pertumbuhan anatara lain akondroplasia, sindrom down, sindrom marfan dan lainlain. Selain itu, faktor ekstrinsik yaitu lingkungan (biologis, fisik, psikososial,
keluarga dan sosial ekonomi) yang baik dan saling berkaitan satu sama lain akan
mempengaruhi pola perkembangan anak pada akhirnya.
Setiap anak memiliki potensi untuk tubuh dan berkembang. Penilaian dan
pemantauan terhadap tumbuh kembang anak merupakan salah satu cara untuk
mendukung pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-yulia-ayriza-msi-ph-d/g-metodepenilaian-perkembangan-bpkb.pdf
http://repository.unhas.ac.id//bitstream/handle/123456789/2685/B28%20PERTUMBUHAN
%20DAN%20PERKEMBANGAN.docx.pdf
Hadi, S. (1997). Metodologi research II. Yogyakarta: Yasbit. Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Sugihartono dkk. (2007). Psikologi pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai