BETON PRATEGANG
ARIZONA MAHAKAM
3MRK2/1341320095
mengingat
resiko
bahaya
kecelakaan
yang
dihadapi,
termasuk
f c'
tertentu, yang
pada angkurnya akan terjadi pelimpahan gaya prategang tinggi (To) kepada beton,
seperti tampak pada Gambar III.1.c.
Gaya prategang mengakibatkan beton cenderung memendek apabila letak tendon
sentris terhadap penampang, atau melengkung akibat desakan apabila letak tendon
tidak sentris. Tegangan-tegangan yang timbul sesaat setelah tendon dipotong dari
angkurnya disebut sebagai tegangan pada saat transfer (pelimpahan tegangan).
Dengan diputusnya tendon dan berlangsung pelimpahan tegangan, beban mati
(berat sendiri) diperhitungkan bekerja serentak bersamaan dengan gaya prategang.
Keadaan tersebut diilustrasikan pada Gambar III.1.d yang merupakan keadaan
tegangan paling kritis yang timbul sesaat setelah berlangsung pelimpahan, tetapi
sebelum terjadi kehilangan gaya prategang.
Untuk keadaan bersifat sementara ini, SNI-03 memberikan batasan tegangan tarik di
bagian atas balok tidak melampui
1
4
'
tekan di bagian tepi bawah tidak melebihi 0.6 f ci . Apabila tegangan tarik terhitung
1
2
'
melebihi 0.45 f c . Nilai tegangan tarik ijin tersebut diambil hanya sedikit di bawah nilai
atau tekuk secara tiba-tiba di daerah tersebut hanya kecil karena umumnya posisi
tendon berada di dekat serat bawah.
2. Metoda Pasca Tarik (Post-Tension)
Pelaksanaan pemberian prategang dengan cara pasca tarik (post-tension) didefinisikan
sebagai cara memberikan prategang pada beton, dimana tendon baru ditarik setelah
betonnya dicetak terlebih dahulu dan mempunyai cukup kekerasan untuk menahan
tegangan sesuai dengan yang dinginkan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya
adalah sebagai berikut :
1. Bekisting beton dipasang di tempat yang sesuai dengan rencana letak komponen
struktur dengan sekaligus dipasangi pipa selongsong lentur yang dibuat dari plastik
atau metal, yang akan menyelubungi tendon. Pipa selongsong tendon diletakkan di
dalam bekisting dengan posisinya diatur dan ditahan untuk membentuk pola tertentu
sesuai dengan momen perlawanan yang direncanakan.
2. Kemudian adukan beton dicor ke dalam bekisting dengan menjaga agar pipa
selongsong tendon tetap kokoh pada posisinya dan tidak kemasukan adukan,
kemudian dilakukan perawatan pengerasan beton secukupnya sampai mencapai
kekuatan tertentu.
3. Selanjutnya, tendon dimasukkan ke dalam pipa selongsong yang sudah disiapkan
ke dalam beton. Pada cara lain, ada juga yang menempatkan pipa selongsong
lengkap dengan tendon di dalam bekisting sebelum dilakukan pengecoran adukan
beton.
4. Tendon ditarik dengan menggunakan jacking di satu ujung dan angkur mati atau
plat penahan pada ujung lainnya. Kadang-kadang angkur mati atau plat penahan
sudah disiapkan dipasang tertanam pada ujung komponen.
Fungsi angkur digabungkan dengan cara-cara yang mencengkram tendon agar tidak
terjadi slip (penggelinciran) dalam rangka upaya agar beban atau tegangan tarikan
tetap bertahan pada tendon.
Pada saat penarikan tendon, sudah terjadi kehilangan gaya prategang berupa :
perpendekan elastis, kehilangan tegangan akibat gesekan dan sebagian momen
beban mati sudah bekerja sebagai dampak dari posisi lengkung tendon. Dengan
No
1
2
Metoda Pratarik
Tendon prategang ditarik sebelum beton pengecoran beton
Transfer prategang terjadi melalui kontak antara tendon yang diputus
dan beton disekelilingnya setelah beton mengeras (jadi tidak
memerlukan angkur)
Jenis tendon yang umum digunakan adalah strand atau kawat tunggal
Dan umumnya dilakukan pada produksi beton pracetak prategang
5.
Formed Ducts
Selongsong yang dibuat dengan mengunakan lapisan tipis yang tetap di
tempat. Harus berupa bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta
semen. Selongsong tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang
dibutuhkan dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat
memikul berat beton. Selongsong logam harus berupa besi, yang dapat
saja digalvanisasi
2.
Cored Ducts
Selongsong seperti ini harus dibentuk tanpa adanya tekanan yang dapat
mencegah aliran suntikan. Semua material pembentuk saluran jenis ini
disingkirkan.
yang keluar. Waktu keluar suntikan tidak boleh kurang dari waktu pemberian
bahan suntikan. Untuk menjamin bahwa tendon tetap terisi dengan bahan
suntikan, maka keluaran dan atau masukan harus ditutup. Tutup yang
dibutuhkan tidak boleh lepas atau dibuka samapi bahan suntikan mengering.
d. Apabila aliran searah dari bahan suntikan tidak dapat dipertahankan, maka
suntikan harus segera dikuras dari saluran dengan air
e. Pada temperatur di bawah 0o C, saluran harus dijaga bebas air untuk
menghindari kerusakan akibat pembekuan
f.
Temperatur tidak boleh 1.67o C atau lebih tinggi dari temperatur pada saat
penyuntikan sampai kubus suntikan yang berukuran 5.08 cm (2) mencapai
kuat tekan sebesar 5.5 MPa
0.6 f ci'
b. Tegangan serat tarik terluar kecuali seperti yang diizinkan
dalam
(c)
1
f ci'
di
atas
perletakan
sederhana
f ci'
Bila tegangan tarik terhitung melampui nilai tersebut di atas, maka harus
dipasang tulangan tambahan (non prategang) dalam daerah tarik untuk
memikul gaya tarik total aksial dalam beton, yang dihitung berdasarkan
asumsi suatu penampang utuh yang belum retak
mati
dan
beban
hidup
tetap
0.45 f c'
b. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang,
beban
mati
dan
beban
hidup
total
0.6 f c'
c. Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang pada
awalnya
1
mengalami
2
tekan
f c'
yang
transformasi
didasarkan
dan
hubungan
pada
penampang
momen-lendutan
retak
bilinier
panjang
1
terpenuhi
f c'
3. Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah
penyaluran gaya 0.70 f pu
5. Gambar-gambar
6. Istilah-istilah
Angkur
Suatu alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon kepada komponen
struktur beton dalam sistem pasca tarik atau suatu alat yang digunakan untuk
menjangkarkan tendon selama proses pengerasan beton dalam sistem pra tarik
Beton prategang
Beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi
tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja
Gaya Jacking
Gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik
pada tendon dalam beton prategang
Pasca Tarik
Cara pemberian tarikan, dalam sistem prategang dimna tendon ditarik sesudah
beton mengeras
Perangkat angkur
Perangkat
yang
digunakan
pada
sistem
prategang
pasca
tarik
untuk
Prategang efektif
Tegangan yang masih bekerja pada tendon setelah semua kehilangan tegangan
terjadi, di luar pengaruh beban mati dan beban tambahan.
Tendon
Elemen baja, misalnya kawat baja, kabel batang, kawat untai atau suatu bundel
dari elemen-elemen tersebut yang digunakan untuk memberi gaya prategang
pada beton
Tendon dengan lekatan
Tendon yang direkatkan pada beton baik secara langsung ataupun dengan cara
grouting.
Tulangan
Batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak
termasuk tendon prategang kecuali bila secara khusus diikutsertakan
Tulangan polos
Batang baja yang permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak berukir
Tulangan ulir
Batang baja yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir
Tulangan spiral
Tulangan yang dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris
Zona Angkur
Bagian komponen struktur prategang pasca tarik dimana gaya parategang
terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara lebih merata ke seluruh
bagian penampang. Panjang daerah zona angkur ini adalah sama dengan
dimensi tersebar penampang. Untuk perangkat angkur tengah, zona angkur
mencakup daerah terganggu di depan dan di belakang perangkat angkur
tersebut.