Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PROSES PENGOLAHAN LOGAM

DISUSUN OLEH :
NAMA
:
NPM
:
PRODI
:
SEMESTER :

ELIESER TAHALELE
0724 13 11 036
TEKNIK MESIN
III ( TIGA )

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2014

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Proses Pengolahan Logam
untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Pemilahan Proses & Bahan.
Pengecoran logam merupakan salah satu metoda pembentukan benda kerja atau bahan
baku benda kerja yang telah sejak lama dilakukan bahkan jauh sebelum berkembangnya Ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagaimana bukti-bukti yang ditemukan oleh archaeologist
berupa benda kuno seperti koin-koin emas, perak dan perunggu dalam bentuk tiga dimensi
dibuat melalui proses pengecoran, artinya paling tidak proses pengecoran sudah dilakukan
sejak berkembangnya peradaban manusia.
Dalam berbagai hal benda-benda kerja yang dibentuk melalui proses pengecoran
memiliki keunggulan baik sifat maupun efisiensinya pembentukannya, bahkan tidak dimiliki
oleh bahan yang dibentuk dengan cara lain, misalnya pada besi/baja tempa, dimana bendabenda tuangan (hasil pengecoran) sifat-sifatnya dapat ditentukan oleh formulasi campuran
dan dapat diperbaiki menurut kebutuhan kita, bentuk dan dimensinya dapat dibentuk melalui
pengecoran ini, misalnya ronggarongga, saluran-saluran dan lain-lain yang mungkin tidak
dapat dilakukan dengan cara lain, dengan demikian benda tuangan berkembang sejalan
dengan moderenisasi teknologi itu sendiri hal ini dikarenakan benda tuangan memiliki
keunggulan dan dapat diterima diberbagai jenis produk, seperti permesinan, automotif, listrik
dan elektronik, konstruksi/ bangunan gedung, assesoris dan lain-lain.
Namun demikian jika kita lihat industri manufaktur yang bergerak dibidang
pengecoran ini jumlahnya masih relative kecil dengan kualitas produknya pun masih rendah
walaupun ada produk dengan kualitas tinggi tetapi masih dengan teknologi luar negeri. Hal
ini menjadi tantangan bagi kita semua agar dapat berkompetisi dengan bangsa lain terutama
dalam era globalisasi seperti sekarang ini.
Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya berharap kepada
Bapak Dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah tentang
Proses Pengolahan Logam ini.

Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini berguna dan bermanfaat


untuk kita semua.

Malang,

Desember 2015
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I
Proses Pengerjaan Logam ................................................................................ 1
Prosedur Pembuatan Cetakan .......................................................................... 2
Saluran Masuk, Penambang dan Karakteristik Pembekuan ............................ 5
Pola dan Jenis Pola .......................................................................................... 7
Pengujian Pasir ................................................................................................ 11
BAB II
Proses Pengolahan Logam NonFerro .............................................................. 12
Sifat Logam NonFerro .................................................................................... 13
BAB III
Logam Ferro .................................................................................................... 14
BAB IV
Pengelompokan Baja ...................................................................................... 15
BAB V
Standarisasi Baja ............................................................................................ 16
BAB VI
Proses Pengolahan ......................................................................................... 18
Penutup
Kesimpulan & Saran ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22

BAB I
PROSES PENGERJAAN LOGAM
1.1. PENDAHULUAN
Proses Teknologi Mekanik merupakan suatu proses pembuatan suatu benda dari bahan
baku sampai barang jadi atau setengah jadi, dan dengan atau tanpa proses tambahan. Dari
sejarah sejak pertama kali manusia mengenal logam sebagai pembuat alat-alat yang
diperlukan untuk menunjang kehidupannya, maka manusia kemudian berusaha untuk
mengembangkan cara pembuatan alat-alat tersebut. Pengecoran logam merupakan proses
pembuatan yang pertama kali dikenal manusia, yang kemudian disusul dengan proses-proses
pembuatan, pemotongan dan lain-lain proses yang hingga kini berkembang menjadi lebih
komplek dengan berbagai variasi.
Satu macam barang atau lebih populer disebut produk dapat dibuat dengan berbagai
macam cara, yang pemilihannya tergantung pada jumlah, kwalitas dan faktor-faktor lainnya
seperti fasilitas produksi, dan yang tidak kalah pentingnya adalah adanya keseragaman dari
produk yang dihasilkan (standarisasi).
Jumlah produk akan mempengaruhi dalam penentuan / pemilihan proses pembuatan
sebelum produksi dijalankan, dalam usaha untuk memperoleh hasil yang paling ekonomis.
Untuk ini diperlukan penguasaan pengetahuan teknologi pembuatan bagi pe1aksana produksi.
Kwalitas produk ditentukan oleh fungsi dari komponen tersebut. Sudah barang tentu produk
yang akan dibuat ini kwalitas yang dituntut harus mempertimbangkan kemampuan dari
fasilitas produksi yang tersedia. Dengan demikian akan di dapat keseimbangan antara
perencana dan pembuat, yaitu fasilitas produksi yang ada mampu membuat produk dengan
kwalitas yang sesuai dengan fungsi komponen yang bersangkutan.
Penyeragaman (standarisasi) produk, terutama produk yang merupakan komponen atau
elemen umum suatu mesin, merupakan faktor yang penting sekali untuk menjamin sifat
mampu tukar (interchangeable) dari komponen yang bersangkutan. Penyeragaman ini
meliputi geometri (ukuran dan bentuk), fisik dan material, yang sudah dinyatakan dalam
bentuk lembaran standar. Jadi jumlah dan dalam batas-batas tertentu perencanaan dasar dari
produk menentukan pemilihan proses, yang pada gilirannya akan menentukan ongkos
produksi yang paling ekonomis. Untuk dapat mencapai produksi ekonomis yang sesuai
dengan pemilihan proses tadi diperlukan pengetahuan yang luas serta pengalaman yang
cukup didalam produksi, dan dengan pendalaman dalam ilmu-ilmu yang berdekatan seperti
ilmu logam dan pengetahuan material, manajemen, perencanaan dan pengontrolan produksi,
kontrol kwalitas dan lain-lain.

1.2. CASTING
Proses Pengecoran (casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam
dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan ke dalam rongga cetakan yang
serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Pengecoran juga dapat diartikan
sebagai suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk

menghasilkan bagian-bagian dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk
jadi. Mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi
yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.
pengerjaan dingin. diperlukan gaya yang lebih besar, akan tetapi kekuatan logam tersebut
akan meningkat dengan cukup berarti. Suhu rekristalisasi logam menentukan batas antara
pengerjaan panas dan dingin (Tr = Tm).
Pengerjaan panas logam dilakukan di atas suhu rekristalisasi atau di atas daerah pengerasan
kerja. Pengerjaan dingin dilakukan di bawah suhu rekristalisasi dan kadang-kadang
berlangsung pada suhu ruang.

PROSES PENGECORAN
Proses pengecoran meliputi: pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam,
penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang pasir
cetakan. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat coran itu sendiri berbeda,
mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda, mulai
dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda dan hamper
semua logam atau paduan dapat dilebur dan dicor.
Proses pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran dan
proses percetakan. Pada proses pengeceron tidak digunakan tekanan sewaktu mengisi rongga
cetakan, sedang pada proses pencetakan logam cair ditekan agar mengisi rongga cetakan.
Karena pengisian logam berbeda, cetakan pun berbeda, sehingga pada proses percetakan
cetakan umumnya dibuat dari loga. Pada proses pengecoran cetakan biasanya dibuat dari
pasir meskipun ada kalanya digunakan pula plaster, lempung, keramik atau bahan tahan api
lainnya.
PASIR
Ada dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian dilakukan
berdasarkan jenis pola yang digunakan:
1) Pola yang dapat digunakan berulang-ulang dan
2) Pola sekali pakai
Urutan pembahasan proses pengecoran adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pembuatan cetakan

2. Pembuatan pola
3. Pasir
4. Inti
5. Peralatan (mekanik)
6. Logam (telah dibahas dalam Bab 3 dan Bab 4)
7. Penuangan dan pembersihan benda cor.
PROSEDUR PEMBUATAN CETAKAN
Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan:
1. Cetakan pasir basah (green-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir cetak basah. Prosedur pembuatannya dapat dilihat pada gambar 5.2.
2. Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
3. Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat
4. Cetakan lempung (Loan molds)
5. Cetakan furan (Furan molds)
6. Cetakan CO2
7. Cetakan logam

Cetakan logam terutama digunakan pada proses cetak-tekan (die casting)

logam dengan suhu cair rendah.


8. Cetakan khusus

Cetakan khusus dapat dibuat dari plastic, kertas, kayu semen, plaster, atau

karet.
Proses pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
1. Pembuatan cetakan di meja (Bench molding)
Dilakukan untuk benda cor yang kecil.
2. Pembuatan cetakan di lantai (Floor molding)
Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau besar
3. Pembuatan cetakan sumuran (pit molding)
4. Pembuatan cetakan dengan mesin (machine molding)
Pembuatan Cetakan
Sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pada Gambar 5.2 di bawah ini.
Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak) yang terdiri dari dua bagian, bagian atas disebut
kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak cetak yang terdiri dari tiga bagian, bagian

tengahnya disebut cheek. Kedua bagian kotak cetakan disatukan pada tempat tertentu dengan
lubang dan pin.

Cetakan Pola Sekali Pakai

Keuntungan dari proses cetak sekali pakai ini meliputi :


1. Sangat tepat untuk mengecor benda-benda dalam jumlah kecil
2. Tidak memerlukan pemesinan lagi
3. Menghemat bahan coran
4. Permukaan mulus
5. Tidak diperlukan pembuatan pola belahan kayu yang rumit
6. Tidak diperlukan inti atau kotak inti
7. Pengecoran jauh lebih sederhana
Kerugiannya adalah :
1. Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran
2. Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penangangan yang lebih sederhana.
3. Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin mekanik
4. Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan
SALURAN MASUK, PENAMBAH, DAN KARAKTERISTIK PEMBEKUAN
Sistem saluran masuk (gating system) untuk mengalirkan logam cair ke dalam
rongga cetakan, terdiri dari cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk tempat
logam mengalir memasuki rongga cetakan. Fungsi system saluran masuk perlu dirancang
dengan mantap dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan pada dasar atau dekat dasarnya dengan
turbulensi seminimal mungkin. Hal ini perlu diperhatikan, khususnya pada benda tuang yang
kecil
2.

Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaan rongga cetakan harus ditekan dengan
mengatur aliran logam cair atau dengan menggunakan inti pasir kering.

3. Aliran logam cair yang masuk harus diatur sedemikian sehingga terjadi solidifikasi terarah.
Solidifikasi hendaknya mulai dari permukaan cetakan kea rah logam cair sehingga selalu ada
logam cair cadangan untuk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
4.

Usahakanlah agar slag, kotoran atau partikel asing tidak dapat masuk ke dalam rongga
cetakan.

POLA
Jenis Pola

Ketepatan Ukuran Coran

Pada pembuatan pola harus diperhatikan beberapa hal antara lain: pengaruh penyusutan
logam cair, ketirusan, penyelesaian, distorsi dan kelonggaran, sehingga kita dapat
memperoleh benda cor yang benar-benar sesuai dengan benda yang akan dibuat.
Penyusutan
Karena hampir semua jenis logam menyusut pada waktu pembekuan, pada waktu membuat
pola perlu ditambahkan ukuran penyusutan. Untuk kemudahan, untuk besi cor dapat
digunakan mister susut yang 1,04% atau 0,00104 mm/mm lebih panjang dari ukuran standar.
Direncanakan suatu roda gigi yang bila pemesinan telah selesai, mempunyai diameter luar
150 mm. Untuk brons perlu ditambah 1,56%, baja 2,08%, aluminium dan magnesium 1,30%.
Tirus
Bila pola yang dapat diangkat dikeluarkan dari cetakan, kadang-kadang tepi cetakan pasir
yang bersentuhan dengan pola terangkat. Oleh karena itu untuk memudahkan pengeluaran
pola, maka sisi tegak pola dimiringkan. Untuk permukaan luar, biasanya dipakai penambahan
sebesar 1,04% hingga 2,08%. Untuk lubang di sebelah dalam dapat digunakan kemiringan
sampai 6,25%.
Penyelesaian
Permukaan coran yang akan mengalami pemesinan biasanya diberi tanda tertentu. Tanda
tersebut berarti bahwa pola harus dipertebal, sehingga cukup bahan untuk diselesaikan.
Umumnya penambahan adalah 3,0 mm. Untuk pola yang besar suaian tersebut harus
ditambah karena ada kemungkinan bahwa benda cor akan melengkung.
Distorsi
Distorsi terjadi pada benda coran dengan bentuk yang tidak teratur karena sewaktu membeku
terjadi penyusutan yang tidak merata. Kemungkinan ini perlu diperhitungkan sewaktu
membuat pola.
Kelonggaran
Bila pasir di sekitar pola ditumbuk-tumbuk kemudian pola dilepaskan, pada umumnya
ruangan pola akan lebih besar sedikit. Pada benda cor yang besar atau benda cor yang tidak
mengalami penyelesaian, hal ini dapat diatasi dengan membuat pola yang kecil sedikit.
Bahan Pola
Langkah pertama dalam pembuatan suatu benda cor ialah: persiapan pola. Pola ini agak
berbeda dibandingkan dengan benda cornya sendiri. Perbedaan tersebut mencakup suaian
pola untuk mengimbangi penyusutan dan pemesinan dan penambahan lainnya unutk
memudahkan pengecoran.

Pola biasanya dibuat dari kayu karena relative murah dan mudah dibentuk. Karena
penggunaan pola biasanya terbatas, pola tidak perlu dibuat dari bahan awet.
Sebaliknya pola yang diperlukan untuk produksi dalam jumlah yang banyak
biasanya dibuat dari logam karena lebih awet dalam penggunaan.
Pola logam tidak berubah bentuk dan rata-rata tidak memerlukan perawatan khusus.
Jenis logam yang banyak digunakan untuk pola ialah kuningan, besi cord an aluminium.
Aluminium banyak digunakan karena mudah dibentuk, ringan dan tahan korosi. Pola logam
biasanya dicor mengikuti pola induk yang terbuat dari kayu.

PASIR

Jenis Pasir
Pasir silica (SiO2), ditemukan di banyak tempat, dan tersebar di seluruh Nusantara. Pasir ini
sangat cocok untuk cetakan karena tahan suhu tinggi tanpa terjadi penguraian, murah
harganya, awet dan butirannya mempunyai bermacam tingkat kebesaran dan bentuk. Namun,
angka muainya tinggi dan memiliki kecenderungan untuk melebur menjadi satu dengan
logam. Karena kandungan debu yang cukup tinggi, dapat berbahaya bagi kesehatan.
PENGUJIAN PASIR
Pasir cetakan perlu diuji secara berkala untuk mengetahui sifat-sifatnya. Pengujian yang
lazim diterapkan adalah pengujian mekanik untuk menentukan sifat-sifat pasir sebagai
berikut:
1. Permeabilitas. Porositas pasir memungkinkan pelepasan gas dan uap yang terbentuk dalam
cetakan
2.

Kekuatan. Pasir harus memiliki gaya kohesi, kadar air dan lempung, mempengaruhi sifatsifat cetakan.

3. Ketahanan terhadap suhu tinggi. Pasir harus tahan terhadap suhu tinggi tanpa melebur.
4. Ukuran dan bentuk butiran. Ukuran butiran pasir harus sesuai dengan sifat permukaan yang
dihasilkan. Butiran harus berbentuk tidak teratur sehingga memiliki kekuatan ikatan yang
memadai.
Pengujian Kekerasan Cetakan Inti
Pada

gambar

5.10 tampak alat pengukur kekerasan cetakan. Prinsip kerjanya adalah sederhana, bola baja
5,08 m ditekan ke dalam permukaan cetakan oleh per (gaya 2,3 N). kedalaman penetrasi yang

diukur dalam millimeter menjadi indikasi dari pada kekerasan. Cetakan dengan pemadatan
sedang mempunyai nilai kekerasan : 75.

BAB II
PROSES PENGOLAHAN LOGAM NON FERRO
Logam bukan besi/non ferro ini ditambang dalam bentuk bijih-bijihan, akan tetapi
tidak dalam keadaan murni melainkan bercampur dengan unsur-unsur lain. pada umumnya
bijih-bijih logam ini terdiri atas logam (0,5-20%) dengan batu-batuan (kapur dan pasir) yang
secara kimiawi terikat dengan oksigen, belerang serta karbon dioksida.
Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung
unsur besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa
dipadukan dengan logam lain, karena biasanya sifat-sifatnya belum memenuhi syarat yang
diinginkan. Kecuali logam non ferro murni, platina, emas dan perak tidak dipadukan karena
sudah memiliki sifat yang baik, misalnya ketahanan kimia dan daya hantar listrik yang baik
serta cukup kuat, sehingga dapat digunakan dalam keadaan murni. Tetapi karena harganya
mahal, ketiga jenis logam ini hanya digunakan untuk keperluan khusus. Misalnya dalam
teknik proses dan laboratorium di samping keperluan tertentu seperti perhiasan dan
sejenisnya.
Logam non fero juga digunakan untuk campuran besi atau baja dengan tujuan
memperbaiki sifat-sifat bajja. Dari jenis logam non ferro berat yang sering digunakan uintuk
paduan baja antara lain, nekel, kromium, molebdenum, wllfram dan sebagainya. Sedangkan
dari logam non ferro ringan antara lain: magnesium, titanium, kalsium dan sebagainya.
LOGAM BUKAN -BESI ( NONFERROUS ) Kurang lebih20% dari logam yang
diolah menjadi produk industri merupakan logam bukanbesi. Indonesia merupakan negara
penghasil bukan besi meliputi: timah putih, tembaga, nikel alumunium. Ciri logam bukan

besi ialah: daya tahan terhadap korosi, daya hantar yang baik dan pengubahan bentuk yang
mudah.

SIFAT LOGAM BUKAN BESI


Salah satu sifat logam bukan besi yang menjadi ciri khas adalah berat jenis.
Kebayakan logam bukan besi tahan terhadap korosi( air atau kelembaban). Magnesium tahan
terhadap korosi dalam lingkungan udara biasa akan tetapi dalam air laut ketahan korosinya
dibawah baja biasa. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin berat suatu logam bukan
besi makin baik daya tahan korosinya. Alumunium merupakan pengecualian, pada
permukaan terbentuk lapisan oksida yang melindungi alumunium dari korosi selanjutnya.
Disamping itu warna asli logam bukan besi ialah kuning, abu-abu perak menambah nilai
estetika logam tersebut. Logam bukan besi umumnya sulit di las, sedang kemampuan
pengecoran, pemesinan dan pembentukan berbeda-beda.
Peleburan Logam bukan besi( nonferrous ) tidak ditemukan sebagai logam murni
dialam bebas biasanya terikat sebagai oksida dengan kotoran-kotoran membentuk bijih-bijih.
Logam Bukan Besi
Logam bukan besi, yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Adapun yang
termasuk logam bukan besi antara lain:
a. Tembaga (Cu)
Warna cokelat kemerah-merahan, sifatnya dapat ditempa, liat, baik untuk penghantar
panas, listrik, dan kukuh. Tembaga digunakan untuk membuat suku cadang bagian listrik,
radio penerangan, dan alat-alat dekorasi.
b. Alumunium (Al)
Warna biru putih, sifatnya dapat ditempa, liat, bobot ringan, penghantar panas dan
listrik yang baik, mampu dituang. Alumunium digunakan untuk membuat peralatan masak,
elektronik, industri mobil, dan pesawat terbang.

c. Timbel (Pb)
Warna biru kelabu, sifatnya dapat ditempa, sangat liat, tahan korosi, air asam, dan
bobot sangat berat. Timbel digunakan sebagai bahan pembuat kabel, baterai, bubungan atap,
dan bahan pengisi.
d. Timah (Sn)
Warna bening keperak-perakan, sifatnya dapat ditempa, liat, dan tahan korosi. Timah
digunakan sebagai pelapis lembaran baja lunak (pelat timah) dan industri pengawetan.
BAB III
LOGAM FERRO
Logam ferro adalah adalah logam besi(Fe). Besi merupakan logam yang penting
dalam bidang teknik, tetapi besi murni terlalu lunak dan rapuh sebagai bahan kerja, bahan
konstruksi dlln. Oleh karena itu besi selalu bercampur dengan unsur lain, terutama zat
arang/karbon (C). Sebutan besi dapat berarti :
1. Besi murni dengan simbol kimia Fe yang hanya dapat diperoleh dengan jalan reaksi kimia.
2. Besi teknik adalah yang sudah atau selalu bercampur dengan unsur lain.
Besi teknik terbagi atas tiga macam yaitu :
1. Besi mentah atau besi kasar yang kadar karbonnya lebih besar dari 3,7%.
2. Besi tuang yang kadar karbonnya antara 2,3 sampai 3,6 % dan tidak dapat ditempa. Disebut
besi tuang kelabu karena karbon tidak bersenyawa secara kimia dengan besi melainkan
sebagai karbon yang lepas yang memberikan warna abu-abu kehitaman, dan disebut besi
tuang putih karena karbon mampu bersenyawa dengan besi.
3. Baja atau besi tempa yaitu kadar karbonnya kurang dari 1,7 % dan dapat ditempa.
Logam ferro juga disebut besi karbon atau baja karbon. Bahan dasarnya adalah unsur besi
(Fe) dan karbon ( C) , tetapi sebenarnya juga mengandung unsur lain seperti : silisium,
mangan, fosfor, belerang dan sebagainya yang kadarnya relatif rendah. Unsur-unsur dalam
campuran itulah yang mempengaruhi sifat-sifat besi atau baja pada umumnya, tetapi unsur
zat arang (karbon) yang paling besar pengaruhnya terhadap besi atau baja terutama
kekerasannya.

Pembuatan besi atau baja dilakukan dengan mengolah bijih besi di dalam dapur tinggi yang
akan menghasilkan besi kasar atau besi mentah. Besi kasar belum dapat digunakan sebagai
bahan untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi, oleh karena itu, besi kasar itu masih
harus diolah kembali di dalam dapur-dapur baja. Logam yang dihasilkan oleh dapur baja
itulah yang dikatakan sebagai besi atau baja karbon, yaitu bahan untuk membuat benda jadi
maupun setengah jadi.
BAB IV
PENGELOMPOKAN BAJA
1)

Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon sangat menentukan

sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di dalamnya terjadi
karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan
mikrostruktur.
2)

Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih dengan kadar

yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon.


Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu baja
paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya di bawah 10%
sedangkan baja paduan tinggi di atas 10%.
3)

Baja Khusus
Baja khusus mempunyai unsur-unsur paduan yang tinggi karena pemakaian-

pemakaian yang khusus. Baja khusus yaitu baja than karat, baja tahan panas, baja perkakas,
baja listrik.
Unsur utama dari baja tahan karat adalah Khrom sebagai unsure terpenting untuk
memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Baja tahan karat ada tiga macam menurut
strukturnya yaitu baja tahan karat feritis, baja tahan karat martensitas dan austenitis.
Baja tahan panas, tahan terhadap korosi. Baja ini harus tahan korosi pada suhu
lingkungan lebih tinggi atau oksidasi.

Baja perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang
peranan dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan untuk
memperoleh sifat-sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi.
Baja listrik banyak dipakai dalam bidang elektronika.

BAB V
STANDARISASI BAJA

1)

Amerika Serikat

a)

ASTM ( American Society for Testing Materials )

o Strogen Steel (H3 9M-94)


o High Strength Low alloy Structure Steel (H2 42M-93a)
o Low and Intermediate tensile Strength carbon silicon, steel plate for machine pane and
general construction (A 284M-38)
o High Steel Strength. Quenhead and Temporal alloy steel plate euatable for andirum (A
514-94m)
o Structural Steel mide 290 MPa minimum Yield point (BMM) maximum
o High Strongth Low alloy alambium vanadium steel of structural quality (43,72m-94a)
o Structural carbon steel plate of improved longers (AS 37M-93a)
o

High Strength Low alloy Structural Steel 345 MPa minimum yield point 100 mm

thickness (AS 88M-94a)


o Normalized high Strength Low alloy Structural Steel (A633-94a)
o Low carbonate hardening, nikel copped evanium monodin, corombium and nikel copper
columbion allow steel (A710M-94)
o Hot road stuktural steel high Strength Low alloy plate with improved in ability (A 610 M93a)
o Quenhead and tempered carbon steel plates for structural aniration (A 678-94a)
b)

AISI (Americal Iron and Steel Institute) and SAE (Society of Automotive Engineers)

Baja menurut standarisasi AISI dan SAE merupakan spesifikasi dengan loxx digunakan untuk
paduan yang sangat minimal. Contoh baja AISI, SAE 1445, ini berarti kandungan karbonnya
adalah 0,4% dengan paduan uranium (0,4%-1,4%)

c)

Menurut UNS (United Numbering System)

Baja menurut standar UNS hampir sama dengan standar AISI dan SAE, hanya saja
menggunakan huruf di depan ditambah lima digit untuk jenis tambahan lainnya misalnya baja
AISI,SAE A 0,70% UNS menjadi G41070 di mana awalnya G untuk baja karbon paduan
rendah.
2) Jepang (JIS = Japan Industrial Standar)
o Rolled Steel for general structural (G 3101-87)
o Rolled Steel for walled structural (G 3106-92)
o Hot Rolled Atmosphetle corrosion resisting steel (G 3128-87)
o Hot Yield Strength Steel plate for walled structural (G 3128-87)
o Superior atmosphere corrosion resistant steel (G 3215-87)
3)

Standarisasi Jerman (DIN = Deutsche Industrie Norm.)

o Steel for general structural purposes (17100-80)


o Waldable tine astin steel (17102-83)
4)

Standarisasi Perancis (NF)

o Structural Steel (A 35-501-87)


o Structural Steel Imprived atmosphere votection vistance (H 35-502-DA)

BAB VI
PROSES PENGOLAHAN

1.PROSES BIJIH LOGAM


Bijih-bijih logam yang yang diperoleh dari hasil penambangan terlebih dahulu dipecah
menjadi bagian-bagian kecil. Pecahan-pecahan tersebut kemudian digiling halus, untuk
selanjutnya dicampur dengan minyak dan air diaduk hingga antara tepung, minyak dan air
tercampur dengan baik, kemudian ditenangkan. Minyak akan mengikat logam dan belerang
yang akan berada di bagian atas adonan, sedangkan air akan mengikat lumpur dan kotoran

lain yang berada di bagian bawah adonan. Setelah dipisahkan antara yang ada di bagian
bawah dengan bagian atas, campuran lumpur dan air dibuang. Campuran antara minyak,
logam dan belerang tersebut kemudian dipanasi dengan udara panas untuk menghilangkan
belerang hingga diperoleh logam oksid.
2. PROSES KERING (PIROMETALURGI)
Bijih logam yang sudah diproses menjadi logam oksid dimasukkan ke dalam dapur api untuk
mereduksi oksigennya dalam suatu proses dioksidasi dalam dapur tersebut. Logam oksid
dipanasi hingga cair belerang yang tersisa juga ikut terbakar pada saat yang sama.
Kandungan-kandungan yang lain misalnya silikon dan besi dioksidasikan menjadi terak yang
mengapung di atas cairan logam kemudian teraknya dipisahkan. Maka diperoleh cairan
logam dengan kadar kemurnian 99%.
3. PROSE BASAH (HIDROMETALURGI)
Prose ini sering juga dikatakan senagai elektro metalurgi. Dalam proses ini dengan oksid
ditenangkan dalalm larutan sulfat/alkali melalui saringan. Bila perliu digabung dengan reaksi
kimia tertentu untuk membebaskannya dari logam-logam yang tidak diinginkan. Kemudian di
masukkan ke dalam lautan tembaga sulfat (elektrolit untuk mengikutiproses elektrolisa)
dengan bntuan dua buah elektrode yang dialiri listrik arus searah. Larutan yang mengandung
logam dipisahkan. Logam-logam sebagai ion positif bergerak menuju katode negatif dan di
sana dibuang. Hasil dari proses elektrolisis ini adalah logam dengan kemurnian (98-99%).
4. PROSES KERAMIK
Logam yang bertitik lebur tinggi seperti wolfram dan molibdenium tidak dapat diproses
dengan proses kering maupun basah melainkan dengan proses keramik. Proses keramik/yang
biasa juga disebut proses sinter, terdiri atas penerjaan sebagai berikut:
a) serbuk logam karbida diberi pengerjaan pendahuluan, yaitu digiling, dicampur, ditamah
dengan lilin dan dijadikan butiran-butiran.
b) serbuk yang telah diberi pengerjaan pendahuluan ini dipadatkan.
c) bentuk yang telah padat tersebut diberi pengerjaan sinter pendahuluan pada suhu 700C.

d) bentuk padat yang telah diberi pengerjaan sinter pendahuluan tersebut dipadatkan lagi
dengan tekanan tinggi (60 N/cm2)
e) kemudian bentuk padat tersebut di sinter lagi pada suhy 1400C
f) selanjutnya hasil sinter yang kedua tersebut dicloning untuk menghilangkan distorsi bentuk
yang kecil dan menjaga komponen agar dalam toleransi yang dikehendaki.

PENUTUP
KESIMPULAN
Proses rekayasa dibidang Teknologi pada dasarnya merupakan upaya optimalisasi
penggunaan sumber daya alam secara efektif dan efisien agar memberikan manfaat sebesarbesarnya untuk kepentingan hidup manusia. Perkembangan peradaban manusia ditandai
dengan

meningkatnya

kebutuhan

dan

kemudahan

dalam

mencapai

tujuan

yang

diinginkannya, oleh karena itu berbagai cara dilakukannya dan selalu mencari berbagai
alternative yang lebih baik dan efisien melalui pemanfaatan energi yang ada. Ketersediaan
sumber energi alam serta meningkatnya populasi manusia, kembali manusia dituntut untuk
mencari dan menemukan energi alternative yang lebih efisien pula.
Dengan demikian moderenisasi peradaban manusia akan menuntut menusia itu sendiri
untuk selalu berfikir dan berusaha mengembangkan Ilmu pengetahuan dan keterampilannya
agar dapat memanfaatkan dan menemukan Teknologi baru yang lebih baik dan tepat guna,
karena pada dasarnya alam telah menyediakan berbagai materi yang cukup, hanya karena
keterbatasan pengetahuan kita materi tersebut tidak dapat dimanfaatkan, terlebih lagi pada era
globalisasi dimana bangsa yang maju akan lebih menguasi bangsa yang lemah. Berdasarkan
pada kenyataan ini nampak jelas bahwa pengetahuan tentang materi dan sumber daya alam
ini mutlak harus dikuasai agar dapat mengolah dan menggunakannya secara tepat dan

efisien sehinggga memberikan manfaat secara optimal untuk kehidupan manusia. Secara
sederhana kita akan bertanya: Materi apa yang akan kita olah dan kita manfaatkan, jika kita
tidak mengetahui materi tersebut? Logam merupakan salah satu materi alam yang memiliki
peranan penting dalam mendukung berbagai sektor kehidupan manusia yang memerlukan
pengembangan dengan berbagai penerapan teknologi.
Untuk itu banyak hal yang harus diketahui dan difahami karena ternyata
logam ini sangat kompleks dan bervariasi dari jenis hingga sifat dan karakteristiknya. Para
Ilmuwan telah sejak lama melakukan analisis dan dapat kita gunakan sebagai dasar teoritis
untuk dikembangkan secara produktif. Teknik Pengecoran merupakan salah satu metoda yang
dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan tentang ilmu logam ke dalam
bentuk berbagai produk yang bermanfaat, melalui rekomposisi dari berbagai unsur logam
menjadi sebuah unsur logam paduan sehingga akan diperoleh suatu produk dengan sifat
tertentu, yang selanjutnya akan diketemukan sebuah formulasi baru yang lebih baik dan teruji
secara ilmiah untuk dimanfaatkan menjadi produk berstandar yang bernilai tinggi sesuai
dengan kebutuhan kualitas produk yang pengecoran dilakukan dengan memilih berbagai
jenis bahan yang sesuai dengan sifat produk yang dikehendaki, melakukan peleburan atau
pencairan melalui pemanasan, menuangkannya ke dalam cetakan untuk memperoleh bentuk
dan dimensi benda yang diinginkan serta melakukan pengujian untuk mengetahui kesesuaian
kualitas produk terhadap kualitas yang disyaratkan.
SARAN
Untuk itu maka berbagai pengetahuan sebagai dasar pelaksanaannya harus dikuasai, antara
lain :
1. Pengetahuan Logam dan bahan-bahan Teknik
2. Membaca dan menggunakan Gambar
3. Memilih dan menggunakan alat ukur serta alat penandaan
4. Teknologi pengecoran dan pembuatan produk melalui pengecoran
5. Pengujian dan pemeriksaan
6. Mengenal berbagai metoda dan system Conversi energy
7. Pengetahuan tentang perkakas pertukangan kayu dengan operasi
mekanik dan manual.
8. Menerapkan berbagai aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

DAFTAR PUSTAKA
As`ad Sungguh, (1983), Kamus Istilah Teknik, Kurnia Esa, Jakarta.
B.J.M Beumer, (1987).Pengetahuan Bahan Jilid III, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
B. Zakharov, (1962), Heat treatment of metals, Peace Publishers, Moscow,.
B.s. Anwir, S. Basir Latif, W. Kaligis, Sidi Bakaroedin, (1953), Tafsiran Kamus Teknik,
H. Stam-Kebayoran Baru, Jakarta.
Carroll Edgar, (1965), Fundamentals of Manufacturing processes and materials,Addisonweslet publishing company, inc.London.
Daryanto, (2007), Energi, Pustaka Widyatama, Jogyakarta.
depdiknas RI dirjen pendidikan dasar menengah direktorat pendidikan menengah
kejuruan, (2002), Standar Kompetensi Nasional Bidang Industri Logam dan Mesin,
Jakarta.
Tata Surdia ir.,(1980), Teknik Pengecoran Logam, Pradnya paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai