NIM
: 13713054
Kelompok
: 12
Anggota (NIM)
Tanggal Praktikum
: 13 Oktober 2015
: 17 November 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk-produk berukuran besar dan kompleks biasanya dibuat melalui proses
perakitan/penyambungan dua komponen. Komponen-komponen tersebut biasanya
lebih kecil, bentuknya lebih sederhana, atau bagian yang terbuat dari material
yang berbeda. Penyambungan merupakan bagian penting dalam proses
manufacturing. Proses metalurgi seperti welding, brazing, dan soldering biasa
digunakan untuk menyambung logam dan sering melibatkan solidifikai lelehan
material.
Welding merupakan penyambungan permanen dua logam atau lebih dimana
logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Prosesproses pengelasan antara lain Gas Welding, Arc Welding, Resistance Welding,
Solid State Welding, Unique Welding, dll. Proses pengelasan yang biasa
digunakan saat ini adalah proses Arc Welding yang salah satunya adalah metode
Shield Metal Arc Welding (SMAW).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Menentukan Heat Input pada specimen hasil lasan yang telah diuji tarik
maupun specimen untuk proses metalografi
2. Menentukan tegangan ultimate specimen hasil proses pengelasan
3. Mendapatkan struktur mikro specimen hasil proses pengelasan melalui proses
metalografi
4. Menentukan harga kekerasan specimen hasil proses pengelasan
BAB II
TEORI DASAR
Pengelasan merupakan penyambungan dua atau lebih logam dimana logam
menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Pengelasan juga
dapat diartikan sebagai ikatan metalurgi yang diakibatkan oleh gaya tarik menarik
antar atom. Secara umum, proses pengelasan dibagi menjadi tiga :
1. Solid state welding, yaitu proses pengelasan tanpa terjadi pencairan.
Pengelasan jenis ini terbagi menjadi tiga, kimia (diffusion welding,
explosion welding), elektrik (resistance welding), dan mekanik (cold
welding, friction, ultrasonik).
2. Liquid state welding/fusion welding, yaitu proses pengelasan disertai
pencairan logam induk. Berdasarkan jenis sumber panasnya, pengelasan
jenis ini terdiri dari kimia (gas oxyfuel, thermite), dan elektrik (busur
listrik, resistansi, electron beam, laser beam).
3. Soldering & Brazing, yaitu penyambungan dua logam tanpa terjadinya
pencairan logam induk, yang mencair hanyalah logam pengisinya saja.
Perbedaan antara soldering dan brazing yaitu terletak pada titik cair logam
pengisinya. Titik cair logam pengisi proses Brazing sekitar 450o C 900oC
sedangkan untuk soldering, titik cair logam pengisinya kurang dari 450 o C.
Proses-proses pengelasan yang umum digunakan antara lain Gas welding, Arc
welding,
dan
Resistance
welding.
Gas welding
pemanasan lokal pada sambungan, lalu proses ini selesai setelah diberikan tekanan.
Contohnya yaitu spot welding, projection welding, dan seam welding.
Pada praktikum modul ini, proses pengelasan yang digunakan yaitu dengan
metode SMAW (shielded metal arc welding).
Proses SMAW, saat ini juga dikenal dengan istilah proses MMAW (Manual
Metal Arc Welding). Dalam pengelasan ini, logam induk mengalami pencairan akibat
pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan permukaan
benda kerja. Busur listrik yang ada dibangkitkan dari suatu mesin las. Elektroda yang
dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks dan karena itu
elektroda las kadang-kadang disebut kawat las. Elektroda ini selama pengelasan akan
mengalami pencairan bersama-sama dengan logam induk yang menjadi bagian
kampuh las. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam
cair yang berasal dari elektroda dan logam induk.
Elektroda pada proses SMAW ini dibungkus oleh fluks. Fluks ini akan ikut
mencair dan karena massa jenisnya lebih kecil dari logam las maka fluks ini berada
diatas logam las pada saat cair. Fluks ini akan mengikat kotoran membentuk slag
dengan tujuan menghindari kontaminasi dari udara luar selama pembekuan. Selain
itu, sebelum membentuk slag, fluks juga berfungsi sebagai pelindung saat pencairan
dengan menjadi terak yang menutupi logam las.
Untuk
proses
dapat
SMAW
peralatan,
seperti
mengelas dengan
diperlukan
mesin
beberapa
las,
kabel
topeng
las
proses
pengelasan
terjadi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menguji tarik satu sambungan las dan mencatat hasilnya, dan memotong satu
sambungan yang lain menjadi tiga bagian untuk dimounting
BAB IV
DATA PENGAMATAN
4.1 Data Pengamatan
Spesimen
: ST 37
Panjang
: 50 mm
Tebal
Kecepatan las
Elektroda
: E6013
: 2.6 mm
Voltase
: 220 V
Arus
: 80 A
Kekuatan tarik
: 45800 N
Uji keras
:
:
= 182.956 MPa
Metalografi
Keterangan :
1. Base metal
2. HAZ
3. Daerah lasan
BAB V
ANALISIS DATA
Praktikum proses pengelasan SMAW ini dilakukan dengan menggunakan
specimen baja ST 37. Dari praktikum ini, diperoleh data harga kekuatan tarik
specimen hasil lasan, struktur mikro specimen hasil lasan, dan harga kekerasan akhir
specimen.
Proses pengelasan ini menggunakan voltase 220 volt, arus 80 Ampere dengan
kecepatan pengelasan yang lambat (~2 mm/s). Dari parameter ini bisa dihitung heat
input pada proses pengelasan ini, yaitu sekitar 7-8 kJ. Heat input pada proses
pengelasan sangat bergantung pada parameter arus dan kecepatan pengelasan
terutama pada kelompok lain yang melakukan proses pengelasan dengan parameter
arus dan kecepatan yang berbeda-beda sehingga menghasilkan heat input yang
berbeda pula. Spesimen hasil lasan pada praktikum ini ada dua, satu untuk diuji tarik
dan yang lain untuk proses metalografi.
Jenis patahan specimen hasil lasan yaitu patah getas yang berada di daerah
lasan dengan kekuatan ultimatenya sebesar 182.956 MPa. Patah getas specimen
ditandai dengan bentuk patahan yang rata, halus, dan mengkilap. Patahnya specimen
di daerah lasan ini tentu tidak diinginkan karena pengelasan yang baik idealnya
adalah kekuatan daerah lasan dan logam induk sama. Berdasarkan literature, harga
kekuatan ultimate St37 berada pada rentang 360 510 MPa. Dari perbandingan ini
dapat disimpulkan bahwa daerah lasan merupakan daerah terlemah dari specimen.
Selain itu, adanya perbedaan kekuatan ultimate dengan literature disebabkan oleh
munculnya cacat-cacat yang terbentuk selama proses pengelasan. Jenis-jenis cacat
tersebut antara lain :
Porositas
yaitu terjebaknya gas ketika proses pembekuan. Gas tersebut dapat berasal dari
udara sekitar
kecil daripada ukuran butir di daerah HAZ dan lasan yang berbentuk kolumnar.
Sesuai dengan persamaan hall-petch semakin besar butir maka kekuatan dan
kekerasannya akan menurun. Di kelompok 5, harga kekerasan daerah HAZ lebih
tinggi karena proses pengelasannya cepat yang menyebabkan daerah HAZ yang
terbentuk lebih sedikit dan butirnya mungkin hanya bertransformasi sebagian. Di
kelompok 3, harga kekerasan daerah HAZ lebih rendah karena arus yang diberikan
lebih tinggi dan menyebabkan daerah HAZ besar dan kemungkinan transformasi
menyeluruh lebih besar.
Dilihat dari struktur mikro hasil proses pengelasan, pada base metal butirbutirnya cenderung bulat. Butir yang berbentuk bulat ini menandakan bahwa pada
daerah ini struktur mikronya dan fasanya tetap sama seperti sebelum melalui proses
pengelasan yaitu ferit dan perlit. Gambar struktur mikro kelompok lain juga relative
sama, yaitu agak bulat dengan fasa ferit dan perlit yang ditandai dengan warna putih
dan hitam.
Sedangkan pada daerah HAZ, struktur mikronya hampir semuanya berbentuk
kolumnar. Fenomena ini bisa juga disebut transformasi menyeluruh, artinya fasa ferit
+ perlit bertransformasi menjadi austenite 100%. Bentuk kolumnar ini berawal dari
batas fusi dan tumbuh kearah tengah daerah logam induk maupun logam las. Pada
kelompok lain, terutama kelompok 3 strukturnya berbentuk kolumnar dan ukurannya
lebih besar. Ukuran yang lebih besar ini disebabkan oleh adanya pengaruh arus yang
lebih besar sehingga menyebabkan daerah HAZ lebih besar dan butirnya besar-besar.
Pada kelompok 5, struktur HAZ nya masih ada yang berbentuk bulat meskipun
sebagian besar berbentuk kolumnar. Hal ini disebabkan oleh kecepatan pengelasan
yang cepat menyebabkan daerah HAZ lebih sempit dan transformasinya sebagian
tidak menyeluruh.
Pada daerah lasan, bentuk struktur mikronya sebagian besar berbentuk
kolumnar. Menurut teori, daerah logam las struktur mikronya mirip struktur cor
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Heat input pada proses pengelasan untuk specimen uji tarik sebesar 7.275 kJ
sedangkan untuk specimen metalografi sebesar 8.642 kJ.
2. Tegangan ultimate specimen proses pengelasan yang diuji tarik sebesar
182.956 MPa.
3. Struktur mikro specimen hasil pengelasan dapat dilihat pada subbab 4.3.
4. Harga kekerasan specimen hasil proses pengelasan di base metal sebesar 200
HV, di HAZ sebesar 191 HV, di lasan sebesar 182.667 HV.
5.2 Saran
Setelah dietsa, sampel sebaiknya langsung diamati dibawah mikroskop untuk
menghindari korosi yang lebih banyak
DAFTAR PUSTAKA
1. Suratman, Rochim & Hery Sonawan. 2004. Pengantar Untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam. Bandung : Penerbit Alfabeta.
2. DeGarmos. Materials and Processes in Manufacturing 10 th edition. John Wiley
& Sons, Inc. 2008.
3. Kalpakjian,S & Schmid, S. Manufacturing Engineering and Technology 6 th
edition. Pearson. 2009.
LAMPIRAN
Pertanyaan Setelah Praktikum
1. Apa penyebab
meperbaikinya
2. Proses pengelasan sering mengakibatkan munculnya tegangan sisa pada benda
kerja yang dilas , apa yang dimaksud dengan tegangan sisa , bagaimana
mekanisme terjadinya , dan bagaimana cara mencegahnya ?
3. Heat input pada arc welding dinyatakan sebagai Q=Vit , jelaskan perbedaan
pembangkitan panas pada arc welding dan resistance welding .
4. Pengujian apa saja yang bisa dilakukan untuk mengetahui kualitas lasan ?
5. Apa yang dimaksud dengan retak dingin ? Bagaimana mekanisme terjadinya retak
ding dan bagaimana cara mengatasinya ?
6. Apa yang dimaksud preheating dan postheating pada pengelasan serta apa pula
kegunaannya ?
7. Proses pendinginan hasil proses pengelasan lazimnya berlangsung relative cepat .
Apa pengaruh heat input terhadap laju pendinginan hasil proses pengelasan
8. Sebutkan jenis-jenis cacat yang terjadi pada daerah lasan ! Bagaimana cara untuk
mengatasi masalah tersebut !
Jawab :
1. Penyebab retakan pada lasan antara lain :
laju pendinginan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan munculnya fasa yang
keras dan getas dan bisa timbul retak
difusi hydrogen dapat memunculkan porositas pada daerah lasan dan bisa
menimbulkan retak
2. Tegangan sisa merupakan tegangan yang terjadi pada pelat yang dilas dan terus
ada hingga temperatur kamar. Selama pengelasan, daerah dibawah logam las akan
mengalami pemuaian, sedangkan daerah dibawahnya mencoba menahannya.
Bagian yang memuai itu akan mengalami tegangan tekan sedangkan daerah
dibawahnya melawan dengan tegangan tarik. Sebaliknya, selama proses
pendinginan, daerah dibawah logam las mengalami tegangan tarik dan daerah
dibawahnya melawannya dengan tekanan. Cara mencegahnya ialah dengan
memilih teknik pengelasan yang tepat sesuai materialanya, dan tegangan ini dapat
dikurangi dan dihilangkan dengan Post Weld Heat Treatment setelah pengelasan.
3. Pembangkitan panas pada arc welding dapat dilakukan menggunakan elektroda
maupun tidak. Tegangan AC atau DC akan menghasilkan busur antara ujung
elektroda dengan benda kerja yang akan dilas. Sedangkan pada resistance welding
digunakan hambatan listrik sepanjang dua komponen yang akan disambung
sehingga panas yang muncul akan mencairkan kedua komponen. Setelah itu
sistem dibiarkan agar terjadi proses pembekuan.
4. Pengujian sambungan las yaitu antara lain :
5. Retak dingin adalah retak yang terjadi pada temperature rendah yakni di bawah
temperatur martensit start (Ms ) yang besarnya kira kira 150 0 C. Faktor penyebab
retakan dingin pada lasan :
Laju pendinginan yang cepat pada daerah lasan dapat menyebabkan munculnya
fasa yang keras dan getas sehingga memunculkan adanya fissure
3. Apa pengaruh variasi kuat arus (lihat hasil kelompok lain) terhadap lebar daerah
HAZ yang terbentuk!
4. Tentukan besar butir pada daerah sambungan lasan. Sebutkan metode yang
digunakan.
Jawab :
1. Melakukan uji keras mikrovickers untuk tiap jarak tertentu dari bagian tengan
daerah las, kemudian memplot kurva kekerasan terhadap jarak dari bagian tengah
daerah las, dan bila ada variasi perubahan nilai kekerasan yang ekstrim untuk
suatu rentang jarak maka rentang tersebut merupakan lebar daerah HAZ
2.
205
Kekerasan
200
195
190
Kekerasan
185
180
Makin kekanan harga kekerasan semakin meningkat, dari mulai lasan, HAZ, dan
tertinggi base metal karena adanya pengaruh ukuran butir.
3. Semakin besar arus yang dipakai maka heat input akan semakin besar dan
menyebabkan daerah HAZ akan semakin lebar.
4. Dengan menggunakan metode heyn
: 198.291 MPa
Uji keras
Base metal
HAZ
Lasan
: 123.3855 MPa
Uji keras
Base metal
HAZ
Lasan