Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM
: 13713054
Kelompok
:3
Anggota (NIM)
Tanggal Praktikum
: 20 April 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiga material yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari- hari secara
umum yaitu logam, keramik dan polimer. Logam memiliki sifat kekuatan dan
keuletan yang tinggi, keramik memiliki sifat kekuatan dan kekakuan tinggi
sedangkan polimer memiliki sifat kekuatan dan densitas yang rendah.
Untuk memperoleh polimer yang memiliki kekuatan tinggi namun tetap
ringan salah satu caranya yaitu dengan digabung material lain yang memiliki
kekuatan tinggi. Material hasil penggabungan ini biasa disebut komposit. Polimer
biasanya digabung dengan serat untuk memperoleh sifat kekuatan yang tinggi.
Untuk memperoleh data sifat mekanik komposit dilakukan proses karakterisasi
dan pengujian mekanik.
BAB II
DASAR TEORI
Komposit merupakan material yang tersusun dari 2 atau lebih material berbeda
dan perbedaan material tersebut dapat diamati secara makroskopis. Komposit terdiri
dari dua komponen penyusun yaitu matriks dan penguat. Matriks adalah material
pengikat dari komposit. Penguat adalah komponen komposit yang memberikan
kekuatan pada komposit.
Material komposit diklasifikasikan sebagai berikut:
Berdasarkan jenis penguat:
Particle-reinforced composites
Large-particle composites (Cermets: tungsten carbida in cobalt, semen)
Dispersed-strenghtened composites (alumina in Al, Thoria in Ni alloy)
Fiber-reinforced composites: konstruksi kaku, kuat dan ringan
Discontinuous (Short) fiber composites
Continuous (long) fiber composites
Structural-reinforced composites
satu
faktor
yang
mempengaruhi sifat
komposit
adalah
perbandingan antara matriks dan penguat atau fraksi volume masing- masing
penyusun. Sesuai rumus:
c f V f mVm
c f V f mVm
E c E f V f E mVm
dimana:
: densitas (gr/cm3 )
c: komposit, f: fiber, m: matriks
Kekurangan
2. Compression Molding
Pada compression molding, preform serat diletakkan pada cetakan. Ketika
panas dan tekanan diberikan oleh cetakan, preform
Kekurangan
Kelebihan
Kekurangan
2. Compression Molding
Kelebihan
Kekurangan
3. Diapraghm forming
Kelebihan
: Hasil bagus
Kekurangan
4. Injection Molding
Kelebihan
Kekurangan
: Membutuhkan panas
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1
Data Pengamatan
Serat
Matriks
Metode
Jumlah Layer
: 4 layer
3.2
Massa Serat
Pengolahan Data
Pengujian Tarik : (1) = F/A = 3400/(25.06*2.54) = 53.41 MPa
(2) = F/A = 7000/(19.76*1.21) = 292.77 MPa
(matriks) = F/A = 1500/(11.7*5.5) = 23.31 MPa
Fraksi Volume : Perhitungan fraksi berdasarkan persamaan berikut :
- Volume komposit Vc = (Mc-Ms)/air
- Fraksi volume serat
- Fraksi volume matrix
= 1
Surya Eko
13713054
BAB IV
ANALISIS DATA
Praktikum modul ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tarik komposit
polyester berpenguat serat gelas dan fraksi volumenya dimana proses pembuatan
komposit tersebut dilakukan dengan metode wet hand lay up dan compression
molding. Data yang diperoleh berupa data gaya tarik maksimum, dimensi dan massa
komposit serta massa serat.
Proses pembuatan komposit dilakukan dengan mencampurkan polimer dan
serat gelas sebanyak empat layer. Kemudian komposit tersebut didiamkan sampai
mengeras, dimana untuk metode compression molding didiamkan dalam cetakan
yang diberi tekanan dari luar. Komposit yang sudah mengeras tersebut kemudian
dipotong dengan ukuran tertentu untuk dilakukan uji tarik, uji bakar dan uji densitas.
Uji tarik dilakukan untuk memperoleh tegangan komposit, uji bakar dilakukan untuk
memperoleh massa serat dan uji densitas dilakukan untuk memperoleh massa rendam
komposit. Dari data-data yang diperoleh tersebut kemudian diolah untuk
mendapatkan kekuatan komposit dan fraksi volume matriks, serat dan voidnya.
Fraksi volume yang dihasilkan dari pengujian ini menunjukan bahwa pada
metode wet hand lay up, sebagian besar komposit terisi oleh matriks (77%) dan
sedikit sekali void (7%). Sedangkan pada metode compression molding, kandungan
komponen penyusunnya hampir sama. Fraksi volume yang berbeda-beda ini akan
mempengaruhi sifat-sfat komposit yang terbentuk. Perbedaan fraksi volume ini
disebabkan terutama oleh jenis pemrosesan yang berbeda.
Pada metode wet hand lay up, matriks yang cukup banyak disebabkan oleh
penuangan resin yang berlebih pada tiap layer serat. Resin yang berlebih ini
mengakibatkan proses impregnasi ke sela-sela serat cukup cepat karena tekanan yang
diberikan semakin besar. Saat meratakan permukaan layer dengan roller, roller
tersebut tidak berputar sehingga harus dipaksa bergerak dan mengakibatkan proses
perataan menjadi lama. Akibat proses perataan yang lama tersebut mengakibatkan
sudah ada resin
mengakibatkan fraksi void komposit yang terbentuk sangat kecil. Sedangkan pada
metode compression molding, resin yang dituangkan sedikit dan setelah proses
penuangan resin langsung diratakan sehingga ada kemungkinan udara terperangkap
disela-sela serat dan mengakibatkan fraksi void yang terbentuk cukup besar (35%).
Resin yang baru terimpregnasi kedalam sela-sela serat kemudian langsung ditekan
dengan menggunakan mesin sehingga ada kemungkinan resin yang belum mengeras
akan tertekan keluar cetakan dan mengeras diluar yang mengakibatkan fraksi volume
matriks menjadi lebih sedikit sedangkan matriks didalam yang sudah mulai mengeras
kesulitan melepas udara yang terperangkap didalam sehingga kandungan void masih
tetap tinggi.
Hasil pengujian tarik menunjukan bahwa kek uatan tarik tertinggi pada
pengujian ini dimiliki oleh komposit dengan metode compression molding, disusul
komposit dengan metode wet hand lay up dan terakhir matriks itu sendiri. Kekuatan
tarik kedua komposit yang lebih tinggi daripada matriks disebabkan oleh adanya serat
gelas yang memiliki kekuatan lebih tinggi daripada matriks sehingga berdasarkan
rule of mixture kekuatan tarik kompositnya akan meningkat.
Secara teori, rule of mixture ideal dengan fraksi volume void diabaikan yaitu
komposit = f Vf /2+ m Vm = 3450*0.5/2 + 50*0.5 = 887.5 MPa (longitudinal)
Adanya perbedaan kekuatan tarik hasil pengujian dengan hasil teoritis disebabkan
oleh beberapa hal, seperti adanya void, keseragaman serat dan matriks serta dimensi
specimen.
Adanya void pada kedua proses secara tidak langsung mempengaruhi
kekuatan komposit karena void akan menghalangi transfer energy dan memicu
inisiasi crack dan jika void berada diserat menimbulkan kekuatan interfase komposit
jelek. Void tersebut muncul karena proses pengerjaan yang kurang baik oleh
praktikan. Idealnya pada komposit, arah serat sejajar dan kontinu dengan arah
pembebanan agar tegangan yang diterima serat bisa maksimal. Namun kenyataannya,
arah serat pada kedua jenis komposit tersebut tidak sejajar, ada yang tergunting dan
tercabut sehingga ketika komposit diberi pembebanan serat tidak menerima tegangan
secara maksimal. Selain itu, luas penampang kedua komposit yang dijadikan sampel
uji tarik berbeda juga turut mempengaruhi nilai kekuatan yang diperoleh. Luas
penampang komposit yang kecil memiliki defek void yang lebih sedikit dibandingkan
luas penampang yang lebih besar sehingga dapat dikatakan luas penampang specimen
yang kecil memiliki kepresisian kekuatan yang lebih tinggi. Yang terakhir faktor
kerataan dan dimensi tiap specimen yang berbeda akibat proses pemotongan yang
kurang baik juga turut mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kekuatan tarik komposit polyester berpenguat serat gelas dengan metode
manufaktur wet hand lay up yaitu sebesar 53.41 MPa sedangkan kekuatan
tarik dengan menggunakan metode manufaktur compression molding sebesar
292.77 MPa.
2. Fraksi volume serat, matriks dan void pada komposit polyester berpenguat
serat gelas dengan metode wet hand lay up yaitu sebesar 0.16, 0.77 dan 0.07
sedangkan fraksi volume serat, matriks dan void dengan metode compression
molding sebesar 0.36, 0.29 dan 0.35.
5.2 Saran
Perlu metode karakterisasi lain sebagai pembanding pengukuran fraksi
volume
DAFTAR PUSTAKA
1. Astrom, B.T., Manufacturing of Polymer Composites, 1st ed., Chapman and
Hall, London, 1997.
2. Judawisastra, Hermawan. 2011. Slide Mata Kuliah MT 3204 Material
Komposit. Rev 04. Program Studi Teknik Material. FTMD-ITB.
3. Judawisastra, Hermawan. Slide Mata Kuliah MT 3234 Material Komposit.
Micromechanics. Ver 2b. Program Studi Teknik Material. FTMD-ITB.
LAMPIRAN
Tugas setelah Praktikum
Sudah terjawab di Bab 2.
Tugas Tambahan
1.
1.