Daya Reaktif (Repaired)
Daya Reaktif (Repaired)
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Daya
Berdasarkan lintasannya, pergerakan suatu benda dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu gerak translasi, gerak parabola, dan gerak rotasi. Suatu benda dikatakan
bergerak rotasi jika lintasannya berupa lingkaran [9]. Jika ditinjau dari segi
penyebab terjadinya gerak, gerak rotasi dibedakan menjadi kinematika rotasi dan
dinamika rotasi. Kinematika rotasi merupakan salah satu cabang mekanika yang
mempelajari gerak rotasi tanpa mempelajari penyebab pergerakan tersebut seperti
gaya, massa, dan faktor lain [10]. Sedangkan dinamika rotasi lebih terfokus pada
penyebab terjadinya gerak rotasi tersebut.
Aplikasi gerak melingkar ini banyak dijumpai dalam kehidupan seharihari. Salah satu contohnya adalah pergerakan belt conveyor seperti terlihat pada
Gambar 3.1 (a). Plat besi yang bergerak melingkar akan selalu berulang pada titik
tertentu. Dengan memerhatikan sebuah titik pada lintasan geraknya, plat besi yang
telah melakukan satu putaran penuh akan kembali atau melewati posisi semula.
Waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran inilah yang disebut periode.
Sedangkan jumlah putaran tiap satuan waktu disebut sebagai frekuensi [10].
Dengan kata lain frekuensi merupakan kebalikan dari periode.
P
r
(a)
(b)
Gambar 3.1 Visualisasi Gerak Rotasi (a) Contoh Aplikasi Grak Rotasi pada Belt Conveyor
(b) Parameter-Parameter pada Gerak Rotasi [9]
15
Gambar 3.1 (b) menunjukkan beberapa parameter yang ada pada gerak
rotasi seperti kecepatan sudut ( ), jari-jari (r), dan kecepatan (v). Belt conveyor
yang mengalami gerak rotasi satu putaran akan memiliki panjang lintasan sebesar
s (keliling lingkaran) dan periode T. Sehingga besarnya kecepatan linier benda
tersebut dapat dirumuskan seperti Persamaan 3.1.
v
v
s
t
(3.1)
2r
T
v .r
(3.2)
(3.3)
dengan:
vp
= Waktu (s)
= Periode (s)
= Jari-jari (m)
16
bekerja secara otomatis. AVR di sini akan disambung dengan gate pafa Thyristor
untuk mengatur sudut firing.
Pada AVR juga terdapat 90R yang berfungsi sebagai setting tegangan
terhadap line luar atau tegangan paralel pada sistem distribusi.
3.3 Temperatur Stator Winding
Proximity induktif juga dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan gerak
putar dari suatu benda. Pengukuran seperti ini dilakukan dengan memasang plat
logam pada benda yang bergerak melingkar. Plat logam ini akan menjadi
penghantar yang dapat melemahkan osilator ketika berada di depan proximity
induktif. Visualisasi dari prinsip kerja proximity induktif sebagai pengukur
kecepatan rotasi dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Aplikasi Proximity Induktif sebagai Alat Ukur Kecepatan Sudut
17
v'v
.100%
v'
(3.4)
dengan:
v'
diketahui untuk menghitung besarnya persentase slip adalah selisih kecepatan set
point dengan kecepatan tension pulley. Untuk memonitor adanya selisih kecepatan
tension pulley dari kecepatan drive pulley digunakanlah sistem slip monitoring.
Nilai waktu tanggapan tripping yang digunakan untuk pemutusan kontaktor
adalah:
-
18
Tension Pulley
Motor
M
Gambar 3.4 Proses Pengukuran Jumlah Pulsa Keluaran dari Proximity Induktif
Perbandingan jumlah pulsa yang terukur pada drive pulley dan tension
pulley seperti pada Gambar 3.4 dapat dihitung dengan mengalikan perbandingan
jumlah plat besinya, perbandingan diameternya, dan besarnya gear ratio.
Persamaan untuk menghitung perbandingan jumlah pulsa (pulse) dapat dilihat
pada Persamaan 3.5 [15].
x n.
m
p
Dr
Dp
(3.5)
dengan:
x
Dr
Dp
selisihnya dengan jumlah pulsa nominalnya. Besarnya persentase slip jika ditinjau
dari jumlah pulsanya dapat dihitung dengan menurunkan Persamaan 3.4 dan
Persamaan 3.5.
v'v
.100%
v
1 1 n. m .Dr .r p
.
Dp
x' x
S
.100%
1 n. m .D r .r p
.
x
Dp
x x'
S x.x' .100%
1
x
S
x x'
.100%
x'
x ' x x.S
(3.6)
(3.7)
dengan:
x'
20
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
3
4
5
Gambar 3.5 Komponen-Komponen Tampilan Belt Tension
Berdasarkan Gambar 3.5, komponen dari belt tension terdiri display load
cell 1, display load cell 2, tombol switch, display black scale, dan display blue
scale. Hasil pembacaan sensor berat akan ditampilkan pada display load cell 1 dan
2. Kemudian total berat di belt conveyor ditunjukkan oleh black scale atau blue
scale. Black scale memiliki skala yang lebih kecil daripada blue scale. Skala pada
black scale pada CD-03 sebesar 60 ton sedangkan skala pada blue scale sebesar
120 ton. Ketika berat di belt conveyor melebihi skala pada black scale maka
display dapat dipindahkan ke blue scale menggunakan tombol switch.
Belt tension akan mendapat input dari load cell 1 dan load cell 2. Kedua
load cell tersebut akan dijumlahkan. Dari hasil pembacaan tersebut dapat
diketahui besarnya gaya yang bekerja pada belt conveyor. Besarnya berat batubara
21
pada belt conveyor akan mempengaruhi kecepatan belt conveyor. Semakin besar
beratnya maka kecepatan geraknya akan semakin kecil. Jika ditinjau pada kondisi
ideal, besarnya gaya yang bekerja pada belt conveyor dapat dirumuskan pada
Persamaan 3.7 dengan menganggap kecepatan belt conveyor adalah kecepatan set
point.
w
n.Pm . .M s
v
(3.8)
dengan:
w
= Jumlah Motor
m
Ms
dengan kebutuhan [5]. Ketika belt conveyor sedang dalam posisi running maka
akan terus memonitor perbandingan kecepatan sudut di tension pulley dan drive
pulley. Hasil pengukuran dari proximity induktif berupa perbandingan
kecepatan
sudut
tersebut
akan
ditampilkan
menjadi
jumlah
pulsa
(pulse) di Mini PLC LOGO [6]. Tampilan dari sistem kontrol Mini PLC LOGO
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Display conveyor
run/off
Display jumlah
pulsa
Gambar 3.6 Sistem Kontrol Mini PLC LOGO pada Belt Conveyor CE-41
Fungsi dasar yaitu gerbang AND, gerbang AND with edge evaluation,
gerbang NAND, gerbang NAND with edge evaluation, gerbang OR, gerbang
NOR, gerbang XOR dan gerbang NOT.
23
2.
yang diinginkan. Mini PLC LOGO tidak akan berfungsi jika digunakan dalam
keadaan kosong tanpa program perintah yang dikenalinya. Program harus ditulis
dengan bahasa dan file program yang dikenali, setelah itu baru didownload
kedalam PLC [6].
Prinsip-prinsip Daya
1. Daya sesaat
Merupakan hasil kali tegangan sesaat dengan arus sesaat yang
mengalir pada rangkaian.
P(t) = v(t).i(t)
2. Daya Rata-Rata
Dapat dihitung dengan mengintegralkan fungsi daya sesaat untuk
sembarang interval waktu yang panhjangnya satu peroide gelombnag,
dan kemudian membagi hasilnya dengan panjang perioe tersebut
P
1
T
p(t )dt
0
3. Daya Kompleks
Merupakan perkalian tegangan V dengan arus I dalam kedua
besaran ini dalam bentuk bilangan kompleks yaitu VI* yang
dinamakan daya kompleks dengan simbol S, dalam satuaan Volt
Amper (VA), kilo Volt Amper (kVA), Mega Volt Amper (MVA)
S=V.I*
4. Daya aktif
Daya aktif atau daya nyata dirumuskan dengan S cos atau V.I*
cos dengan simbol P.
p S cos VI cos
5. Daya Reaktif
Daya reaktif atau daya khayal dirumuskan dengan
dengan simbol
Q, dalam satuan Volt Amper Reaktif (VAR), Kilo Volt Amper Reaktif
(Kvar), Mega Volt Amper Reaktif (MVAR). Jadi daya reaktif dapat
dirumuskan
24
Q S sin VI * sin
Daya reaktif ini ada yang bersifat induktif dan ada yang bersifat
kapasitif.
6. Segitiga Daya
Merupakan sketsa dari daya kompleks, daya reaktif dan daya aktif.
S=VI
Q=VI*
p VI * cos
25