Anda di halaman 1dari 10

A.

MULUT
1. Ulkus Aftosa / Stomatitis Aftosa (Canker Sore)
Morfologi :

Lesi ini berupa ulkus kecil tungga atau multipel (biasanya garis tengah
kurang dari 5 mm), terdapat pada mukosa oral.

Biasanya lesi nyeri dan tampak dangkal dengan anyaman nekrotik yang
hemoragik, berupa erosi superfisial bundar yang sering ditutupi oleh eksudat putih abuabu dengan cincin eritematosa.

Lesi ini mungkin sendiri-sendiri atau berkelompok di mukosa oral


nonkerati, terutama mole; mukosa bukolabial, dasar mulut, dan tepi lateral lidah.
Etiologi :
Tidak diketahui, tetapi kemungkinan bersifat imunologis; sering dipicu oleh
stress, demam, sebagian penderita mempunyai hubungan dengan kelainan
gastrointestinal, seperti penyakit coehac atau radang usus besar.
2. Infeksi Virus Herpes (Stomatitis Herpetika)
Morfologi :
Pada reaktivasi (demam, pajanan matahari atau dingin, infeksi saluran nafas,
trauma), muncul vesikel kecil (garis tengah kurang dari 5 mm) soliter atau multipel yang
mengandung cairang jernih.
Lesi paling sering terbentuk di bibir atau sekitar hidung, dan dikenal sebagai
cold sores atau fever blister.
Vesikel cepat pecah, meninggalkan ulkus dangkal nyeri yang sembuh dalam
beberapa minggu, tetapi sering terjadi kekambuhan.
Etiologi :
Disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) tipe I.
Patogen ditularkan dari orang ke orang, umumnya melalui ciuman; setelah
usia pertengahn lebih dari empat populasi telah terinfeksi.
Pada sebagian orang dewasa, infeksi primer bersifat asimtomatik, tetapi virus
menteap dalam keadaan dominan di dalam ganglion di sekitar mulut (misal, trigeminus).
3. Infeksi Fungal
Kandidiasis oral (thush, moniliasis)
Morfologi :
Timbul sebagai plak putih pada mukosa oral yang terdiri atas anyaman hifa
jamur, yang menginvasi epitel, berrsama dengan polimorfonukleus dan fibris.

Infeksi dapat mengenai neonatus, penderita yang memperoleh terapi


antibiotik spektrum luas dan invidu yang immunocompromised.
Etiologi :
Disebabkan oleh ragi yang mirip jamur Candida albicans, yang merupakan
penghuni normal rongga mulut yang ditemukan pada 30-40% populasi.
4. Leukoplakia
Morfologi :

Merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan lesi-lesi kecil keratosis


dan bersifat premaligna.
Suatu bercak atau plak mukosa keputihan berbatas tegas yang disebabkan
oleh penebalan epidermis atau hiperkeratosis.
Etiologi :
Lesi tidak diketahui sebabnya, kecuali bahwa terdapat keterkaitan erat dengan
pemakaian tembakau, terutama merokok dengan pipa dan tembakau dengan asap
(kantung tembakau, tembakau sedotan, mengunyah).
Yang keterkaitannya lebih lemah adalah gesekan kronis, misalnya akibat gigi
palsu yang pemasangannya kurang pas atau gigi yang bergerigi, penyalahgunaan alkohol,
dan makanan iritan.
Antigen papiloma virus manusia dilaporkan ditemukan di sebagian lesi yang
berkaitan dengan tembakau, yang menimbulkan kemungkinan bahwa virus dan tembakau
bekerja sama untuk memicu pembentukan lesi ini.
5. Kanker rongga mulut dan lidah
Morfologi :
Hampir semua kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa. Lesi ini
dapat menimbulkan nyeri lokal atau kesulitan menelan, tetapi banyak yang asimtomatik
sehingga lesi (yang terbiasa dirasakan oleh lidah) diabaikan.
Tempat asal yang predominan (sesuai urutan frekuensi) adalah :
a. Batas vermilion tepi lateral bibir bawah
b. Dasar mulut
c. Batas lateral lidah yang bergerak.

Lesi awal tampak sebagai penebalan sirkumskripta yang berwarna putih


seperti mutiara hingga abu-abu dan sangat mirip dengan bercak leukoplakia.
Lesi kemudian tumbuh secara eksofitik dan menghasilkan nodus yang mudah
terlihat dan diraba yang akhirnya tumbuh seperti fungus, atau mungkin mengambil pola
pertumbuhan endofitik invasif dengan nekrosis sentral sehingga terbentuk ulkus kanker.

Tumor biasanya adalah karsinoma sel skuamosa penghasil keratin yang


berdiferensiasi sedang sampai baik.
Sebelum lesi berkembang jauh biasanya dapat ditemukan atipia, displasia,
atau karsinoma in situ di tepi lesi, yang mengisyaratkan bahwa lesi berasal dari
leukoplakia atau eritroplasia.
Penyebaran ke kelenjar getah bening regional jarang ditemukan pada awal
diagnosis kanker di bibir pada sekitar 50% kasus kanker di lidah, dan pada lebih 60% dari
mereka yang kankernya di dasar mulut.
Penyebaran ke jaringan atau organ jauh di toraks atau abdomen lebih jarang
daripada penyebaran regional.
Etiologi :
Pada awalnya tidak terasa nyeri dan tidak terdeteksi, terutama bila mengenai
daera seperti tiga belakang yang menyebabkan gangguan menelan dan bicara. Ini

menyebar sampai ke seluruh vital, sehingga prognosis kanker lidah lebih buruk
dibandingkan dengan kanker bibir.
B. FARING
1. Faringitis ;
a. Faringitis Viral
Morfologi :

Penderita dengan infkesi ini mula-mula mengeluh faringitis atau


timbul faringitis pada masa sakitnya.

Faringitis merupakan gambaran umum dari demam yang umum,


influenza, campak dan mononukleosis (demam kelenjar)
Etiologi :
Penyebab utamanya adalah infeksi virus, tetapi virus penyebabnya
jarang teridentifikasi.

Diduga sebagian besar kasus disebabkan oleh adenovirus, tetapi


infeksi virus lainnya terutama yang berada pada traktus respitarius juga ikut
bertangggung jawab.
b. Faringitis Streptokokus
Morfologi :

Lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan infeksi akibat virus.

Pada penderita yang non-imun timbul bercak-bercak kulit yang


tersebar luas (demam scarlet) dan kadang-kadang menderita proliferatif
glomerulonefritis akut, demam reumatik atau purpura Henoch-Schonlein.
Etiologi :

Disebabkan oleh streptokokus.

c. Faringitis ulseratif

Morfologi :
Merupakan komplikasi yang umum dari agranulositosis (defisiensi
polimoronukleus) akibat leukemia atau kegagalan sum-sum tulang.
Etiologi :
Dahulu penyebabnya yang penting adalah difteri, tetapi dewasa ini di
berbagai negara sudah dilakukan erdikasi dengan imunisasi.
2. Tonsilitis
Morfologi :
Merupakan kumpulan jaringan limfoid yang ditutupi oleh epitel skuamosa
non-keratin yang melanjut ke dalam beberapa celah; dapat berperan sebagai
tempat debris atau nidus infeksi.
Etiologi :
Disebabkan oleh bakinfeksi bakteri yang menimbulkan radang akut atau,
yang lebih sering terjadi, kekambuhan radang kronis yang menimbulkan
pembesaran tonsil dan kelemahan umum.
3. Tumor
Morfologi :
Dapat berupa karsinomar epidermoid dan karsinoma sel transisional yang
memberikan gambaran epitel transisional di antara epitel skuamosa dan kolumner,
epitel jenis respirtorius
Kebanyakan adalah anaplastik (undiferensiasi) dan dapa ditemukan limfoma
pada tonsil
Etiologi :

Penyebabnya belum dapat diidentifikasi, tetapi penderita karsinoma


nasofaring mempunyai titer antibodi terhadap virus Epstein-Barr yang tinggi
dibandingkan dengan kontrol sesuai umur, dan bagian dari genom virus EpsteinBarr ini ditemukan pada jaringan kanker.

C. ESOFAGUS
1. Akalasia
Morfologi :

Relaksasi inkompletsfingter esofagus bawah sebagai respon terhadap


menelan.
Ditandai dengan disfagia progresif dan ketidakmampuan menyalurkan secara
total makanan ke dalam lambung.
Etiologi :
Tidak diketahui, autoimun dan riwayat infeksi virus diajukan sebagai hipotesis,
tetapi masih belum dibuktikan.
2. Esofagitis
Morfologi :
Dapat terjadi secara akut maupun kronik.
Esofagitis ringan secara makroskopis mungkin tampak sebagai hiperemia
biasa, tanpa kelainan histologik.

Sebaliknya, mukosa pada esofagitis berat memperlihatkan erosi epitel


konfluen atau ulserasi total ke dalam sub mukosa.
Etiologi :
Peradangan ini disebabkan oleh antara lain intubasi lambung berkepenjangan,
uremia, ingesit bahan korosif atau iritan, dan radiasi atau kemoterapi.
3. Karsinoma esofagus
Morfologi :
Insiden sangat bervariasi secara geografik
Berhubungan dengan faktor lingkungan
Dua jenis utama: karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma

Kebanyakan adenokarsinoma berasal dari epitel kolumner metaplastik


(esofagus Barrett)
Etiologi :

Esofagitis kronis; Esofagitis lama, akalasia, sindrom Plummer-Vinson


(selaput esofagus, anemia mikrositik hipokromik, glositis atrofikans)
Gaya hidup; konsumsi alkohol, penyalahgunaan tembakau.
Makanan; defisiensi vitamin (A,C, riboflavin, tiamin, piridoksin), defisiensi
trace metal (seng, molibdenum), pencernaan makanan oleh fungus, kandungan
nitrit/nitrosamin yang tinggi
Predisposisi genetik; Tilosis (hiperkeratosis telapak tangan dan kaki)
4. Gastroesofagus Refluks (GERD)
Morfologi :
Seringkali disebut nyeri ulu hati karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam
yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau menimbulkan rasa
seperti terbakar di esofagus.

Terjadi karena adanya aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esofagus.
Etiologi :
GERD biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan melemahnya tonus
sfingter esofagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih tinggi dari esofagus.
Hernia hiatus yang merupakan penonjolan sebagian lambung melalui lubang
diafragma juga dapat menyebabkan refluks.
D. LAMBUNG
1. Gastritis
Morfologi :
Gastritis Kronik :

Apapun penyebab atau distribusi histologik gastritis kronis, peradangan


terdiri atas infiltrat limfosit dan sel plasma di lamina propria, kadang-kadang disertai
peradangan neutrofilik di regio leher lubang mukosa.

Peradangan mungkin disertai oleh pengurangan kelenjar dengan derajat


bervariasi dan atrofi mukosa.
Metaplasia intestinalis mengacu pada digantikannya epitel lambung oleh sel
kolumnar dan goblet varian usus.

Profifersi jaringan limfoid di dalam mukosa lambung yang dipicu oleh


Helicobacter pylori diperkirakan sebagai prekursor limfoma lambung.
Gastritis Akut :

Eoris dan pendarahan yang timbul mudah dilihat dengan endoskopi dan
disebut gastritis erosif akut.

Semua varian ditandai dengan edema mukosa dan infiltrat peradangan


neutrofi dan mungkin oleh sel radang kronis.
Gastritis akut mungkin lenyap dalam beberapa hari dengan mukosa normal.
Etiologi:
Gastritis akut sering disebabkan oleh cedera kimia (misalnya alkohol, obat)
Bentuk umum gastritis kronis merupakan akibat infeksi Helicobacter pylori
Gastritis kronis juga disebabkan oleh proses autoimun, sering menyebabkan
defisiensi vitamin B12
Gastritis kimia (reaktif) disebabkan oleh regurgitasi bilians atau kerusakan
akibat obat.
2. Ulkus Peptikum
Morfologi :
Putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel.
Lesi kronis, umumnya solitar, yang dapar terjadi di setiap bagian saluran
cerna yang terpajan getah asam-peptik.
Etiologi:
Hiperasiditas, gastritis Helicobacter, refluks duodenum, NSAIDs, merokok,
dan faktor genetik.

3. Karsinoma Lambung
Morfologi :
Sebagian besar adenokarsinoma
Kasus sebagian besar ditemukan secara klinis sudah lanjut
Kasus dini (karsinoma terbatas pada mukosa atau submukosa) mempunyai
prognosis baik
Semua ulkus gaster harus dianggap mempunyai potensi ganas.
Etiologi:
a. Adenokarsinoma Tipe-Intestinal
Makanan;
1) Nitrit yan berasal dari nitrat (ditemukan dalam makanan dan air minum, dan
digunakan sebagai pengawet daging) dapat mengalami nitrosoamin dan nitrosamida.
2) Makanan yang diasapkan dan acar
3) Asupan garam berlebihan
4) Menurunnya asupan buah dan sayuran segar;
Gastritis kronis dengan metaplasia intestinal;
1) Infeksi Helicobacter pylori
2) Anemia pemisiosa
Kelainan anatomi; Setelah gastektomi distal subtotal
b. Karsinoma Difus
Faktor resiko belum diketahui kecuali muutasi herediter E-kaderin(jarang
ditemukan)
Sering terdapat infeksi Helicobacter pyloriHelicobacter pylori dan gastritis
kronis
4. Dispepsia
Morfologi :
Nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering
dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut.
Etiologi:
Ketidakpatuhan diet, waktu makan tidak teratur, dan adakalanya berhubungan
dengan ketakutan dan tekanan jiwa.
E. USUS HALUS
1. Ulkus Duodenum
Morfologi :

90% Terjadi pada bulbus duodeni dan pendarahan sering pada dinding
posterior bulbus duodeni.
Seringkali mengalami sekresi asam berlebihan.
Etiologi :

Stress psikosial dan kecemasan kronis, obat ulsergenik, alkohol, dan


tembakau.

2. Obstruksi Usus
Morfologi :
Gangguan (apapun penyebabnya) aliran isi usus sepanjang saluran usus dapat
bersifat akut maupun kronis, parsial maupun total.
Obstruksi usus kronis biasanya mengenai kolon akibat adanya karsinoma atau
pertumbuhan tumor, dan pergerakannya lambat. Sebagian besar obstruksi mengenai usus
halus.
Terdapat dua jenis obstruksi usus : (1) Non-Mekanis (misalnya, ileus paralitik
atau ileus adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang
memengaruhi pengendalian otonom motilitas usus. (2) Mekanis, terjadi obstruksi di
dalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.
Etiologi :
Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik; pembelahan abdomen karena
adanya penghambatan peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refleks
penghambatan peristaltik ini disebut ileus paralitik.
Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi
traumatik, terutama setelah fraktur iga, trauma medula spinalis, dan fraktur tulang
belakang.

Obstruksi mekanis; faktor usia, kanker kolon, benda asing dan kelainan
kongenital.
3. Divertikulosis
Morfologi :
Duplikasi usus berbentuk dua tabung tubulr atau berbentuk kista di mesenterium.
Merupakan penonjolan keluar dari keseluruhan tebal dinding usus, dan ini terjadi pada
duodenum dan jejenum.
Etiologi :

Peningkatan kontraksi peristaltik disertai peningkatan abnormal tekanan


intralumen
Defek lokal yang khas di dinding otot kolon normal
F. USUS BESAR
1. Karsinoma Kolon (Kanker Usus Besar)
Morfologi :
Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, anemia, anoreksia, dan
penuruan berat badan
Etiologi :
Masih belum diketahui pasti, namun telah dikenali beberapa faktor disposisi.
Faktor disposisi; Hubungan antara kolitis ulseratif (yaitu tipe polip kolon
tertentu) dengan kanker usus besar, kebiasaan makan.
2. Kolitis Ulseratif
Morfologi :

Merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung


lama disertai remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti

Reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kripte


Lieberkuhnn, yang akhirnya menimbulkan ulserasi mukosa.
Penyebaran lesi menyeluruh sampai rektum.
Etiologi :
Tidak diketahui
3. Penyakit Crohn (Kolitis Granulomatosa)
Morfologi :
Bagian usus yang terserang adalah bagian transmural.
Terkenanya penyakit Crohn kebanyakan segmental yaitu panjang usus yang
terkena penyakit dipisahkan oleh jaringan yang normal. Segmen penyakit yang terpisah
disebut sebagai skip lesions.
Terdapat granuloma yang mengandung makrofag epiteloid dan sel datia, yang
umumnya jenis Langhans, dikelilingi oleh kelompok limfosit.
Etiologi :
Tidak diketahui
G. RECTUM & ANUS
a. Gangguan fungsional intestinal : konstipasi, megakolon
Morfologi :
- Merupakan kondisi sulit atau jarang untuk defekasi. Definisi ini bersifatsubjektif
dan dianggap sebagai penurunan relatif jumlah air besar padaindividu.
Etiologi :
- Dapat disebabkan oleh trauma korda spinal, sklerosis multipel,neoplasma usus,
dan hipertiroidisme.
- Penyakit Hirscprung (megakolon konginetal) bisa juga menyebabkan konstipasi.
Biasanya tampak segera setelah lahir.
b. Megakolon konginetal (penyakit Hirschprung)
Morfologi :
- Penyakit yang ditandai dengan disfungsi pleksus mienterik di usus besar.
Etiologi :
- Disebabkan ketiadaan ganglion autonom kongenital yang mepmersarafipleksus
mienterik di taut anorektum dan seluruh atau sebagian rektumdan kolon.
c. Hemoroid / wasir (interna dan eksterna)
Morfologi :
- Hemoroid adalah dilatasi varises pleksus vena sub mukosa anus danperianus.
- Hemoroid interna adalah varises vena hemoroidalis superior dan mediamuncul
di atas garis anorektum dan ditutupi mukosa rektum.
- Hemoroid eksterna adalah varises yang muncul di bawah garisanorektum
mencerminkan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior danditutupi oleh mukosa anus.

- Keduanya adalah pembuluh darah yang melebar, berdinding tipis, danmudah


berdarah, kadang-kadang menutupi perdarahan dari lesi proksimalyang lebih serius.
Etiologi :
- Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguanaliran
balik dari vena hemoroidalis.
- Konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan,pembesaran
prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum telah diajukan sebagaietiologi hemoroid.
d. Karsinoma rektum
Morfologi :
- Terjadi perubahan kebiasaan buang air besar, yang menyebabkan diareatau
konstipasi.
- Darah yang nyata atau samar dalam feses merupakan tandakewaspadaan.
- Berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya.
Etiologi :
- Terjadi dapat disebabkan diet zat makanan tinggi bahan fitokimiamengandung
zat gizi seperti serat, vitamin C, E, dan karoten dapatmeningkatkan fungsi kolon dan
bersifat protektif dari mutagen yangmenyebabkan timbulnya karsinoma

Anda mungkin juga menyukai