Pembimbing:
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
dr. Hari Trilunggono, Sp.M
Disusun oleh :
Niken Faradila Kartika Utami
1410221038
1410221018
1410221008
Pinta Anastasia
1410221003
1410221005
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
OS Glaukoma Primer Sudut Tertutup
ODS Retinopati Hipertensi
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Tk.II dr. Soedjono Magelang
Oleh :
1410221038
1410221018
1410221008
Pinta Anastasia
1410221003
1410221005
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga laporan kasus ini telah berhasil diselesaikan. Tiada gading yang
tak retak dan tiada hasil yang indah tanpa dukungan pihak-pihak yang telah
memberikan pertolongan, demikianlah laporan kasus ini tersusun dan
terselesaikan. Oleh sebab itu, penulis menggunakan kesempatan ini untuk
mengucapkan terimahasih kepada :
1. dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dan dr. Hari Trilunggono, Sp.M selaku
pembimbing yang sabar dalam membimbing dan memberikan
pengarahan. Beliau juga telah mengorbankan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan, serta koreksi demi
kesempurnaan laporan kasus ini
2. Ucapan terimakasih kepada seluruh keluarga FK UPN 2010 terkhusus
untuk sahabat-sahabat tercinta dan semua pihak terkait yang telah
membantu proses pembuatan laporan kasus ini terimakasih untuk
semangat dan kebersamaan selama ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan. Penulis berharap
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan serta bagi semua pihak yang membutuhkan.
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
: Tn. TN
Jenis Kelamin
: Pria
Usia
: 49 tahun
Pekerjaan
: Pekerja Swasta
Alamat
: Payaman, Secang
Tanggal Masuk
: 6 Juli 2015
RMK
: 086649
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
: Nyeri pada mata kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RST dr. Soedjono Magelang pada
tanggal 6 Juli 2015 dengan keluhan nyeri hebat pada mata sebelah kiri
sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri pada mata
kiri timbul mendadak dan dirasakannya terus-menerus. Nyeri dirasakan
berkurang sesaat setelah tidur. Pasien juga mengeluh mata kiri merah,
sedikit berair namun tidak terdapat adanya kotoran, serta tidak ada rasa
kelilipan dan tidak gatal. Pasien juga mengeluh penglihatannya
mendadak menjadi kabur setelah timbulnya nyeri pada mata kiri pasien.
sebelumnya, sejak 1 tahun lalu, pasien mengaku penglihatannya sedikit
berkurang pada kedua matanya, namun sejak 1 hari lalu saat nyeri
dirasakan pada mata kiri pasien, keluhan pandangan buram semakin
memburuk pada mata kiri. Sebelum keluhan tersebut dirasakan, pasien
mengaku sempat mengeluh sakit kepala yang terus menerus. Keluhan
mual dan muntah juga sempat dirasakan pasien. Melihat pelangi di
sekitar lampu sempat dirasakan oleh pasien beberapa hari yang lalu.
Pandangan yang menyempit dan tersandung jika berjalan juga disangkal
oleh pasien. Pasien tidak memiliki masalah dalam penglihatan jauh.
Keluhan pandangan berkabut juga disangkal oleh pasien.
Pasien tidak mengalami gejala yang serupa seperti di atas pada mata
kanannya. Ia masih dapat melihat jauh dengan mata kanannya. Namun
untuk membaca, ia memerlukan kacamata baca, bila tidak, ia harus
menjauhkan bahan bacaannya agar tampak lebih jelas. Sebelumnya
pasien belum pernah menggunakan kacamata baca.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Diketahui pasien menderita hipertensi dan baru mengetahuinya sejak 3
tahun lalu. Riwayat kencing manis, riwayat penggunaan obat-obatan
tertentu, riwayat trauma, riwayat operasi mata dan penyakit mata lainya
disangkal oleh pasien.
D. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat untuk hipertensinya namun diakui pasien
sejak 2 tahun terakhir pasien jarang mengontrol tekanan darahnya.
Pasien juga mengaku tidak pernah memilih-milih makanan yang hendak
dimakannya.
E. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti yang
dialami pasien. Ayah pasien menderita tekanan darah tinggi dan
diketahui sudah meninggal dunia akibat stroke. Riwayat kencing manis
dan sakit mata pada keluarga disangkal oleh pasien.
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Kesan ekonomi cukup.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
Kooperatif
Status Gizi
Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu
: Baik
: Compos Mentis
: Kooperatif
: Cukup
: 160/100 mmHg
: 82 x/mnt
: 20 x/mnt
: 36,70C
B. Status Ophthalmicus
NO
1
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi Visus
Gerakan Bola Mata
OD
6/15
NC
Add S + 1.75
Baik ke segala arah
OS
2/60
NC
Add S + 1.75
Baik ke segala arah
2
3
Bulbi
- Eksoftalmus
- Endoftalmus
Palpebra
- Edema
- Hematom
- Xantelasma
- Sikatrik
- Entropion
- Ekstropion
- Triksiasis
- Lagoftalmus
- Ptosis
- Blefarospasme
- Laserasi
Konjungtiva
- Injeki Konjungtiva
- Injeksi Siliar
- Kemosis
- Sekret
- Bangunan Patologis
- Perdarahan
subkonjungtiva
Kornea
- Kejernihan
- Edema
- Infiltrat
- Ulkus
- Sikatrik
- Pannus
- Aberasi
COA
- Kedalaman
- Hifema
- Hipopion
Iris
- Kripte
- Edema
- Iridodialisa
- Rubeosis
- Sinekia
- Iris Bombe
Tidak ditemukan
-
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
-
+
+
+
-
Jernih
-
Keruh
+
-
Dalam
-
Dangkal
-
+
-
+
+
Tidak ditemukan
+
10
11
12
13
14
Pupil
- Bentuk
- Diameter
- Reflek Pupil
Langsung
Tidak Langsung
Lensa
- Kejernihan
- Dislokasi Lensa
Subluksasi
Luksasi
- Iris Shadow
Corpus Vitreum
- Kejernihan
- Perdarahan
Fundus Refleks
Funduskopi
- Papil
- Vasa
- Macula lutea
- Retina
Bulat
3 mm
Aga Oval
5 mm
+ Normal
+ Normal
Jernih
Jernih
Jernih
Tidak ditemukan
(+) cemerlang
Fokus +2
Papil bulat, batas tegas,
papil
edema
tidak
ditemukan, CDR 0,3,
Ekskavasio
Glaucomatous (-)
Jernih
Tidak ditemukan
(+) cemerlang
Fokus +2
Papil bulat, batas tegas,
papil
edema
tidak
ditemukan, CDR 0,7,
Ekskavasio
Glaukomatous (+)
AVR 1/3
Crossing sign (+)
Copper wire (+)
Silver wire tidak
ditemukan
Mikroaneurisma(-)
Medialisasi (+)
AVR 1/3
Crossing sign (+)
Copper wire tidak
ditemukan
Silver wire tidak
ditemukan
Mikroaneurisma(-)
Medialisasi (+)
15
16
TIO
Tes Konfrontasi
Meningkat
Menyempit
IV.
DIAGNOSA BANDING
1. OS Glaukoma Primer Sudut Tertutup
Ditegakkan karena dari hasil anamnesa didapatkan keluhan visus mata
kiri turun tiba-tiba, nyeri dan mata kiri merah dan berair. Terdapat nyeri
kepala, mual dan muntah. Pada pemeriksaan didapatkan visus 2/60 NC,
mixed injection, kornea keruh dan edema, COA dangkal, iris terdorong
ke depan, pupil kiri midriasis dengan refleks pupil negatif, dan TIO
meningkat. Pada funduskopi pada mata kiri ditemukan adanya
ekskavasasi, medialisasi, dan CDR 0,7
2. OS Glaukoma Akut Sekunder Sudut Tertutup
Disingkirkan karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya penyakit mata lain seperti uveitis maupun katarak
yang dapat menyebabkan terjadinya glaukoma.
3. OS Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Disingkirkan karena pada Glaukoma primer sudut terbuka terjadi
penurunan visus bersifat perlahan. Mata tenang, tidak merah. COA
dalam, dan bentuk pupil normal.
4. ODS Retinopati Hipertensi
DIAGNOSA KERJA
1. OS Glaukoma Primer Sudut Tertutup
2. OD Retinopati Hipertensi
3. ODS Presbiopia
VII.
TERAPI
a. Topikal:
- Timolol maleat 0.5% 2x1 tetes menurunkan produksi aqueous
humour.
Pilokarpin 0.5% fasilitasi aliran keluar aqueous humour.
Cendo Xitrol 4x1 tetes.
b. Oral:
- Glaucon (Asetazolamid) 250-1000 mg/hari Carbonic Anhidrase
-
Inhibitor.
KSR 2x1 tablet mencegah efek samping hipokalemia dari
asetazolamid.
c. Operatif:
- Iridektomi atau iridotomi perifer.
- Trabekulotomi.
10
d. Penatalaksanaan Presbiopia
Non-Medikamentosa :
Kacamata Add +1.75
VIII. PROGNOSIS
Ad Visam
Ad Sanam
Ad Functionam
Ad Cosmeticam
Ad Vitam
IX.
OD
Dubia Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Bonam
OS
Dubia Ad Bonam
Dubia Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Bonam
EDUKASI
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa yang dialaminya merupakan
kegawatdaruratan mata, bila penanganan terlambat, kemungkinan
untuk sembuh kecil dan dapat menyebabkan buta permanen.
b. Membicarakan kemungkinan bahwa mata kanan pasien yang sehat
dapat mengalami glaukoma juga kelak.
c. Menjelaskan pasien untuk kontrol rutin memeriksakan tekanan bola
matanya setiap 3 tahun sekali, bila sudah ada riwayat glaukoma,
kontrol sebaiknya 1 tahun sekali.
d. Memberitahukan pasien bahwa jangan menyepelekan mata merah,
terutama bila disertai dengan nyeri kepala, mual, muntah, dan
penurunan penglihatan secara mendadak.
e. Hindari emosi (bingung dan takut) karena akan memperberat keluhan
sekarang
f. Hindari batuk, bersin, dan mengejan yang berlebihan karena akan
meningkatkan tekanan bola matanya
g. Pentingnya untuk pasien mengontrol tekanan darahnya.
h. Menjelaskan pengobatan yang diperlukan hanya dengan menstabilkan
tekanan darah pasien dibawah 140/90mmHg
i. Memberitahukan pasien bahwa semakin meningkatnya tekanan darah
pasien, dapat memperburuk keadaan pasien
j. Konsumsi makanan berlemak dikurangi
11
RUJUKAN
Dalam kasus ini dilakukan Rujukan ke Penyakit Dalam, karena dari
pemeriksaan klinis dan laboratorium ditemukan adanya hipertensi.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi dan Fisiologi Bilik Mata
Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan
pengaturan tekanan intraokuler. Untuk mempertahankan keseimbangan tekanan
di dalam bola mata cairan aqueous humor diproduksi secara konstan. aqueous
humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang.
Kecepatan pembentukan aqueous humor dan hambatan pada pengaliran
keluarnya menentukan besarnya TIO. Normalnya TIO berkisar antara 1020mmHg. Peningkatan TIO terjadi akibat produksi cairan aqueous yang
meningkat misalnya jika terjadi reaksi peradangan, tumor intraokuler atau
terjadi hambatan pada pratrabekular, trabekular dan post trabekular sehingga
terjadi gangguan pada aliran keluar aqueous humor. Bila pengaliran cairan
terhambat maka terjadi penimbunan cairan bilik mata didalam bola mata
sehingga tekanan bola mata menjadi tinggi
Tekanan intaraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous
humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Volumenya adalah
sekitar 250 L dan kecepatan pembentukannya yang memiliki variasi diurnal
adalah 2,5 L/mnt. Tekanan osmotiknya lebih tinggi sedikit dari plasma.
Komposisi aqueous humor sama dengan plasma, kecuali konsentrasi askorbat,
piruvat, dan laktat yang lebih tinggi, protein, urea dan glukosa yang lebih
13
rendah. Cairan ini bersifat asam dengan unsur Air 99%, Protein 0,04%, Na, K,
Cl, glukosa, asam laktat, asam amino.
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah masuk ke bilik
mata belakang, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu
ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan. Selain itu terjadi pertukaran
diferensial komponen-komponen aqueous dengan darah di iris.
Adapun fungsi dari aqueous humor yaitu cairan yang mengisi COA dan
COP, untuk menjaga TIO, memberi bentuk ke bola mata anterior, pembawa
nutrisi dan oksigen untuk lensa dan kornea (avaskular) serta untuk mengangkut
buangan hasil metabolisme.
II.2 Glaukoma
II.2.1 Definisi
Glaukoma
merupakan
sekelompok
penyakit
neurooptic
yang
14
II.2.2. Patofisiologi
Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah
satu penyebab terjadinya kerusakan saraf mata (nervus opticus) dan
menunjukkan adanya gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu
berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksi cairan terlalu
berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang ada
untuk keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang
terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/
memblok pengaliran daripada cairan mata.
15
16
dengan ras yang lain. Alasan perbedaan ini belum dapat dijelaskan.
Pada orang-orang asia cenderung untuk menderita glaukoma sudut
tertutup, sedangkan pada orang ras yang lain justru beresiko untuk
terjadi glaukoma meskipun tekanan intraokuler rendah.
c. Riwayat Keluarga dengan Glaukoma. Jika seseorang memiliki
riwayat keluarga dengan glaukoma, akan berpotensi untuk menderita
glaukoma, riwayat keluarga meningkatkan resiko 4 hingga 9 kali
lipat.
d. Kondisi medis. Diabetes meningkatkan reskio glaukoma, selain itu
riwayat darah tinggi atau penyakit jantung juga berperan dalam
meningkatkan resiko. Faktor risiko lainnya termasuk retinal
detasemen, tumor mata dan radang pada seperti uveitis kronis dan
iritis. Beberapa jenis operasi mata juga dapat memicu glaukoma
sekunder.
e. Cedera fisik. Trauma yang parah, seperti menjadi pukulan pada
mata, dapat mengakibatkan peningkatan tekanan mata. Selain itu
cedera juga dapat menyebabkan terlepasnya lensa, tertutupnya sudut
drainase. Selain itu dapat juga menyebabkan glaukoma sekunder
sudut terbuka. Glaukoma jenis ini dapat terjadi segera setelah
terjadinya trauma atau satu tahun kemudian. Cedera tumpul seperti
mata memar atau cedera tumbus pada mata dapat merusak sistem
drainase mata, kerusakan pada sistem drainase ini yang seringkali
memicu
terjadinya
glaukoma.
Cedera
paling
umum
yang
17
b.
18
Sindrom Rieger
Anomal Peter
b.
Aniridia
Sindrom Sturge-Weber
b.
Sindrom Marfan
c.
Neurofibromatosis
d.
Sindrom Lowe
e.
Rubella Kongenital
C. Glaucoma Sekunder
1. Glaucoma pigmentasi
2. Sindrom eksfoliasi
3. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
a.
Dislokasi
b.
Intumesensi
c.
Fakolitik
Uveitis
b.
c.
Tumor
Hifema
b.
Kontusio/resesi sudut
c.
7. Pascaoperasi
a.
b.
19
c.
d.
e.
8. Galucoma neovaskular
a.
Diabetes mellitus
b.
c.
Tumor intraokular
Fistula karotis-kavernosa
b.
Sindrom Sturge-Weber
Glaucoma neovaskular
b.
c.
Sindrom ICE
2. Kelainan trabekular
a.
b.
Glaucoma kongenital
c.
Glaucoma pigmentasi
d.
Sindrom eksfoliasi
e.
f.
Hifema
20
g.
h.
Iridosiklitis (uveitis)
i.
Glaucoma fakolitik
3. Kelainan pascatrabekular
a.
21
1.
terutama terjadi pada orang lanjut usia (diatas 50 tahun). Penyebabnya adalah
peningkatan tekanan di dalam bola mata yang terjadi secara perlahan-lahan.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan
sel-sel saraf/nervus opticus di mata. Begitu terjadinya kehancuran sejumlah selsel tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu
lapang pandangan. Bintik buta ini biasanya dimulai dari daerah samping/tepi
(perifer) atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Pada tahap
lebih lanjut, daerah yang lebih tengah/pusat akan juga terpengaruh. Sekali
kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak dapat kembali normal lagi
(ireversibel).
Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut
terbuka, karenanya sering tidak terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan
adanya nyeri dan sering tidak menyadari bahwa penglihatannya berangsurangsur makin memburuk sampai tahap/stadium lanjut dari penyakitnya. Terapi
sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit glaukoma ini dan
untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut dari penglihatan.
Gambar 2. Mekanisme terjadinya glaukoma sudut terbuuka
a. Primary Open Angle Glaucoma
Glaukoma yang terjadi karena hambatan pembuangan aquous humor
akibat kondisi primer berupa kelainan pada saluran pembuangan dengan sudut
terbuka.
Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah
proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel
di dalam jalinan dan dibawah lapisan endotel kanalis schelmm. Akibatnya
adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan peningkatan
22
23
24
25
26
Seperti pada kasus akut, dengan faktor etiologi yang sama kecuali bahwa
episode peningkatan tekanan intraokular berlangsung singkat dan rekuren.
Episode penutupan sudut membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi
kerusakan pada sudut kamera anterior berupa pembentukan sinekia anterior
perifer. Kadang-kadang penutupan sudut menjadi akut. Kunci untuk diagnosis
terletak pada riwayat, nyeri unilateral berulang, kemerahan, dan kekaburan
penglihatan yang disertai halo disekitarnya, serangan sering terjadi malam hari.
c. Glaukoma Sudut Tertutup Primer Kronik
Sama dengan glaukoma sudut tertutup primer akut, kelainan mata yang
terjadi akibat glaukoma sudut tertutup primer akut yang berlangsung lama.
Terdapatnya sinekia anterior akibat dari glaukoma sudut tertutup primer akut
yang berlangsung lama menyebabkan tekanan intraokular tetap tinggi disertai
kerusakan pada papil saraf optik.
Atroti iris, fixed semidilated pupil, bilik mata depan dangkal, tekanan
intraokular tinggi, sudut bilik mata depan tertutup, dan papil saraf optik sudah
mulai atrofi.
3.
Secondary Glaucoma
Bentuk ini adalah sebagai hasil dari kelainan mata lainnya seperti trauma,
27
sensitif terhadap cahaya, mata yang besar dan berawan/kusam atau mata berair
berlebihan. Biasanya diperlukan tindakan bedah untuk menanganinya.
Gambar 6. Glaucoma kongenital
a. Glaucoma Congenital Primer (Trabekulodisgenesis)
Glaukoma bayi adalah suatu bentuk glaukoma perkembangan yang
timbulnya pada usia tahun pertama. Seperempatnya ditemukan saat lahir.
Glaukoma ini timbul karena terhentinya pertumbuhan struktur sudut pada saat
janin kira kira berumur tujuh bulan. Iris hipoplasts dan menempel pada
permukaan trabekula didepan taji sclera yang pertumbuhannya tidak sempurna.
Dari anamnesis didapatkan epifora, mungkin juga fotofobia. Pemeriksaan
tonometer dapat ditemukan peningkatan TIO. Funduskopi gaung papil (+).
Pemeriksaan gonioskopi ditemukan bilik mata depan bertambah dalam, iris
depan menempel pada trabekel bukan ke badan siliar. Garis tengah kornea
bertambah (> 11,5 mm), sembab epitel, membrane descement robek, kekeruhan
stroma kornea.
b. Glaucoma Kongenital Sekunder
Glaukoma yang terjadi pada bayi atau anak akibat kondisi sekunder yang
terjadi pada mata sehingga menyebabkan gangguan pada sudut bilik mata
depan. Kondisi sekunder terjadi retinopati, retinoblastoma, peradangan. Pada
kasus ini tidak ada cara pengobatan yang standar karena kelainan yang
menyertainya juga banyak dan sangat bervariasi.
28
5.
Glaucoma Absolut
Merupakan hasil akhir dari glaukoma yang tidak terkontrol, mata menjadi
29
c.
30
d.
31
II.2.6 Penatalaksanaan
32
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Supresi Pembentukan Humor Aqueous
Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan
untuk terapi glaukoma. Timolol 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%.
Kontraindikasi utama adalah penyakit obstuksi jalan nafas.
Agonis adrenergik alfa 2 Epinefrin dan dipiverin mempunyai efek
pada pembentukan humor aqueous. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik
asetazolamid adalah yang paling banyak digunakan atau juga dapat digunakan
diamox 500 mg
b. Fasilitasi Aliran Keluar Humor Aqueous
Parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar yang bekerja pada
jaringan trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah
pilokarpin 0,56% (sering 2%). Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan
miosis disertai meredupnya penglihatan.
c. Menurunkan Volume Korpus Vitreum
Obat obatan hiperosmotik menyebabkan darah hipertonik sehingga
cairan tertarik keluar dari korpus vitreum. Selain itu, juga terjadi penurunan
produksi humor aqueous. Gliserin oral 1 - 1,5 g cc/Kg BB dalam satu larutan
dengan sari jeruk dalam volume yang sama. Jika terdapat kontraindikasi dapat
dipakai manitol 20 % 1 cc /Kg BB, 60 100 tetes tiap menit IV.
d. Miotik, Midriatik dan Siklopegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut
tertutup primer akut. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut
pada iris bombe karena sinekia posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan
oleh pergeseran lensa anterior, Siklopegik dapat digunakan untuk melemaskan
otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis dalam usaha untuk
menarik lensa kebelakang.
2. Terapi Bedah dan Laser
a. Iridektomi Dan Iridotomi Perifer
33
b.
Trabekuloplasti Laser
Penggunaan
menimbulkan
jalinan
schlemm,
laser
luka
trabekular
bakar
dan
dengan
untuk
pada
kanalis
tujuan
34
pintas
dari
mekanisme
subkonjungtiva
dapat
dibuat
atau
dengan
35
ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Prevalensi yang lebih tinggi juga
ditemukan pada orang berkulit hitam berbanding orang kulit putih
II.3.3 Patofisiologi
Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami
beberapa seri perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap peningkatan
tekanan darah. Terdapat teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan
endothelial pada tahap akut sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi
pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami vasokonstriksi
secara generalisata. Ini merupakan akibat dari peningkatan tonus arteriolus dari
mekanisme autoregulasi yang seharusnya berperan sebagai fungsi proteksi.
Pada pemeriksaan funduskopi akan kelihatan penyempitan arterioles retina
secara generalisata.
Peningkatan tekanan darah secara persisten akan menyebabkan terjadinya
penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media dan
degenerasi hyalin. Pada tahap ini akan terjadi penyempitan arteriolar yang lebih
berat dan perubahan pada persilangan arteri-vena yang dikenal sebagai
arteriovenous nicking. Terjadi juga perubahan pada refleks cahaya arteriolar
yaitu terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks cahaya sentral yang dikenal
sebagai copper wiring.
Dinding aretriol normal bersifat transparan, sehingga yang terlihat
sebenarnya adalah darah yang mengalir. Pantulan cahaya yang tipis dibagian
tengah lumen tampak sebagai garis refraktif kuning sekitar selebar seperlima
dari lebar lumen. Apabila dinding arteriol diinfiltrasi oleh sel lemak dan
kolesterol akan menjadi sklerotik. Dinding pembuluh darah secara bertahap
menjadi tidak transparan dan dapat dilihat, dan refleksi cahaya yang tipis
menjadi lebih lebar. Produk-produk lemak kuning keabuan yang terdapat pada
dinding pembuluh darah bercampur dengan warna merah darah pada lumen
36
37
38
Karakteristik
Penyempitan ringan, sklerosis dan tortuosity arterioles retina;
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
ginjal
Edema neuroretinal termasuk papiledema, Elschig spot; peningkatan
tekanan darah secara persisten, gejala sakit kepala, asthenia,
39
Karakteristik
Ada diagnosis hipertensi tanpa abnormalitas pada retina
Penyempitan arteriolar difus, tiada konstriksi fokal, pelebaran refleks
Stadium II
arterioler retina
Penyempitan arteriolar yang lebih jelas disertai konstriksi fokal,
Stadium III
Stadium IV
Deskripsi
Asosiasi sistemik
Satu atau lebih dari tanda berikut: Asosiasi ringan
Penyempitan arteioler menyeluruh penyakit
atau fokal, AV nicking, dinding jantung
Moderate
stroke,
dengan
penyakit
koroner
dan
dot
atau
stroke,
gagal
exudates
Tanda-tanda
retinopati
moderate Asosiasi
berat
dengan
40
Keadaan
stasis
kapiler
dapat
menyebabkan
anoksia
dan
41
Retinopati Diabetik
Kolagen vaskular disease
Anemia
Retinopati radiasi
Central or Branch retinal vein occlusion
II.3.8 Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan retinopati hipertensi, mengobati faktor primer
adalah sangat penting jika ditemukan perubahan pada fundus akibat retinopati
arterial. Tekanan darah penderita retinopati hipertensi harus diturunkan dibawah
140/90 mmHg. Jika telah terjadi perubahan pada fundus akibat arteriosklerosis,
42
maka kondisi ini tidak dapat diobati lagi. Beberapa studi eksperimental dan
percobaan klinik telah menunjukan bahwa tanda-tanda retinopati hipertensi
dapat berkurang dengan mengontrol kadar tekanan darah. Masih tidak jelas
apakah pengobatan dengan obat anti hipertensi mempunyai efek langsung
terhadap struktur mikrovaskuler. Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti dapat
mengurangi kekeruhan dinding arteri retina. Perubahan pola dan gaya hidup
juga harus dilakukan. Pasien dinasehati untuk menurunkan berat badan jika
sudah melewati standar berat badan ideal seharusnya. Konsumsi makanan
dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara asupan lemak tak jenuh
dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi
dan pasien memerlukan kegiatan olahraga yang teratur. Dokter atau petugas
kesehatan harus tetap meneruskan pengobatan pada pasien hipertensi walaupun
tanpa tanda-tanda retinopati
II.3.9 Komplikasi
Pada tahap yang masih ringan, hipertensi akan meningkatkan refleks
cahaya arterioler sehingga timbul gambaran silver wire atau copper wire.
Namun dalam kondisi yang lebih berat, dapat timbul komplikasi seperti oklusi
cabang vena retina (BRVO) atau oklusi arteri retina sentralis (CRAO).
Walaupun BVRO akut tidak terlihat pada gambaran funduskopi, dalam
hitungan jam atau hari ia dapat menimbulkan edema yang bersifat opak pada
retina akibat infark pada pembuluh darah retina. Seiring waktu, vena yang
tersumbat akan mengalami rekanalisasi sehingga kembali terjadi reperfusi dan
berkurangnya edema. Namun, tetap terjadi kerusakan yang permanen terhadap
pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan akibat dari emboli. Ciri-ciri
dari CRAO adalah kehilangan penglihatan yang berat dan terjadi secara tibatiba. Retina menjadi edema dan lebih opak, terutama pada kutub posterior
dimana serat saraf dan lapisan sel ganglion paling tebal. Refleks oranye dari
vaskulatur koroid yang masih intak di bawah foveola menjadi lebih kontras dari
43
dengan
insidensi
stroke/Transient
Ischemic Attack/kematian
44
Etiologi
1. Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut
2. Kelemahan otot-otot akomodasi
3. Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elastisitasnya akibat
kekakuan (sklerosis) lensa.
Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks
lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur
maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk
menjadi cembung. Dengan demikian kemampuan melihat dekat makin
berkurang.
Klasifikasi
1. Presbiopi Insipien, tahap awal perkembangan presbiopi. Dari anamnesa
didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak
tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak
preskripsi kacamata baca.
2. Presbiopia Fungsional, amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
3. Presbiopi Absolut, peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional,
dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali.
4. Presbiopi Prematur, presbiopi yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan
biasanya berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obatobatan.
45
46
4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi, ada beberapa jenis lensa lain
yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopinya. Ini termasuk :
a. Bifokal, untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
b. Trifokal, untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang dan jauh, bisa
yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
c. Bifokal kontak, untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat, bagian
bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan
hasil koreksinya.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran ECG; 2010.
Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin; 2007.
BEM FK Udip. Dalam : Ilmu Kesehatan Mata. Semarang : Falkutas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2009.
Khurana, A.K., Comprehensive Opthalmology : Disease Of The Cornea., New
Age Int: New Delhi., 2007.
Wijana, N., 1983, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : 41-42.
Tanulfhan M, Asbury T. Anatomi embriologi mata. In : Oftalmologi Umum.
Edisi ke 14. Jakarta: Widya Pustaka-, 2002. p.9-11, 25-9.
Shock John.P,MD dan Harper Richard A,MD.Lensa Dalam : Vaughan
DanielG,Asbury Taylor, dan Riordan-Eva Paul. Oftalmologi Umum.
Edisi XIV. Jakarta:Widya medika;2000. p. 175 179.
Lumbantobing, S.M 2008. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental,
Jakarta:fakultas kedokteran Indonesia
James, bruce.dkk.2006. lecture notes oftalmologi edisi kesembilan.Jakarta:
Erlangga
49