Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah keadaan dimana kadar sel-sel darah merah dan hemoglobin dalam
darah kurang dari normal. Hemoglobin terdapat dalam sel- sel darah merah dan
merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru
ke seluruh sel-sel tubuh. Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak
menjadi energy. Hal ini dapat menjelaskan mengapa kurang darah dapat menyebabkan
gejala lemah dan lesu yang tidak biasa.
Pengobatan bisa bervariasi tergantung pada diagnosisnya Sel-sel darah baru dibuat
setiap hari dalam sumsum tulang belakang. Zat gizi yan diperlukan untuk pembuatan
sel-sel ini adalah besi, protein dan vitamin terutama asam folat dan B12. Dari semua
ini, besi dan protein yang paling penting dalam pembentukan hemoglobin. Setiap
orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah
sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari Anemia?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler?
3. Apa saja etiologi dari anemia?
4. Bagaimana perjalanan penyakit anemia?
5. Apa saja tanda dan gejala anemia?
6. Apa saja komplikasi dari anemia?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk anemia?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita anemia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien anemia
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas kelompok pada Blok Kardiovaskuler Tingkat 2 Semester 4
Prodi S1 Keperawatan Tahun Akademik 2012/2013.
2. Untuk mengetahui pengertian dari anemia.
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi system kardiovaskuler.
4. Untuk mengetahui etiologi dari anemia.
5. Untuk mengetahui perjalanan penyakit anemia.
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari anemia
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk anemia.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penderita anemia.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien anemia.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu
status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan jenis anemia.
Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan pembentukan sel sel darah merah
( eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi);
kehilangan darah( penyebab yang paling umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu
defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor hereditas, dan penyakit kronis.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Haemoglobin (Hb) lebih rendah
dari keadaan normal.
Kadar Haemoglobin Normal

kelompok
Dewasa

kelompok
Wanita
Wanita Hamil

Haemoglobin%
12
11

Anak-Anak

Laki-laki
6 bulan-6 tahun
6 tahun-14 tahun

14
11
12

B. Anatomi Fisiologi
Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan
organ lain karena berbentuk cairan.
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam
tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme
sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darahnya sendiri.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah
putih (leukosit), dan pecahan sel yang disebut trombosit.
1. Sumsum tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah rongga
tulang panjang. Sumsum merupakan 4 % sampai 5 % berat badan total,sehingga
merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah atau
kuning. Sumsum merah merupakan tempat diproduksi sel darah merah aktif dan
merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang sumsum kuning,
tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.
2. Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti
yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya
hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya
melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung
protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan
golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein
hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal
melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang
rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah
atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna.
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium
pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum
tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang

belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikular. Sejumlah
kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam pematangan, retikulum
kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang matang.
3. Leukosit (sel darah putih)
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini
sebagian di bentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit)
dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, selsel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk di gunakan. Manfaat
sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan di transpor secara khusus
ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan
pertahanan yang cepat dan kuat terhadap bahan infeksius yang mungkin ada.
Ada 6 macam sel darah putih yang secara normal di temukan dalam darah. Keenam
sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir, basofil
polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain itu terdapat
juga sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe ketujuh sel darah
putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit. Ketiga tipe dari sel,
yaitu sel polimorfonuklir, seluruhnya mempunyai gambaran granular, karena alasan
itu mereka disrbut granulosit atau dalam terminologi klinis disebut poli karena
intinya multipel.
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang terutama
dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama limfosit dan selsel plasma berhubungan dengan sistem imun.
4. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 m, yang terdapat pada
sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami disintegrasi cepat dan mudah,
jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan 450.000 per mm darah, tergantung
jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan kerusakan. Dibentuk
oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut megakariosit. Produksi
trombosit diatur oleh trombopotein.
Trombosit berperan penting dalam mengotrol pendarahan. Apabila terjadi pendarahan
cedera vascular, trombosit mengumpul pada pada tempat edera tersebut. Subtansi
yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit
menempel satu sama lain dan membentuk tambalan atau sumbatan, yang sementara
menghentikan pendarahan. Subtansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi

factor pembekuan dalam plasma darah.


5. Plasma darah
Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa dinamakan
plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan zat lain. Apabila plasma
dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum mempunyai
kandungan yang sama dengan plasma, keuali kandungan fibrinogen dan beberapa
factor pembekuan.
Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin tersusun atas
fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilhat dari laboratorium yang dinamakan
elektroforesis protein. Masing-masing kelompok disusun oleh protein tertentu.
Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi, dinamakan immunoglobulin.
Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma. Protein plasma penting dalam
fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan nfaktor pembekuan yang dibentuk di
hati. Globulin transpor membawa berbagai zat dalam bentuk terikat sepanjang
sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin, membawa tiroksin, dan transferin
membawa besi. Faktor pembekuan, termasuk fibrinogen, tetap dalam keadaan tidak
aktif dalam plasma darah sampai diaktifasi pada reaksi pada tahap-tahap pembekuan.
Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan dalam system vaskuler.
Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga keberadaannya dalam
plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan dalam rongga vaskuler.
Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas mengikat berbagai zat yang
ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi sebagai protein transpor untuk
logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan, diantara zat lainnya.
C. Etiologi
Penyebab anemia antara lain :
1.
Perdarahan
2.
Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
3.
Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4.
Kelainan darah
5.
Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
D. Klasifikasi anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.

Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel


darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a.

Anemia aplastik
Penyebab:

agen neoplastik/sitoplastik

terapi radiasi

antibiotic tertentu

obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas,


fenilbutason

benzene

infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang


Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:
-

Gejala anemia secara umum (pucat, lemah,


dll)

Defisiensi

trombosit:

ekimosis,

petekia,

epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan


susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik

b.

Anemia pada penyakit ginjal


Gejala-gejala:
-

Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10


mg/dl

Hematokrit turun 20-30%

Sel darah merah tampak normal pada apusan


darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin

c.

Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan

d.

Anemia defisiensi besi


Penyebab:
-

Asupan

besi

tidak

adekuat,

kebutuhan

meningkat selama hamil, menstruasi


-

Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

Kehilangan darah yang menetap (neoplasma,


polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)


sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi


Gejala-gejalanya:
-

Atropi papilla lidah

Lidah pucat, merah, meradang

Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut


Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e.

Anemia megaloblastik
Penyebab:
-

Defisiensi

defisiensi

vitamin

B12

dan

defisiensi asam folat


-

Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik


faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan
keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar
yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)


Eritrosit immatur dan hipofungsi
2.

Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah


merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
-

Pengaruh obat-obatan tertentu

Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma


multiple, leukemia limfositik kronik

Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

Proses autoimun

Reaksi transfusi

Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

E. Patofisiologi
Patway Anemia
Perdarahan massif

kurang bahan baku


Pembuatan sel darah

penghancuran eritrosit
yang berlebiha

terhentinya
pembuatan
sel darah oleh
sum-sum

Anemia

Anoreksia

Resti gangguan nutrisi dari kebutuhan

Lemas

kadar hb turun
komparten sel perhantar
oksigen / zat nutrisi ke sel
berkurang

Cepat lelah
Gangguan
perfusi jaringan
Intoleransi aktivitas

F. Tanda dan Gejala


1. kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah.
2. sakit kepala, dan mudah marah.
3. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi.
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang.
6. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)
G. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung
H. Pemeriksaan Penunjang

Uji Hematologi/Lab. Darah : untuk menentukan jenis dan penyebab anemia


1.
2.
3.

Kadar Hb/Hmt
Indeks eritrosit, leukosit dan trombosit
Kadar Fe, asam folat, Vitamin B12

4.

1.
2.

Waktu pendarahan, waktu protrombin dan waktu tromboplastin


Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
Penatalaksanaan
Ditujukan untuk mencari penyebab
Mengganti darah yang hilang
Dan penatalaksanaan tergantung dari jenis anemia (Aplasti, hemolitik, defisiensi
besi, megaloblastik, dll)

I. Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi
sebagai berikut :
1.Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan
tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak
dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat
pansitopenia. Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a.

Untuk mengatasi infeksi

b.

Hygiene mulut
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat.
Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
Usaha untuk mengatasi anemia

Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak
perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal
c.
Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau
trombosit < 20.000/mm3.
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a.

Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3

mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialami
berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.

4.

GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil.


Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka

panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut :
a.
Terapi imunosuprersif
Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline
(ATG) dapat menekan proses imunologis.
Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan
harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
(HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status
penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan jenis anemia.
Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan pembentukan sel sel darah merah
( eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi);
kehilangan darah( penyebab yang paling umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu

defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor hereditas, dan penyakit kronis.
Tanda dan Gejala
a. kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah.
b. sakit kepala, dan mudah marah.
c. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi.
d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang.
f. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

Komplikasi
a. Perdarahan
b. Infeksi organ
c. Gagal jantung

B. Saran
Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit pada sistem kardiovaskuler.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. Pengantar Kuliah Obstetri.EGC.Jakarta:2007

Prawiroharjo,Sarwono.

Imu

Kebidanan.PT.

Bina

Pustaka

Sarwono

Prawiroharjo.Jakarta,2009
J,Lenevo,Kenneth. Obstetri Williams. EGC. Jakarta,2009
Corwin, Elizabeth J, alih bahasa : Nike Budhi Subekti dkk. 2009. Buku Saku
Patofisiologi, edisi 3 revisi. Jakarta : EGC.
Smeltzer,Suzanne C.dkk.2010.Brunner & Suddart Textbook of Medical Surgical
Nursing.Cina Lippincott Company
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC). US ELSEVIER
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Intervation Classification (NIC). US ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai