Anda di halaman 1dari 2

Kade vindo Dewidi Harta

151031043
Tugas 2 Kewarganegaraan

Ketimpangan Ekonomi RI Membaik karena


Kebijakan Pemerintah
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas
mengklaim penurunan ketimpangan pengeluaran antara orang kaya dan orang
miskin (gini ratio) pada September 2015 menjadi 0,40 karena kebijakan
pemerintah. Pemerintah sejak tahun lalu jor-joran memberikan insentif dan
bantuan sebagai bantalan masyarakat saat kondisi perekonomian nasional
terpuruk.Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofjan Djalil bersyukur atas membaiknya
tingkat ketimpangan di Indonesia dari 0,41 pada Maret 2015 menjadi 0,40 pada
September lalu. Pemerintah sangat konsisten dalam menjalankan program
maupun kebijakan untuk menolong daya beli masyarakat."Gini ratio jadi lebih
baik salah satunya karena program pemerintah sangat spesifik mengenai itu.
Misalnya bantuan langsung tunai, BPJS Kesehatan, peningkatan anggaran
pendidikan, dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah,"
tegasnya saat ditemui di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Bantuan atau program tersebut, kata Sofyan, menguntungkan kelompok
masyarakat kelas bawah sehingga pengeluaran orang-orang miskin meningkat.
Sementara situasi perekonomian yang lesu tahun lalu menggerogoti pendapatan
pengusaha maupun orang-orang berpenghasilan atas."Pihak kelas atas tidak
terlalu tinggi dan cepat pengeluarannya karena pendapatan berkurang," tegas
Sofyan.Terkait masih tingginya gini ratio di beberapa Provinsi, seperti DKI Jakarta,
DI Yogyakarta, Papua Barat, dan provinsi lain, menurut Sofyan, merupakan
masalah yang masih perlu dicari jalan keluarnya oleh pemerintah. "Kita tahu
masih tinggi gini ratio-nya, ini memang masalah. Tapi tidak bisa diselesaikan
dalam waktu satu malam saja," tutur Sofyan.Sebelumnya pada 18 April
2016, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat ketimpangan antara orang
kaya dan miskin di Indonesia turun tipis 0,01 poin menjadi 0,40 pada September
2015 dari periode Maret 2015 sebesar 0,41. Sementara level gini
ratio pada September 2014 sebesar 0,41.Kepala BPS Suryamin menjelaskan,
dalam perhitungan gini ratio, level ketimpangan kurang dari 0,30 termasuk
rendah. Sementara level 0,30 - 0,50 masuk dalam kategori ketimpangan
menengah. Sementara lebih dari 0,50 disebut kategori ketimpangan tinggi."
Tingkat kesenjangan antara masyarakat berpenghasilan rendah dan
tinggi di Indonesia 0,40 di periode September 2015 atau turun 0,01 poin
dibanding Maret lalu yang sebesar 0,41. Itu artinya terjadi perbaikan pemerataan
pendapatan," jelas dia. Telah terjadi perubahan pengeluaran penduduk per
kapita yang terbagi atas tiga kelompok, yakni golongan masyarakat
berpenghasilan terendah, berpendapatan menengah, dan berpenghasilan
tinggi.Di periode September 2015 dibanding Maret 2015, penurunan gini
ratio disebabkan pengeluaran 40 persen penduduk miskin meningkat baik di
kota maupun di desa secara persentase dari 17,10 persen menjadi 17,45 persen.
Kenaikan juga terjadi di kelompok 40 persen penduduk berpengeluaran

menengah dari 34,65 persen menjadi 34,70 persen, dan pengeluaran pada
kelompok 20 persen penduduk kaya justru menurun dari 48,25 persen menjadi
47,84 persen."Pengeluaran orang kaya memang turun, sedangkan orang miskin
naik sehingga gini ratio turun. Itu terjadi karena adanya peningkatan pendapatan
golongan menengah ke bawah, sehingga konsumsi lebih banyak," ujar Suryamin.
(Fik/Gdn)

Anda mungkin juga menyukai