Anda di halaman 1dari 5

Definisi

Retinopati hipertensif adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat
tekanan darah tinggi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina
berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina,
edema dan perdarahan retina. 8

Epidemiologi
Sejak tahun 1990, sebanyak tujuh penelitian epidemiologi setelah dilakukan keatas
sekelompok populasi penduduk yang menunjukkan gejala retinopati hipertensi. Berdasarkan
grading dari gambaran funduskopi, menurut studi yang dijalankan didapatkan bahwa kelainan
ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun keatas, walau pada mereka yang tidak pernah
mempunyai riwayat hipertensi. Kadar prevalensi bervariasi antar 2%-15% untuk banyak
macam tanda - tanda retinopati.
Data ini berbeda dengan hasil studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye
Study yang mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%.Ini mungkin disebabkan
oleh sensivitas alat yang semakin baik apabila dibandingkan dengan pemeriksaan
oftalmoskopik di klinik-klinik. Prevalensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada orang
berkulit hitam berbanding orang kulit putih berdasarkan insiden kejadian hipertensi yang
lebih banyak ditemukan pada orang berkulit hitam. Akan tetapi, tidak ada predileksi rasial
yang pernah dilaporkan berkaitan kelainan ini hanya saja pernah dilaporkan bahwa hipertensi
lebih banyak ditemukan pada orang Caucasian berbanding orang America Utara. 3,4,6
Pada retinopati hipertensi kebanyakan yang mengalami lebih banyak laki-laki
dibandingkan dengan perempuan, akan tetapi pada usia >50 tahun angka kejadian lebih tinggi
pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Frekuensi tertinggi pada pasien hipertensi tidak
terkontrol. 8

Etiologi
Penyebab terjadi retinopati hipertensi adalah akibat tekanan darah tinggi. Kelainan
pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh
darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerose pembuluh darah.
Pada gangguan pembuluh darah, seperti spasme dan arteriosclerosis, faktor-faktor
yang berperan terjadinya arteriosclerosis ini adalah hiperlipidemia dan obesitas. Faktor-faktor
ini nanti akan muncul pada dekade kedua, berupa guratan-guratan lemak di pembuluhpembuluh darah besar dan kemudian berkembang menjadi suatu plak fibrosa pada dekade
ketiga, sehingga mengakibatkan hilangnya elastisitas pembuluh darah dan terjadi
pengurangan diameter pembuluh darah akibat tertimbunnya plak tersebut ( arteriosclerosis ).
Keadaan ini akan menimbulkan peningkatan tahanan aliran darah ( hipertensi ). Pada retina,
juga akan terjadi peningkatan tekanan darah pada arteriole-arteriole di retina ( retinopati
hipertensi ). 10

Klasifikasi
Klasifikasi tradisional retinopati hipertensi pertama kali dibuat pada tahun 1939 oleh
Keith et al. Sejak itu, timbul bermacam-macam kritik yang mengkomentari sistem klasifikasi
yang dibuat oleh Keith dkk tentang relevansi sistem klasifikasi ini dalam praktek sehari-hari.
Klasifikasi dan modifikasi yang dibuat tediri atas empat kelompok retinopati hipertensi
berdasarkan derajat keparahan. Namun kini terdapat tiga skema mayor yang disepakati
digunakan dalam praktek sehari-hari.4,6,9

Klasifikasi Keith-Wagener-Barker (1939) :


Stadium
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV

Karakteristik
Penyempitan ringan, sklerosis dan tortuosity arterioles retina; hipertensi
ringan, asimptomatis
Penyempitan definitif, konstriksi fokal, sklerosis, dan nicking
arteriovenous; ekanan darah semakin meninggi, timbul beberapa gejala
dari hipertensi
Retinopati (cotton-wool spot, arteriosclerosis, hemoragik); tekanan darah
terus meningkat dan bertahan, muncul gejala sakit kepala, vertigo,
kesemutan, kerusakan ringan organ jantung, otak dan fungsi ginjal
Edema neuroretinal termasuk papiledema, garis Siegrist, Elschig spot;

peningkatan tekanan darah secara persisten, gejala sakit kepala, asthenia,


penurunan berat badan, dyspnea, gangguan penglihatan, kerusakan organ
jantung, otak dan fungsi ginjal
WHO membagikan stadium I dan II dari Keith dkk sebagai retinopati hipertensi dan
stadium III dan IV sebagai malignant hipertensi

Berdasarkan penelitian, telah dibuat suatu table klasifikasi retinopati hipertensi tergantung
dari berat ringan nya tanda - tanda yang kelihatan pada retina.3,9
Retinopati
Mild

Moderate

Accelerated

Deskripsi
Asosiasisistemik
Satu atau lebih dari tanda
Asosiasi ringan dengan penyakit stroke,
berikut :
penyakit jantung koroner dan mortalitas
Penyempitan arteioler
kardiovaskuler
menyeluruh atau fokal, AV
nicking, dinding arterioler
lebih padat (silver-wire)
Retinopati mild dengan satu Asosiasi berat dengan penyakit stroke,
atau lebih tanda berikut :
gagal jantung, disfungsi renal dan
Perdarahan retina (blot, dot mortalitas kardiovaskuler
atau flame-shape),
microaneurysme, cotton-wool,
hard exudates
Tanda-tandaretinopati
Asosiasi berat dengan mortalitas dan
moderate dengan edema papil :gagal ginjal
dapatdisertaidengankebutaan

Tatalaksana
Mengobati faktor primer adalah sangat penting jika ditemukan perubahan pada fundus
akibat retinopati arterial. Tekanan darah harus diturunkan dibawah 140/90 mmHg. Jika telah
terjadi perubahan pada fundus akibat arteriosklerosis, maka kondisi ini tidak dapat diobati
lagi. Beberapa studi eksperimental dan percobaan klinik menunjukan bahwa tanda-tanda
retinopati hipertensi dapat berkurang dengan mengontrol kadar tekanan darah. Masih tidak
jelas apakah pengobatan dengan obat anti hipertensi mempunyai efek langsung terhadap
struktur mikrovaskuler. Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti dapat mengurangi kekeruhan
dinding arteri retina sementara penggunaan HCT tidak memberikan efek apa pun terhadap
pembuluh darah retina. Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Pasien
dinasehati untuk menurunkan berat badan jika sudah melewati standar berat badan ideal
seharusnya. Konsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara intake

lemak tak jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu
dibatasi dan pasien memerlukan kegiatan olahraga yang teratur.3,4,6,9
Dokter atau petugas kesehatan harus tetap meneruskan pengobatan pada pasien
hipertensi walaupun tanpa tanda-tanda retinopati. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar
dibawah, evaluasi dan management pada pasien dengan hipertensi harus diutamakan supaya
tidak terjadi komplikasi ke target organ yang lain. 3,4,6,9
-

Terapi kausa ( hipertensi)

Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti dapat mengurangi kekeruhan dinding arteri retina
sementara penggunaan HCT tidak memberikan efek apa pun terhadap pembuluh darah retina.
Prinsip penatalaksanaan menurunkan tekanan darah untuk meminimalkan kerusakan target
organ. Hindari penurunan terlalu tajam (dapat menyebabkan iskemia). Dapat memperlambat
perubahan pada retina, tapi penyempitan arteriol dan crossing arteri-vena sudah menjadi
permanen.
-

Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Pasien dinasehati untuk

menurunkan berat badan jika sudah melewati standar berat badan ideal seharusnya. Konsumsi
makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak tak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi dan pasien
memerlukan kegiatan olahraga yang teratur. (ilyas, 2011)
1.

Ghozi, M. 2002 Handbook of Ophthalmology A Guide to Medical Examination.


Yogyakarta: GTA Press.

2.

Ilyas S, Mailangkay H.H.B, Hilma T, Raman R.S, Monang S, dan Purbo S.W. 2002

Ilmu Penyakit Mata 2nd Ed. Jakarta: Sagung Seto.


3.

Wong TY, Mitchell P, editors. Current concept hypertensive retinopathy. The New

England Journal of Medicine 2004 351:2310-7 [Online]. Available from: URL:


http://www.nejm.org/cgi/reprint/351/22/2310.pdf
4.

Hughes BM, Moinfar N, Pakainis VA, Law SK, Charles S, Brown LL et al, editors.

Hypertension.

2007

[Online].

http://www.emedicine.com/oph/topic488.htm

Available

from:

URL:

5.

Riodan-Eva P. In: Vaughan DG, Asbury T, Riodan-Eva P, editors. Oftalmologi umum:

anatomi dan embriologi mata. 14th ed. Jakarta. Penerbit Widya Merdeka; 1996. p. 7-9
6.

Lang GK. In: Ophtalmology a short textbook: retina. 1st ed. New York, Thieme

Stuttgart Germany; 2000. p. 299-314, 323-5


7.

Pavan PR, Burrows AF, Pavan-Langston D. In: Pavan-Langston D, Azar DT, Azar N,

Beyer J, Baruner SC, Burrows A et at, editors. Manual of ocular diagnosis and therapy: retina
and vitreous. 6th ed. Massachusetts. Lippincotts Williams and Wilkins; 2008. p. 213-22
8.

Ilyas, Sidarta, 2011, Retinopati Hippertensi dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi keempat,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 225-288


9.

Wong YT, McIntosh R, editors. Hypertensive retinopathy signs as risk indicators of

cardiovascular morbidity and mortality. British Medical Bulletin 2005;73 and 74;57-70.
[Online]. Available from: URL:http://bmb.oxforsjournals.org/cgi/reprint/73-74/1/57
10.

Vaughan dan Asbury. 2010. Glaukoma dalam Oftalmologi Umum . Edisi 17. EGC:

Jakarta .314-316.
11.

Sehu WK, Lee WR, editors. In: Ophtalmic pathology an illustrated guide for clinicians:

retina: vascular diseases, degenerations and dystrophies. 1st ed. Carlton Australia, Blackwell
Publishing Limited; 2005. p. 204, 213-4
12.

Khaw PT, Shah P, Elkington AR, editors. In: ABC of eyes: general medical disorders

and the eye. 4th ed. London. BMJ Publishing Group Limited; 2004. p. 69-71
13.

Wijana, N.S.D. 1993 Ilmu Penyakit Mata 3rd Ed.

14.

Greenberg, Maicel. 2008. Atlas kedokteran kegawatdaruratan. Jakarta. 2008

15.

Section 12 basic and clinical science course 2003-2004: retina and vitreous [CD-ROM].

New York (NY): American Academy of Ophthalmology; 2004.

Anda mungkin juga menyukai