Anda di halaman 1dari 7

A.

DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan.
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
fungsi fisiologis tubuh karena di dalam cairan tersebut terdiri dari air yang mengandung
partikel organik dan anorganik yang penting untuk tubuh kita. Elektrolit tubuh mengandung
komponen-komponen kimiawi.
Elektrolit dalam tubuh ada yang bermuatan positif(kation) dan negative (anion).
Elektrolit sangat penting pada fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf.
B. FUNGSI CAIRAN
Komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang mempunyai fungsi
yang sangat besar. Fungsi cairan antara lain:
1. Transportasi: nutrisi ,partikel kimiawi, partikel darah, energy dan lain-lain.
2. Pengatur suhu
3. Pembentukan struktur tubuh.
4. Memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolism tubuh.
C. PROPORSI CAIRAN TUBUH
Air memiliki presentase yang besar terhadap tubuh manusia. Tetapi proporsinya berbeda
pada setiap tahapan usia.
1.
2.
3.
4.
5.

Bayi premature
Bayi cukup bulan
Dewasa laki
Wanita dewasa
Lansia

: 80% dari BB tubuhnya merupakan air


: 70% dari BB tubuhnya air
: 60% dari BB tubuhnya adalah air
: 50% dari BB tubuh adalah air
: 45-55% dari BB adalah air

Cairan dalam tubuh akan didistribusikan ke seluruh tubuh dalam 2 ruang yaitu cairan
intraseluler dan ekstraseluler.

1. Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat dalam sel dan jumlahnya sekitar 40 % dari
berat badan, dan merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses
2.

metabolisme
Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di luar sel dengan jumlah sekitar
20% dari berat badan, berperan dalam memberi bahan makanan bagi ssel dan
mengeluarkan sampah sisa metabolism. Cairan ekstraseluler terbagi menjadi 2, yaitu
a. Cairan interstitial
Cairan yang terdapat antara celah antar sel atau disebut juga cairan antar jaringan.
Jumlah dari cairan ini adalah 15% daeri berat badan. Fungsinya adalah memberi
pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak.
Contohnya adalah cairan pleura, cairan pericardial, cairan peritoneal.
b. Cairan intravaskuler
Merupakan caian yang terdapat dalam pembuluh darah dan merupakan plasma,
berjumlah sekitar 5% dari berat badan.

D. MEKANISME GERAKAN CAIRAN ELEKTROLIT


Pergerakan cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam keadaan seimbang.secara
garis besar, pergerakan cairan elektrolit dan cairan terbagi atas beberapa aspek:
1. Plasma, yang didalamnya antara lain mengandung oksigen dan nutrient, bergerak ke
saluran tubuh dalam sirkulasi
2. Cairan interstitial beserta komponennya bergerak diantara kapiler darah dan sel
3. Cairan dariintersitial bergerak ke sel.
Pergerakan cairan tubuh ini dipengaruhi oleh gaya-gaya utama yang menyebabkan airan
dan elektrolit terus bergerak. Gaya tersebut meliputi:
1. Difusi
Difusi merupakan pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke
daerah yang konsentrasinya rendah dan hasil akhir dari proses difusi adalah konsentrasi
di kedua kompartemen menjadi sama. Larutan tersebut adalah zat-zat atau partikelpartikel yang berada dalam cairan, seperti glukosa, elektrolit, oksigen, dll. Contoh proses
difusi adalah pergerakan oksigen dari kapiler darah ke sel. Difusi oksigen terjadi karena
perbedaan konsentrasi oksigen antara kapiler dengan sel. Arah perpindahan yang terjadi
pada proses difusi bisa timbal balik
2. Osmosis

Merupakan gerakan air melewati membrane semipermeable dari arah konsentrasi


rendah ke konsentrasi tinggi.kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi zat terlarut
(solute) di dalam larutan, suhu, tekanan, muatan listrik solute, dan perbedaan tekanan
osmosis. Tekanan osmosis ini bergantung pada konsentrasi konsentrasi molekul di dalam
larutan. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, makan maka tekanan osmosis pada larutan
tersebut juga tinggi. Tekanan osmotic larutan disebut juga osmolalitas. Tekanan osmotic
ini antara lain dipengaruhi oleh albumin dan natrium. Proses osmosis ini sering terjadi
antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.
3. Filtrasi
Tekanan filtrasi merupakan cara lain dimana air dan partikel-partikel bergerak
melewati membrane. Gerakan ini terjadi akibat bobot atau tekanan cairan lebih besar
pada satu sisi membrane dibandingkan dengan sisi yang lain. Bobot atau tekanan cairan
ini disebut dengan tekanan hidrostatik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa filtrasi
terjadi dari daerah dengan tekanan hidrostatik tinggi ke daerah dengan tekanan
hidrostatik rendah. Bergeraknya air dan solute seperti dari intravaskuler ke interstitial,
terjadi karena tekanan hidrostatik pada intravaskuler lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan pada interstitial. Dengan demikian, air beserta oksigen, nutrient, glukosa dan
solute lainnya dapat keluar dari intravaskuler masuk ke interstisial, lalu ke sel.
4. Transport aktif
Pada transportasi aktif, zat-zat dapat bergerak melewati membrane sel dari larutan
yang konsentrasinya rendah ke konsentrasi yang tinggi dengan menggunakan energy. Ini
berguna untuk keseimbangan elektrolit. Contohnya adalah pada pompa natrium dan
kalium, dimana natrium dipompa keluar sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Bayi dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa, karena laju
metabolic yang tinggi dan ginjal mereka yang belum matur dibandingkan orang dewasa.
Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan
fungsi ginjal atau jantung.

2. Aktivitas
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolism dalam tubuh yang menyebabkan
peningkatan keluaran keringat. Dengan demikian jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. IWL (insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat peningkatan
laju pernapasan dan aktivitas kelenjar keringat.
3. Iklim
Individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu pana tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolism dan
usia.
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
5. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
6. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
misalnya:

Trauma yang terjadi seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan cairan dan

elektrolit dari sel/jaringan(seperti luka robek, luka bakar)


Pasien diare mengalami peningkatan kebutuhan cairana akibat kehilangan cairan

melalui saluran gastrointestinal


Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.


Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya secara

mandiri.
Dalam keadaan kurang cairan, ginjal akan menurunkan produksi urin dengan berbagai
cara, diantaranya peningkatan reabsorpsi tubulus, retensi urin, dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan
menurun. Oleh karena itu ketika terjadi gangguan ginjal individu akan mengalami
oliguria (produksi urin <400ml/24jam) hingga anuria (produksi urin <200ml/24 jam).

Dalam keadaan demam, tubuh akan mengeluarkan lebih banyak cairan melalui keringat.

F. GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

G. PENGKAJIAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


H. DIAGNOSIS KEPERAWATAN TERHADAP GANGGUAN KESEIMBANGAN
ELEKTROLIT
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah:
1. Kekurangan volume cairan
- Definisi: Penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini
-

mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan pada natrium


Tujuan
a. Fluid balance (keseimbangan cairan tubuh)
b. Hydration (hidrasi)
c. Nutritional Status : Food and Fluid Intake (status nutrisi: masukan makanan dan
cairan)
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC/ Intervensi
1. Fluid management
a. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
d. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
e. Monitor vital sign
f. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
g. Kolaborasi pemberian cairan IV
h. Monitor status nutrisi
i. Berikan cairan
j. Berikan diuretik sesuai interuksi
k. Berikan cairan IV pada suhu ruangan

l. Dorong masukan oral


m. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
n. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
o. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
p. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
q. Atur kemungkinan tranfusi
r. Persiapan untuk tranfusi
2. Hipertermi
- Definisi:
- Tujuan
- Kriteria Hasil :
- NIC/ Intervensi
3. Resiko syok hipovolemi
- Definisi:
- Tujuan
- Kriteria Hasil :
- NIC/ Intervensi
4. Resiko perdarahan
- Definisi:
- Tujuan
- Kriteria Hasil :
- NIC/ Intervensi

Anda mungkin juga menyukai