Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur dan fungsi sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan
jaringan penunjang yang disebut neuroglia. Tersusun membentuk sistem saraf pusat dan
saraf sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan
sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar sistem saraf pusat yang membawa pesan
ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan
kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai
keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan
internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntutu tubuh dapat
mengdaptasi sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi
perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai kegiatan refleks. Bila
tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau
sakit.
Stimulasi dapat menghasilkan suatu aktivitas. Stimulasi diterima oleh reseptor sistem
saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi dalam bentuk implus listrik
kesisten saraf piusat. Bagian sistem saraf tepi yang menerima rangsangan disebut
reseptor, dan diteruskan menuju sistem saraf pusat oleh sistem saraf sensoris. Pada sistem
saraf pusat implus diolah dan di interpretasi untuk kemudian jawaban atau respon
diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai
pencutus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau respon adalah sistem
saraf motorik. Bagian sistem saraf tepi yang mencetuskan jawaban disebut efektor.
Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (volunter)
dan jawaban yang tidak dipengaruhi kemauan (involunter). Jawaba volunter melibatkan
sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom. Efektor
dari sitem saraf somatik dalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom,
efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sbase.
Indra menghubungksn kita dengan dunia dan satu sama lain. Setiap indra
memungkinkan kita berespons terhadap stimulus yang samar dan tidak terlalu samar
dengan presisi dan rekognisi. Karena adanya cara indra kita membawa lingkungan
eksternal kepada kita., implikasi hilangnya indra dari hari ke hari sangat besar. Indra
mencakup penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan sentuhan.

B. Tujuan
Untuk mengetahui patofisiologi dari sistem persyarafan dan penginderaan.
C. Manfaat
1. Sebagai masukan, literature dan pengembangan bagi mahasiswa Poltekkes
Pangkalpinang.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang patofisiologi sistem penginderaan
dan persyarafan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem syaraf
1. Pengertian sistem saraf
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron
yang mengkoordinasikan skitivitas otot, memonitor organ, membentuk atau
menghentikan masukan dari indera, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama
dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron
memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf pada manusia secara
umum dibagi menjadi 2 yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada 3
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
a. Reseptor, adalah alat penerimaan rangsangan atau implus. Pada tubuh kita
yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Konduktor atau penghantar implus, dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri.
Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang
paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot yang
menanggapi rangsangan berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon
menanggapi rangsangan dengan meningkatkan atau menurunkan aktivitas
organ tubuh tertentu. Misalnya: mempercepat atau memperlambat denyut
jantung, melebarkan atau menyempitkan pembuluh darah dan lain
sebagainya.
Fungsi saraf
a. Menerima informasi atu rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh
melalui saraf sensori. Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory pathway
b. Mengkomunikasikan informasi anatra sistem saraf perifer dan sistem saraf
pusat.
c. Mengelola informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis maupun
diotak untuk selanjutnya menentukan jawaban atau respon.
d. Menghantarkan jawaban secara cepat melaui saraf motorik keorgan-organ
tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut
juga effren motorik pathway.

2. Anatomi dan fisiologi sistem syaraf 3


Sistem saraf merupakan salah satu

sistem

koordinasi

yang

bertugas

menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh
sistem saraf, yaitu:
a. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita
yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat
sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah
otot dan kelenjar
Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).
Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
Struktur Sel Saraf terdiri dari :
a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf.
Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima
dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang
merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat
benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh
beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan
berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin
tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann yang akan membentuk suatu
jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu
pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang
melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus
oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan
fungsinya, yaitu:
a. Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan
dari reseptor yaitu alat indera.

b. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan


rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan
berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
c. Sel saraf penghubung Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang
berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel
saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf
yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.
Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf
tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk
sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti
asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam
mentransfer impuls pada sinapsis.
Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan
sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh
rangsangan adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Perubahan dari dingin menjadi panas.


Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
Suatu benda yang menarik perhatian.
Suara bising.
Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan


menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja
atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui
jalan yang panjang.
b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat
singkat dan tidak melewati otak.
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut.
1) Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
2) Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing
yang masuk ke mata.
3) Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4) Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5) Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.
Susunan Sistem Saraf
Di dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem
saraf. Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi
yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas
tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran
ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai
berikut.
a. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
b. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah.
Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang
mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah
sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
c. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat
dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi
oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.
Sistem Saraf Pusat
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga

tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak
adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak.
1) Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang
disadari. Berpikir, berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan
mendengar termasuk kegitan tubuh yang disadari. Otak besar
dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.
Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak
besar belahan kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh
sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan
mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.
2) Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di
bawah otak besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan
luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil
dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan
yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi
sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan
kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.AA
Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan Otak tengah
(mesensefalon). Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak
besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil. Batang
otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Batang
otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna
kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih,
berisi neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks
fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan,
darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.
b. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga
tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang
pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis,
yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu.
Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung
badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik,
saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur
gerak refleks.
c. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak
sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang
kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas

yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat.
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan
dari dan ke sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem
saraf tepi membentuk perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon
rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem
saraf somatis dan sistem saraf otonom.
1) Sistem saraf somatis
Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan
31 pasang saraf sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang
saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung,
telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui
sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagianbagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik. Saraf-saraf
dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem
saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf
sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau
tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh
sistem ini.
Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut.
a) Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari
telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan
tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan
mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk
membukakan pintu.
b) Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan
menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak
mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas
angin.
c) Ketika

kita

melihat

kamar

berantakan,

mata

akan

menyampaikan informasi tersebut ke otak, otak akan


menterjemahkan informasi tersebut dan mengisyaratkan
tangan dan kaki untuk bergerak membersihkan kamar.
2) Sistem saraf otonom
Contohnya apabila kita kejatuhan cicak, kita merasa
kaget ketakutan, dan menjerit keras. Jantung berdetak dengan
cepat. Pikiran kacau. Reaksi yang membuat respon dalam situasi
ketakutan ini dikontro oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf
otonom mengatur

kerja

jaringan

dan

organ

tubuh

yang

tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita.


Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah

pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas


sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Sistem
saraf
simpati
disebut
juga

sistem

saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang


belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa
25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum
tulang belakang yang terletak di sepanjang tulang belakang sebelah
depan, dimulai dari ruas tulang leher sampai tulang ekor. Masingmasing simpul saraf dihubungkan dengan sistem saraf spinal yang
keluar menuju organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal,
pembuluh darah, dan pencernaan. Fungsi dari sistem saraf simpatik
adalah sebagai berikut.
a) Mempercepat denyut jantung.
b) Memperlebar pembuluh darah.
c) Memperlebar bronkus.
d) Mempertinggi tekanan darah
e) Memperlambat gerak peristaltis.
f) Memperlebar pupil.
g) Menghambat sekresi empedu.
h) Menurunkan sekresi ludah.
i) Meningkatkan sekresi adrenalin
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,
karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral.
Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubunghubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf
parasimpatetik menuju organ yang dikendalikan oleh saraf simpatetik,
sehingga bekerja pada efektor yang sama. Urat sarafnya menuju ke organ
tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf
parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem
saraf

simpatik.

Misalnya

pada

sistem

saraf simpatik

berfungsi

mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik


akan memperlambat denyut jantung.
Kelainan pada Sistem Saraf
Sistem saraf dapat mengalami gangguan atau kelainan. Beberapa contoh
gangguan pada sistembuh) saraf manusia adalah sebagai berikut:
a. Epilepsi,
Merupakan kelainan pada sel-sel saraf di otak sehingga penderita tidak
dapat merespon berbagai rangsangan. Otot-otot rangka penderita sering
berkontraksi secara

tidak

terkontrol.

Epilepsi

dapat

disebabkan

karena cacat sejak kelahiran, kelainan metabolisme, infeksi, adanya racun


yang merusak sel-sel saraf, kecelakaan pada kepala, dan tumor.

10

Gambaran Klinis
Kejang parsial dapat berkaitan dengan :
1) Gerakan wajah atau menyeringai
2) Sentakan yang dimulai disalah satu bagian tubuh yang dapat
menyebar
3) Pengalaman sensorik berupa penglihatan, bau, atau suara
4) Kesemutan
5) Perubahan tingkat kesadaran
Kejang umum dapat berkaitan dengan :
1) Ketidaksadaran, biasanya disertai dengan jatuh, kecuali pada masa
2)
3)
4)
5)
6)
7)

kanak-kanak tidak ada kejang


Refleks pada lengan dan tungkai yang tidak terkontrol
Periode apnea yang singkat (henti napas)
Salivasi dan mulut berbusa
Menggigit lidah
Inkontinensia
Stadium postictal berupa stupor atau koma, diikuti oleh

kebingungan, sakit kepala, dan keletihan


8) Prodroma dapat terjadi pada setiap jenis kejang, prodroma adalah
perasaan atau gejala tertentu yang dapat mendahului kejang selama
beberapa jam atau hari
9) Aura dapat terjadi pada setiap jenis kejang. Aura adalah sensasi
senorik tertentu yang sering atau selalu timbul sesaat menjelang
kejang.
Komplikasi
1) Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental dapat terjadi setelah
kejang yang berulang
2) Deperesi dan ansietas dapat terjadi. Seperti yanng dijelaskan sebelumnya,
isolasi sosial jangka panjang dapat terjadi
Penatalaksanaan
1) Identifikasi jenis kejang sangat penting untuk penatalaksanaan
yang optimal
2) Atasi penyebab gangguan kejang jika mungkin
3) Tersedia obat yang dapat mengurangi frekuensi kejang yang
dialami

individu.

Tujuan

penatalaksanaa

kejang

dengan

minimumnya efek samping yang disebabkan oleh penatalaksanaan


obat yang dipilih harus tepat untuk jenis kejang
4) Pembedahan reseksi untuk mengangkat fokus epiloptogenik
senakin sering dilakukan dan diindikasikan pada pasien yang obat
antiepilepsinya tidak sepenuhnya mengontrol kejang. Pembedahan
juga dapat digunakan untuk memutuskan hubungan antara hemisfer

11

serebril, dengan membatasi kejadian kejang (yang disebut korpus


kalostomi)
5) Stimulasi saraf vagus mencakup alat listrik yang diimplan pada
area infrakavikukar yang diimplan pada area infaklavikular yang
memberikan pola tertentu stimulasi vagal pada pasien yang
mengalami kejang refraktori terhadap terapi. Terapi ini alternatif
yang relatif baru untuk terapi obat. Stimulator saraf vagus terbukti
efektif dalam menurunkan frekuensi kejang pada beberpa pasien
6) Dianjurkan konseling pada pasien dan keluarga.
b. Neuritis, adalah luka pada neuron atau sel-sel saraf. Disebabkan oleh
infeksi, kekurangan vitamin, karena pengaruh obat-obatan dan racun.
c. Amnesia, atau penyakit lupa, yaitu sulit mengingat kejadian-kejadian yang
telah berlalu. Amnesia dapat disebabkan karena goncangan batin atau
cidera pada otak.
d. Stroke, adalah

kerusakan

otak

akibat

pecah,

penyempitan,

atau tersumbatnya pembuluh darah di otak. Strok sering terjadi pada orang
yang menderita tekanan darah tinggi.
e. Meningitis adalah membran /selaput otak terkena infeksi maka akan
terjadi radang.
Gambaran klinis
1) gejala peningkatan tekanan itrakranial dapat terjadi pada meningitis
dan ensefalitis, berupa sakit kepala, penurunan kesadara, dan
muntah.
2) Demam akibat infeksi biasa terjadi pada meningitis dan ensefalitis.
3) Fotofobia (respons nyeri terhadap cahaya) akibat iritasi saraf
kranial sering menyertai meningitis dan ensefalitis.
4) Ketidakmampuan menekukkan dagu ke dada tanpa nyeri (kaku
kuduk) trejadi pada meningitis dan ensafalitis akibat iritasi saraf
spanial.
5) Ensefalitis biasanya memperlihatkan tanda dramatis delirium dan
penurunan kesadaran yang progresif. Kejang dan gerakan abnormal
dapat terjadi.
Komplikasi
1) Individu dapat mengalami disabilitas permanen, kerusakan otak,
atau meninggal akibat ensefalitas atau, yang lebih jarang,
meningitis.
2) Kejang dapat terjadi.
Penatalaksanaan
1) Antibiotik spektrum luas diberikan setelah pengambilan CSS dan
digaanti apabila perlu setelah hasil kultur.
2) Obat antivirus diberikan untuk ensefalitas.
3) Tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial dilakuka,
terutama pada ensafalitis
4) Beberapa jenis meningitis mengharuskan pasien diisolasi di rumah
sakit.

12

f. Gegar Otak
Gegar otak adaloah cedera kepala tertutup yang biasanya ditandai
dengan penurunan kesadaran. Gegar otak menyebabkan periode apnea
yang singkat. Gegar otak dapat ringan, sedang, atau berat, bergantung
pada lama individu tidak sadar. Keadaan tidak sadar dalam waktu lama
diperkirakan menyebabkan hasil yang buruk. Akan tetapi, bahkan gegar
otak ringan dapat berkaitan dengan perubahan kognitif atau perilaku yang
tidak kentara walaupun tidak terdapat patologi otak yang jelas. Keadaan
tersebut, yang disebut sindrom pascagegar otak, dapat berlangsung selama
lebih dari setahun.
g. Hematoma Epidural
Hematoma epidural adalah akumulasi darah diatas dura mater. Hematoma
epidural terjadi secara akut dan biasanya disebabkan oleh perdarahan arteri
yamg mengancam jiwa.
h. Hematoma Subdural
Hematoma subdural adalah akumulasi darah dibawah dura mater, tetapi
diatas membran araknoid. Hematoma subdural biasanya disebabkan oleh
robekan vena walaupun kadang-kadang dapat terjadi dengan cepat
pendarahan arteri subdural. Hematoma subdural dapat terjadi dengan
cepat, yang disebut hematoma subdural akut, atau dapat terjadi akibat
pendarahan

lambat,

yang

disebut

hematoma

subdural

subakut.

Penyalahgunaan alkohol kronis dan lansia dapat mengalami hematoma ya


ng berkembang lambat selama periode beberapa bulan setelah cedera
kepala ringan, dan dapat tidak memperlihatkan gejala yang jelas akibat
hematoma sampai hematoma yang besar. Hal ini disebut hematoma
subdural kronis. Hematoma subdural kronis mungkin terjadi karena lansia
dan penyalahgunaan alkohol kronis mengalami penurunan jaringan otak
yang

memungkinkan

kranium

mengakomodasi

hematoma

yang

berkembang tanpa mengalami peningkatan tekanan yang signifikan.


i. Hemarogi Subaraknoid
Hemoragi subraknoid adalah akumulasi darah dibawah membran araknoi
d, tetapi diatas pia mater. Ruang ini normalnya hanya berisi CSS.
Hemoragi subraknoid biasanya terjadi akibat pecahnya aneurisma
intrakranial, hipertensi berat, malformasi diatas arteriovenosa, atau cedera
kepala. Darah yang berakumulasi di atas atau di bawah meninges
menyebabkan peningkatan tekanan dijaringan otak dibawahnya.
Gambaran Klinis
1) Pada gegar otak, kesadaran sering kali menurun
2) Kesadaran dapat menjadi abnormal secara progresif
3) Respons pupil mungkin tidak ada atau secara progresif mengalami
deteriorasi

13

4) Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi bersama


peningkatan tekanan intrakranial
5) Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi bersama
peningkatan tekanan intrakranial
6) Muntah dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial
7) Perubahan perilaku, kognitif, dan fisik, pada gerakan motorik dan
berbicara dapat terjadi dengan segera atau secara lambat. Amnesia
yang berhubungan dengan kejadian ini biasa terjadi.
Komplikasi
Perdarahan di dalam otak , yang disebut hematoma intraserebral, dapat
menyertai cedera kepala tertutup yang berat, atau lebih sering, cedera
kepala terbuka. Pada perdarahan di otak, tekanan intrakranial meningkat,
dan sel neuron dan vaskular tertekan. Ini adalah jenis cedera otak
sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat menurun dengan segera, atau
dapat menurun setelahnya ketika hematoma meluas dan edema intertisial
memburuk. Perubahan perilaku dan defisit kognitif dapat terjadi dan tetap
ada.
Penatalaksanaan
1) Gegar otak ringan dan sedang biasanya diterap dengan observasi
dan tirah baring titik.
2) Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah melalui
pembedahan dan evakuasi hematoma.
3) Mungkin
diperlukan
debridement

melalui

pembedahan

(pengeluaran benda asing dan sel yang mati), terutama oada cedera
kepala terbuka.
4) Dekompresi melalui penngeboran lubang didalam otak yang
disebut burrhole, mungki diperlukan.
5) Mungkin dibutuhkan ventilasi mekanis.
6) Antibiotik diperlukan untuk cidera kepala terbuka guna mencegah
infeksi.
7) Metode untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat mencakup
pemebrian diuretik dan obat anti inflamasi.

14

B. Sistem Penginderaan
1. Penglihatan
Stimulasi reseptor peka cahaya dimata, yang disebut fotoreseptor,
menimbulkan indra penglihatan. Respons fotoreseptors disalurkan ke otak dengan
cara menyampaikan sinyal listrik yang melewati beberapa tingkat jaringan sel
yang semakin kompleks. Setelah sinyal mencapai otak, sinyal tersebut
diinterpretasikan sebagai gambaran visual tertentu berdasarkan kompleksitas pola
pencetusan potensial aksi, dan pemberian kode warna. Oleh karena itu, untuk
memiliki indra penglihatan, seseorang membutuhkan mata yang berfungsi untuk
menerima stimulus, sel yang dapat memberi kode stimulus secara elektrik, jaras
saraf yang utuh untuk menyalurkan sinyal listrik, dan korteks serebri yang dapat
menginterpretasikan sinyal sebagai gambar yang bermakna.
Anatomi fisiologi
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata
yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya
adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk
memberikan pengertian visual.
a. Organ luar
1) Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
2) Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola
mata.
3) Kelopak mata berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
b. Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:
1) Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya
dari sumber cahaya.
2) Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya
rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3
milimeter.
3) Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan
kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam.
Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan
menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi
oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris
inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
4) Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada
retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga
cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek

15

yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis.
Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari
dekat), lensa mata akan menebal.
5) Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya,
khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina,
cahaya diteruskan ke saraf optik.
6) Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk
menuju

ke

otak.

2. Pendengaran
Indra pendengaran terjadi ketika gelombang suara masuk ke struktur
eksternal telinga, melewati telinga tengah menuju telinga dalam, dan
menstimulasi sel reseptor spesifik telinga dalam yang mencetuskan potensial aksi,
yang selanjutnya dibawa ke otak. Potensial aksi disalurkan melalui saraf koklear
ke korteks pendengaran, suatu struktur yang terletak di lobus temporalis otak,
tempat potensial aksi diinterpretasikan sebagai suara.
Bagian-bagian telinga:
a. Telinga luar
Terdiri atas aurikula (tulang rawan bagian luar) dan saluran telinga luar.
b. Telinga tengah
Memiliki tiga prossesus (tonjolan) tulang, yang terhubung dalam
rangkaian ke gendang telinga: maleus, inkus dan stapes. Telinga tengah
dihubungkan ke hidung dan tenggorokan melalui tuba eustachius.
c. Telinga dalam
Telinga dalam adalah organ kompleks yang terdiri atas dua struktur rumit :
1) Labirin tulang
Terdapat koklea, vestibulum dan saluran semisirkular.
2) Labirin membranosa

16

3. Pengecapan
Reseptor untuk pengecapan disebut papil pengecap yang terletak dilidah
dengan suatu pola dan mengalami depolarisasi sebagai respon terhadap stimulasi
kimia spesifik.
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah
juga turut membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu membolak balik
makanan dalam mulut.
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang
disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:
a. Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
b. Papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti
huruf V di belakang lidah;
c. Papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
4. Penciuman
Indra penciuman dihasilkan oleh sel reseptor, yang disebut sel olfaktorius,
yang melapisi membran mukosa hidung, sel olfaktorius mengandung silia yang
mengalami depolarisasi apabila diikat oleh zat kimia tertentu yang sesuai dengan
bau spesifik udara.
Anatomi fisiologi
Secara anatomi, hidung adalah penonjolan pada vertebrata yang
mengandung nostril, yang menyaring udara untuk pernapasan. Hidung sebagai
suatu istilah, dapat juga digunakan untuk menunjukkan ujung sesuatu, seperti
hidung pada pesawat terbang
Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi
menghirup

udara

pernapasan,

menyaring

udara,

menghangatkan

udara

pernapasan, juga berperan dalam resonansi suara. Hidung merupakan alat indera
manusia yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimia yang berupa gas.di
dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan selsel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori)
di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab
rongga hidung.
Proses Mencium Sesuatu
Pada saat kita bernapas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk ke dalam
hidung kita. zat kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan pada selaput
lendir, kemudian akan merangsang rambut-rambut halus pada sel pembau. sel
pembau akan meneruskan rangsang ini ke otak dan akan diolah sehingga kita bisa
mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.
5. Sentuhan

17

Sensasi taktil mencakup pengenalan sentuhan, tekanan, dan getaran oleh


tubuh. Masing-masing sensasi tersebut tampak diperantarai oleh reseptor yang
hanya berbeda lokasinya; reseptor sentuhan terletak pada atau di dekat kulit,
sedangkan reseptor tekanan terletak lebih dalam di jaringan. Getaran dirasakan
sebagai stimulus yang berulang secara cepat yang mengaktifkan baik reseptor
sentuhan maupun reseptor tekanan.
6. Kelainan pada Sistem Penginderaan
a. Blefaritis
Pengertian
Blefaritis adalah inflamasi palpebra. Blefaritis adalah inflamasi
batas kelopak mata dan margo palpebra yang umum. Blefaritis sering
disertai konjungtivitis atau keratitis.
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi atau alergi yang biasanya
berjalan kronik atau akibat disfungsi kelenjar meibom. Alergi dapat
disebabkan debu, asap, bahan kimia iritatif, atau bahan kosmetik. Infeksi
oleh bakteri disebabkan Stafilokok, Streptococcus alpha atau beta
hemolyticus, Pneumokok, Pseudomonas, Demodex folliculorum, hingga
Pityrosporum ovale yang menyebabkan blefaritis seboroik. Infeksi oleh
virus disebabkan Herpes zoster, Herpes simplek, Vaksinia, dan sebagainya,
sedangkan oleh jamur dapat menyebabkan infeksi superfisial atau
sistemik.
Patofisiologi
Blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena
adanya pembentukan minyak berlebihan didalam kelenjar didekat kelopak
mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi
mikrobakteri secara langsung pada jaringan pada sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang
disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim.
Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya
dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda yang ada pada blefaritis adalah sebagai berikut:
1) Skuama pada tepi kelopak
2) Jumlah bulu mata berkurang
3) Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
4) Sekresi meibom keruh
5) Abnormalitas film air mata
Gejala yang ada pada blefaritis adalah sebagai berikut:
1) Blefaritis menyebabkan kemerahan, pembengkakan, serta luka
terbuka yang dangkal pada kelopak mata.

18

2) Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di


matanya. Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas, dan menjadi
merah. Beberapa helai bulu mata rontok.
3) Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang. Bisa
terbentuk keropeng yang melekat pada tepi kelopak mata. Jika
keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi
mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar
dibuka.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat Blefaritis adalah sebagai
berikut:
1) Syndrome mata kering
2) Konjungtivitis
3) Kista meibom
4) Bintil pada kelopak mata
b. Mastoiditis
Pengertian
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang di sebabkan oleh suatu
infeksi telinga tengah, jika tidak diobati dapat terjadi osteomilitis.
Mastoiditis adalah peradangan pada tulang mastoid biasanya berasal dari
cavum timpany yang umumnya merupakan komplikasi dari otitis media
yang tidak baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mastoiditis adalah suatu
peradangan pada telinga tengah yang merupakan komplikasi dari otitis
media supurative chronis.
Penyebab mastoiditis terbesar otitis media supurative chronis yang
berkembang menjadi mastoiditis adalah infeksi campuran bakteri dari
meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba
eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme meatus
auditoris eksternal termasuk Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.
proteus, B. coli, dan Aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya
Streptococcus

hemolitikus,

Streptococcus

hemolitikus

dan

Pneumococcus.
Patofisiologi
Infeksi dimulai dari infeksi telinga tengah yang kemudian menjalar
mengenai tulang mastoid dan sel-sel di dalamnya, hal ini mengakibatkan
terjadinya proses nekrosis tulang mastoid serta merusak struktur tulang.
Bila tidak segera dilakukan pengobatan terhadap infeksinya maka dapat
mengakibatkan terjadinya abses sub peritoneal pada mastoid. Apabila
infeksi merusak tulang di sekitarnya sampai nanah dapat keluar mungkin
terjadi:
1) Keluar melalui permukaan luar dan prosesus mastoid, sehingga
terjadi abses sub peritoneal pada mastoid.
2) Ke bawah mulai ujung prosesus masuk leher.

19

3) Ke depan mulai dinding belakang liang telinga.


4) Ke atas melalui pigmen (atap) rongga telinga masuk fosa chranial
media.
5) Ke belakang melalui fosa chranial posterior.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinik dari mastoiditis adalah nyeri telinga, otore (keluar
cairan dari dalam telinga), demam, nyeri tekan, kemerahan, dan penebalan
sekitar prosesus mastoideus, dan biasanya pada pemeriksaan telinga
menunjukkan banyak sekret purulen, dari perforasi membrane timpany.
Manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:
1) Demam biasanya hilang dan timbul.
2) Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di
dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
3) Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.
4) Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas
sebaseus (lemak).
5) Dinding posterior kanalis menggantung.
6) Pembengkakan postaurikula.
7) Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara
mastoid oleh cairan dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel
tersebut.
8) Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.

20

Komplikasi
Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syarafsyaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya
kemampuan klien untuk melihat ke arah samping/lateral (syaraf kranial
VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf
kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis,
abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.
c. Otitis media akut
Pengertian
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Telinga tengah
biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.
Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan oleh silia mukosa Tuba
Eustachius, enzim dan antibodi untuk mencegah masuknya mikroba serta
terjadinya infeksi kedalam telinga tengah
Penyebab utamanya adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah yang normalnya steril. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi
tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran
pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya misalnya sinusitis,
hipertrofi adenoid atau reaksi alergi misalnya rinitis alergika. Bakteri yang
umum ditemukan sebagai organisma penyebab adalah streptococcus
pneumoniae, hemophylus influenza

dan moraxella catarrhalis. Cara

masuknya kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi


dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada
perforasi membran timpani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga
tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
Manifestasi Klinis
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan
bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
dapat unilateral pada orang desasa,.dan mungkin terdapat otalgia. Nyeri
akan hilang secara spontan bila terjadi perforasi membran timpani atau
setelah dilakukan miringotomi (insisi membran timpani). Gejala lain dapat
berula keluarnya cairan dari telinga. Demam, kehilangan pendengaran,
dan tinitus. Pada pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus
sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri bila aurikula digerakkan.
Membran timpani tampak merah dan sering menggelembung.
Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu
abses subperiostosi sampai komplikasi yang berat (meningitis atau abses
otak). Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu
biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.
d. Ambliopia

21

Penurunan ketajaman penglihatan pada mata yang tampak secara


struktural utuh. Pada ambliopia, sistem saraf pusat menjadi tidak dapat
mengidentifikasi stimulus visual; yaitu, sinyal dikirim dari mata, namun
tidak dikenali otak. Ambliopia sering terjadi akibat tidak digunakannya
satu mata, akibat kondisi interaksi binokular abnormal. Ambliopia kadangkadang dapat disebabkan oleh ingesti toksi seperti alkohol atau tembakau,
atau mungkin berkaitan dengan penyakit sistemik seperti gagal ginjal atau
diabetes mellitus.
e. Strabismus
Deviasi posisi mata relatif terhadap mata yang lain. Pada
strabismus, mata mungkin tampak bersilangan (juling). Individu yang
mengalami strabismus sering mengeluhkan adanya penglihatan ganda.
Strabismus dapat terjadi akibat ketidakmampuan kongenital untuk
menggunakan kedua mata bersama-sama.
f. Nistagmus
Gerakan involunter ritmik pada satu atau kedua mata. Gerakan
tersebut mungkin menyentak, berputar atau berayun. Penyebab nistagmus
adalah kerusakan sistem vestibular; cedera saraf kranial III, IV, atau VI;
gangguan serebelum; dan intosikasi obat.
g. Miopi
Miopia juga disebut penglihatan dekat, terjadi apabila mata tidak
mampu melakukan akomodasi secara adekuat untuk benda yang jauh.
Miopia dapat terjadi akibat pemanjangan bola mata pada masa
pertumbuhan yang menyebabkan bayangan difokuskan didepan retina.
Miopia terutama sering terjadi pada anak yang banyak membaca, mungkin
akibat perubahan panjang bola mata setelah berfokus pada benda yang
dekat dalam waktu lama.
h. Hiperopia
Hiperopia disebut juga penglihatan jauh, terjadi apabila mata tidak
mampu melakukan akomodasi secara adekuat untuk benda yang dekat
sehingga menyebabkan benda difokuskan dibelakang retina. Hiperopia
dapat terjadi pada usia muda atau dapat terjadi lebih lanjut, biasanya
setelah dekade ke empat kehidupan.

22

i. Astigmatisma
Pada astigmatisme, berkas cahaya tersebar diretina, bukan
berfokus pada retina karena kelengkungan kornea yang tidak simetris.
Bayangan yang terbentuk menjadi kabur atau terdistorsi. Astogmatisme
dapat terjadi pada miopia atau hipermiopia. Diperlukan lensa dengan
konstruksi khusus.
j. Buta warna
Buta warna biasanya adalah gangguan genetik terkait seks yang
disebabkan oleh defisiensi salah satu dari tiga fotopigmen. Individu yang
mengalami buta warna hanya melihat warna yang terbentuk oleh aktivitas
dua jenis sel kerucut lainnya.
k. Tinitus
Tinitus adalah suara berdenging yang terjadi di astu atau kedua
telinga. Tinitus dapat menyertai penimbunan kotoran telinga atau
presbikusis. Overdosis aspirin atau obat lain dapat mencetuskan tinitus.
Infeksi telinga tengah, penyakit meniere, atau otossklerosis juga dapat
menyebabkan tinitus.
l. Hiposmia
Penurunan sensasi penciuman. Hiposmia dapat bersifat bilateral
atau unilateral. Apabila semua penciuman terkena, kongesti saluran hidung
adalah penyebab yang paling mungkin.
m. Hipogeusia
Penurunan sensasi pengecapan. Hipogeusia diakibatkan karena kerusakan
salah satu saraf kranial yang mempersarafi lidah atau palatum.

23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem organ pada manusia yang terdiri atas sel neuron yang
mengkoordinasikan skitivitas otot, memonitot oragan, membentuk atau menghentikan
masukan dari indera, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah
neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam
koordinasi. Indra menghubungksn kita dengan dunia dan satu sama lain. Setiap indra
memungkinkan kita berespons terhadap stimulus yang samar dan tidak terlalu samar
dengan presisi dan rekognisi. Karena adanya cara indra kita membawa lingkungan
eksternal kepada kita., implikasi hilangnya indra dari hari ke hari sangat besar. Indra
mencakup penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan sentuhan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

24

24

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. KeperawatanMedikalBedah. Jakarta: EGC


http://www.slideshare.net/mobile/septianraha/makalah-sistem-persyarafan
J.Corwin, Elizabeth. 2009. BukuSakuPatofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai