270 451 1 SM
270 451 1 SM
ARTIKEL ILMIAH
OLEH :
KADEK AYU BUDIAWATI
E1M 011017
I.
Pendahuluan
Dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang paling penting yaitu
metode mengajar dan media pembelajaran. Dua unsur tersebut dapat dioptimalkan
untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menarik. Salah satunya, guru
dapat mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran untuk menjelaskan
materi ajar, sehingga materi ajar dapat mudah disampaikan dalam bentuk visual
dan membantu guru dalam mengefisienkan waktu dengan mengurangi verbalisme.
Dengan menggunakan media pembelajaran guru dapat membangkitkan semangat
siswa dalam belajar dan mampu mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar.
Media pembelajaran dapat berupa media tiga dimensi atau media elektronik. Salah
satu mata pelajaran yang dapat dijelaskan dengan bantuan media pembelajaran
adalah mata pelajaran kimia.
Di SMAN 2 Labuapi, guru yang mengajar mata pelajaran kimia di kelas X
kurang mengoptimalkan media pembelajaran dalam membantunya menjelaskan
materi kimia kepada siswa. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti pada siswa kelas X di SMAN 2 Labuapi, guru menjelaskan materi kimia
yang terkadang bersifat abstrak hanya dengan menjelaskannya saja sehingga siswa
kurang mampu memahami materi yang disampaikan. Terkadang media
pembelajaran yang guru gunakan sangatlah sederhana sehingga siswa kurang
mampu melihat dengan jelas media yang digunakan, hal tersebut membuat siswa
menjadi bosan, jenuh, dan kurang bersemangat dalam memperhatikan guru dalam
menjelaskan materi-materi kimia yang menyebabkan menrunnya minat siswa
untuk belajar pelajaran kimia.
media
tesebut
dibuat
oleh
pihak
tertentu
dan
guru
tinggal
integrasi
kata
dan
gambar
sebagai
media
pembelajaran
dapat
(2)
Mempermudah
memahami
materi-materi
yang
sulit,
(3)
ADDIE terdiri dari 5 (lima) langkah yaitu (1) analisis (analyze), (2) perancangan
(design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementation),
dan (5) evaluasi (evaluation) (N.Subana, 2013).
Pengoptimalan media dalam mengajar materi kimia akan membantu guru
untuk menyampaikan tersebut dengan mudah. Media yang digunakan untuk
mengajar dapat berupa media tiga dimensi, media dua dimensi (gambar dan
animasi) atau media elektronik. Di zaman modern ini media pembelajaran kimia
dapat dibuat atau didisain sendiri dengan bantuan ICT. Perkembangan ICT di
zaman ini salah satunya adalah komputer dengan hardware dan software
pendukungnya. Dengan bantuan ICT bermacam-macam media pembelajaran
kimia dapat dibuat sendiri oleh guru misalnya membuat animasi kimia,
menapilkan materi dengan tampilan menari menggunakan aplikasi PowerPoint,
membuat video yang berkaitan dengan kimia, atau membuat ilustrasi menarik
dengan menggunakan aplikasi pendukung lainnya. Media dalam pembelajaran
kimia dapat membantu merangsang siswa untuk bersemangat dengan memberikan
suasana belajar yang baru bagi siswa yang menyebabkan siswa tidak merasa jenuh
untuk terus mendengarkan guru dalam menjelaskan materi kimia, sehingga hasil
belajar menjadi lebih baik atau meningkat. Sehingga peneliti memiliki hipotesis
yaitu media pembelajaran kimia berbasis ICT (Information and Communication
Technology) dapat dikembangkan (dibuat dan diterapkan) dalam pengajaran kimia
pada materi stoikiometri dan ada pengaruh penerapan media pembelajaran kimia
berbasis ICT (Information and Communication Technology) terhadap hasil beajar
kimia siswa kelas X pada materi stoikiometri.
II.
Metode Penelitian
Penelitian ini berjenis eksperimen semu (Quasi Experimental Design),
dimana dalam desain ini kontrol atau pengendalian variabel tidak bisa dilakukan
secara ketat, atau secara penuh. Oleh sebab itu, peneliti harus dapat memilih dan
menentukan variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti
kata tidak dilakukan sepenuhnya (Sudjana, 2012).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan Posttest-Only
Control Group Design. Rancangan ini, menggunakan dua kelas sampel yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang diajarkan
dengan menggunakan media pembelajaran kimia berbasis ICT, sedangkan
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Untuk menentukan kelas
eksperieman dan kelas kontrol peneliti menggunakan nilai ulangan semester I
sebagai nilai yang paling dekat. Pada akhir penelitian, untuk mendapatkan data
akhir, dilakukan posttest terhadap kelas sampel dan kelas eksprimen. Dengan
demikian, rancangan penelitian secara sederhana dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel Rancangan Penelitian
Kelas
Data Awal
Eksperimen
Nilai Semester I
Kontrol
Nilai Semester I
Perlakuan
Menggunakan media
pembelajaran kimia berbasis
ICT
-
Data Akhir
(Post-test)
O2
O4
Keterangan:
O2
= data yang didapatkan setelah perlakuan pada kelas eksperimen
X
= Perlakuan menggunakan media pembelajaran berbasis ICT
O4
= data yang didapatkan tanpa adanya perlakuan terhadap kelas kontrol
Nilai kemampuan awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
perlakuan ditentukan dengan menggunakan nilai hasil ulangan semester I,
sedangkan hasil post-test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan dalam hal ini hasil belajar siswa. Media
pembelajaran kimia berbasis ICT ini dikembangkan (dibuat) dengan bantuan
perangkat lunak (software) yaitu macromedia flash dan perangkat
keras
desain
pembelajaran. Adapun tahap atau langkah yang telah peneliti lakukan dalam
pengembangan media pembelajaran berbasis ICT dengan model ADDIE adalah
analisis, desain, pengembangan, dan evaluasi. Pada tahapan evaluasi peneliti
dapatkan data dari hasil kuesioner respon siswa. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah media pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
kimia. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X
SMAN 2 Labuapi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling, sehingga didapatkan sampel untuk penelitian ini terdiri dari
dua kelas yaitu kelas X A digunakan sebagai kelas eksperimen, dan kelas X B
digunakan sebagai kelas kontrol.
Untuk mengetahui media pembelajaran dapat digunakan, peneliti
melakukan analisis kualitas media pembelajaran untuk mengetahui kualitas media
pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini (Subana, 2013):
100 %
F
N
Setelah menghitung presentase dari aspek yang dinilai oleh siswa, presentasi yang
telah didapatkan ditransformasikan kedalam tabel berikut yang diadaptasi dari
Kristingrum oleh Suana (2013) :
No
1
2
3
4
5
independen bila data yang diperoleh tidak normal. Terdapat dua rumus yang
digunakan untuk pengujian. Kedua rumus tersebut digunakan dalam perhitungan,
karena akan digunakan untuk mengetahui harga U mana yang lebih kecil. Harga U
yang lebih kecil tersebut digunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan
U tabel.
III.
digunakan, peneliti mengadakan uji validitas media terhadap tiga orang guru
kimia. Dua orang guru kimia yang sangat berrkompeten dalam bidang media
sebagai ahli media dan satu orang guru sebagai ahli materi. Ahli media tersebut
yaitu bapak Aspari M.Pd dan ibu Sumai Wahyu Astuti S.Pd yang tidak mengajar
pada kelas sampel. Ahli materi yaitu bapak Efrizal S.Pd selaku guru kimia kelas
X. Penilaian dari para ahli menggunakan angket berupa kuesioner yang diisi oleh
ahli media dan ahli materi. Hasil penilaian media pembelajaran kimia berbasis
ICT dari ahli media menunjukkan kualifikasi baik (89%), sehingga media ini
dapat digunakan dalam penelitian tanpa perlu direvisi. Hasil penilaian media
pembelajaran kimia berbasis ICT dari ahli isi materi menunjukkan kualifikasi
sangat baik (95,6%), sehingga media ini dapat digunakan dalam mengajar siswa
kelas X A (kelas eksperimen) tanpa perlu revisi.
Untuk mengetahui pengaruh penerapan media pembelajaran kimia
berbasis ICT, peneliti melakukan test
dengan jumlah soal sebanyak 32 soal dengan jenis soal pilihan ganda. Sebelum
soal diujikan soal divalidasi oleh bapak H. Efrizal S.Pd dengan menggunakan
angket validasi soal (vaidasi construk). Soal posttest yang sudah divalidasi oleh
ahli diujikan pada 38 orang siswa. Dari 32 soal yang diujikan, terdapat 20 butir
soal yang valid. Valid atau tidaknya soal ditentukan dengan mencari nilai korelasi
product moment setiap butir soal dan dibandingkan dengan nilai korelasi atau r
tabel soal dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Untuk mengetahui r hitung,
peneliti menggunakana rumus korelasi product moment angka kasar dengan
demikian didapatkan 20 butir soal yang valid. Untuk menguji reliabilitas butir soal
secara keseluruhan digunakan 1rumus KR- 20 yang menghasilkan koefisien
reliabilitas sebesar 0,943 dengan kriteria soal sangat tinggi.
Hasil belajar siswa kelas X pada materi stoikiometri pada pokok bahasan
tata nama senyawa dan persamaan kimia diikuti oleh 20 orang siswa pada kelas
kontrol dan 18 orang siswa pada kelas eksperimen. Hasil post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat tabel berikut:
Kelas Kontrol
(X B)
20
30
80
0
15 %
70
Kelas Eksperimen
(X A)
18
80,27
85
70
100%
70
Perbedaan hasil posttest ini terjadi karena kelas eskperimen lebih mudah
menerima atau menyerap materi yang diajarakandibandingkan dengan kelas
kontrol. Kemudahan dalam kelas eksperimen dalam menyyerap materi disesbakan
karena adanya media pembelajaran kimia berbasis ICT yang mampu menarik
minat siswa untuk memperhatikan dan media ini juga mampu merangsang otak
siswa untuk mengingat hal yang sudah dipelajari. Hal ini juga disampaikan oleh
Edgar Dale didalam Sanjaya (2006), semakin konkrit siswa mempelajari bahan
pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman dimana hanya
mengandalakan bahasa verbal, maka semakin seidkit pengalam yang diperoleh
siswa. Maka dari itu, penggunaan media pembelajaran kimia untuk menjelaskan
materi stoikiometri ini mampu membuat materi stoikiometri yang abstrak menjadi
lebih konkrit sehingga siswa di kelas eksperimen lebih banyak mendapatakan
pengalaman berupa memperhatikan dan mendengar penjelasan sekaligus yang
menyebabkan siswa di kelas eskperimen lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.
Penyebab lainnya adalah media pembelajaran kimia berbasis ICT ini
menampilkan materi stoikiometri tidak hanya dalam bentuk tulisan saja,
media dalam
kegiatan
pembelajaran
adalah
untuk
mempelancar proses interaksi antara guru dan siswa, dan mampu membantu siswa
belajar secara optimal. Selain itu menurut Arsyad (2003) pemanfaatan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minatyang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta
membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Disamping membangkitkan
motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga mampu membantu siswa
meningkatkan pemahaman dengan menyajikan data (materi) dengan menarikdan
dapat memudahkan penafsiran materi, sertamampu memandatkan informasi.
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan antara lain yaitu
Daftar Pustaka