Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN MASALAH OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

Arita Murwani, S. Kp

Disusun oleh :
D/KP/VI
Ari Siti Mardiyah

04.05.1135

Dian Is Suryaningsih

04.05.1143

Nita Sri Tunjung

04.05.1167

Nunik Dewi Nur Janah

04.05.1168

Rina Zuliana

04.05.1172

Tutik Lamini

04.05.1179

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008
OTITIS MEDIA AKUT

A. DEFINISI
Otitis media akut adalah infeksi atau peradangan akut pada sebagian atau seluruh rongga
telinga tengah, sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya infeksi virus atau bakteri.
Pada penyakit bawaan seperti down syndrome dan anak dengan alergi sering terjadi. Terapi
antibiotika dan kunjungan ke dokter THT dalam proses perbaikan sangat disarankan.Otitis media
supuratif akut (OMA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena
infeksi bakteri piogenik.
B. ETIOLOGI
Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus,
Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus
influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas
aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien
anak berumur dibawah 5 tahun.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan
telinga tengah. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa tuba Eustachius, enzim, dan
antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Penyebab
utamanya adalah tersumbatnya tuba Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu.
Faktor pencetus terjadinya otitis media supuratif akut (OMA), yaitu : infeksi saluran nafas atas
(common cold) yang terjadi terutama pada pasien anak-anak Bayi lebih mudah menderita otitis
media supuratif akut (OMA) karena letak tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan
lebih horisontal.

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur
penderita. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap. Bisa terjadi
gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi
dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)
berdasarkan umur penderita, yaitu :

Bayi dan anak kecil Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39C (khas), sulit tidur,
tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang
telinga yang sakit.

Anak yang sudah bisa bicara Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu
tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.

Anak lebih besar dan orang dewasa

Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan

pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang), mual, muntah, diare dan
demam sampai 40.5C.
Stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya
absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau
hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi (tidak dapat dideteksi). Stadium oklusi dari
otitis media supuratif akut (OMA) sukar dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa
akibat virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Presupurasi)


Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani
yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya
sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.

3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu
edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur.
Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah
liang telinga luar.
Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.Stadium supurasi yang
berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani
akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis
terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya
iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus
berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.
Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah
kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah
akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran
timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali.
Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh
lagi.
4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah
yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadangkadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan
oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur
nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap
berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka
keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
5. Stadium Resolusi

Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga erforasi
membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini
berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi
kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif
kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan
sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa timbul jika otitis media tidak segera diobati adalah mastoiditis atau
petrositis (infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah), perforasi gendang telinga dengan cairan
yang terus menerus keluar. Komplikasi lebih lanjut seperti infeksi atau peradangan ke selaput
otak (meningitis) walau jarang masih mungkin terjadi, sumbatan pembuluh darah akibat
tromboemboli juga bisa terjadi. Disarankan segera bawa anak anda bila rewel dan memegangmegang telinga, tidak nyaman merebah demam dan keluar cairan pada telinga. Bila anda
memeriksakan secara dini otitis media bisa dicegah sebelum memberikan kerusakan lebih lanjut
dengan paracentesis atau miringotomi. Komplikasi lain yang serius adalah: Labirintitis (infeksi
pada kanalis semisirkuler), kelumpuhan pada wajah, tuli dan abses otak Tanda-tanda terjadinya
komplikasi antara lain : sakit kepala, tuli yang terjadi secara mendadak, vertigo (perasaan
berputar),
demam dan menggigil.

F. KLASIFIKASI
Otitis media terdiri atas :
1) Otitis media supuratif
a. Otitis media supuratif akut atau otitis media akut

b. Otits media supuratif kronik


2) Otitis media non supuratif, atau otitis media serosa
a. Otitis media serosa akut (barotrauma atau aerotitis)
b. Otitis media serosa kronik (glue ear)
3) Otitis media spesifik, seperti otitis media sifilitika atau otitis media tuberkulosa
4) Otitis media adhesiva

G. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop.
Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan
lainnya dari telinga.
F. PENATALAKSANAAN
Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan
pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik dan antipiretik.
1) Stadium Oklusi tuba Eustachius.
Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun. HCl
efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang dewasa.
Tujuan : Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan
negatif dalam telinga tengah akan hilang.
Antibiotik diberikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media yang
disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).
2) Stadium Pre Supurasi (Hiperemis)
Terapinya

antibiotik,

obat

tetes

hidung,

analgetik

&

miringotomi.

Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin dan eritromisin. Berikan golongan


penisilin atau ampisilin selama minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan

jika terjadi alergi penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk
mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya
mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan
ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin
masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis pada pasien anak.

3) Stadium Supurasi
Terapinya : antibiotik & miringotomi
Selain antibiotik pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani
masih utuh sehingga gejala cepat hilang.
4) Stadium Perforasi
Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2
3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan
hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
5) Stadium Resolusi
Terapinya : Antibiotik
Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi. Tidak terjadinya
resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Curigai telah
terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik selama 3
minggu.

Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi
drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar. Tindakan bedah kecil ini harus
dilakukan a vue (lihat langsung), pasien harus tenang dan dikuasai. Lokasi insisi di
kuadran posterior inferior.

Operator harus memakai lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, corng telinga
yang sesuai, serta pisau : parasentesis yang kecil dan steril.
Dianjurkan untuk melakukannya dengan narkosis umum dan memakai mikroskop.
Bila pasien mendapat terapi yang adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali
bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma liang telinga luar,
dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma nervus fasialis, dan
trauma pada bulbus jugular
Parasentesis
Parasentesis adalah pungsi pada membran timpani dengan semprit dan jarum khusus
untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik. Komplikasinya kurang lebih
sama dengan miringotomi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN MASALAH OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

A. PENGKAJIAN
Tanggal

: ....................

Jam

: ....................

Tempat: ....................
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama

Tempat,Tgl Lahir

Umur

Jenis Kelamin

Alamat

Agama

Suku Bangsa

Pendidikan

Pekerjaan

No. CM

Tanggal Masuk RS

Diagnosa Medis

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama

Tempat,Tgl Lahir

Umur

Jenis kelamin

Alamat

Agama

Suku Bangsa

Hubungan Dgn Klien :


2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Nyeri dalam telinga

b. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Klien mengalami demam tinggi, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur,
mengalami gangguan pendengaran, kadang-kadang memegang telinga
yang sakit, mual, muntah, diare dan kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Riwayat Infeksi saluran pernapasan atas, riwayat batuk pilek (rhinitis)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Sering terjadi pada penyakit bawaan seperti sindrom down
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Klien mengatakan kebersihan lingkungan klien terjaga
f. Genogram

Keterangan :
= Laki-laki meninggal

= Perempuan

= Perempuan meninggal

= Menikah

= Laki-laki

= Tinggal serumah

= Klien

= Anak

3. POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien yang masih kecil belum bisa mengungkapkan persepsinya terhadap
sakit yang sedang dideritanya, biasanya ditunjukkan dengan menangis dan
rewel
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Klien belum bisa melakukan semua aktifitas sehari-hari secara mandiri
karena masih kecil
AKTIFITAS

Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilitas ditempat tidur
Pindah
Ambulansi
Makan

.
Keterangan :
0

: Mandiri

: Dengan menggunakan alat bantu

: Dengan menggunakan bantuan dari orang lain

: Dengan bantuan orang lain dan alat bantu

: Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas

c. Pola istirahat/tidur
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur karena sering
terbangun dan sulit tidur
d. Pola nutrisi metabolik
Selama sakit klien bisa mengalami mual,muntah dan diare sehingga
menyebabkan nafsu makan klien menurun
e. Pola eliminasi
Selama sakit klien bisa mengalami diare

f. Pola kognitif perseptual


Saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, pendengaran terganggu dan
klien lemah
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : tidak terganggu, klien mampu mengenal dirinya
sendiri
2) Ideal diri

: belum bisa dikaji

3) Gambaran diri : belum bisa dikaji


4) Peran diri

: belum bisa dikaji

5) Harga diri

: belum bisa dikaji

h. Pola seksual Reproduksi


Klien masih bayi/anak-anak dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang
lain secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi/anak-anak dan belum mampu
berespon terhadap adanya suatu masalah
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda vital

Nadi

: 120 130 kali per menit

Tekanan darah

: normal

Suhu

: 39C 40,5C

Pernafasan

: 30 35 kali per menit

BB

: normal

TB

: normal

c. Pemeriksaan Head to Toe


1)

Kepala
- Inspeksi : bentuk kepala simetris, rambut klien berwarna hitam
dengan persebaran merata, tidak ada lesi, rambut kuat
- Palpasi : kulit teraba hangat, tidak ada massa

2)

Mata
Bentuk bola mata normal, kelopak mata normal, konjungtiva
normal, sclera putih, kornea bening, pupil isokor

3)

Telinga

Inspeksi : daun telinga simetris, terdapat serumen, membrane


timpani pucat atau kemerahan

5)

6)

Palpasi : terdapat nyeri tekan pada prosesus mastoideus

Hidung

Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak


terdapat massa/benjolan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Mulut

Inspeksi : bentuk bibir normal, mulut agak berbau, mukosa


bibir agak kering, tidak ada perdarahan dan bengkak
pada gusi

7) Leher

Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak terdapat bendungan vena


jugularis

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

8) Dada

Inspeksi : bentuk dada normal, tidak ada retraksi dada,

Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : terdengar suara sonor

Auskultasi : tidak ditemukan suara nafas tambahan, bunyi


jantung reguler

9) Abdomen

Inspeksi : kontur permukaan rata, bentuk simetris

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

Auskultasi : peristaltic usus 18x/menit

10) Genetalia

Genetalia normal, tidak terdapat luka

11) Ekstremitas

Atas : anggota gerak atas lengkap, tangan kanan dan kiri dapat
bergerak bebas

Bawah : anggota gerak bawah lengkap, kaki kanan dan kaki


kiri dapat bergerak bebas dan nyaman

12) Muskuloskeletal

Otot simetris dan dapat bekerja dengan baik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus

Data obyektif :

Sering memegang telinga

Bibir agak kering

Suhu : 39C 40,5C

Klien mengalami gangguan pendengaran

Serumen dalam telinga

Telinga kemerahan

Klien rewel dan gelisah

Data Subyektif :

Klien menyatakan nyeri pada telinga

Ibu klien menyatakan bahwa klien sulit tidur

Ibu klien menyatakan bahwa klien mudah terbangun saat tidur

2. Analisis data :

No
1

Symptom
DS :
-

Problem
Nyeri akut

Etiologi
Infeksi pada telinga bagian
tengah

Klien menyatakan nyeri


pada telinga

DO :
-

Klien sering memegang


telinga

Terdapat serumen dalam


telinga

Telinga kemerahan

DS :
-

Hipertermi
Suhu : 39C 40,5C

Infeksi pada telinga tengah

Kulit teraba hangat

Bibir agak kering

DS :
-

Gangguan pola tidur

Nyeri yang hebat

Ibu klien menyatakan


bahwa klien sulit tidur

Ibu klien menyatakan


bahwa klien sering
terbangun dari tidur

DO :
-

Klien tampak lemah

DS : -

Perubahan persepsi sensoriGangguan pendengaran


auditori

DO :
-

Klien mengalami
gangguan pendengaran

Terdapat serumen dalam


telinga

Telinga kemerahan

Nyeri tekan pada


prosesus mastoideus

DS :
-

Cemas
Ibu klien menyatakan
bahwa klien sulit tidur

Ibu klien menyatakan


bahwa klien mudah

Perubahan status dalam


kesehatan

terbangun
DO :
-

Klien rewel dan gelisah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi pada telinga bagian tengah
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi pada telinga bagian tengah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang hebat
4. Perubahan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan pendengaran
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status dalam kesehatan

D. RENCANA KEPERAWATAN

Waktu

No.

Tgl Jam

DX
1

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan

Intrvensi

Pain management

keperawatan selama .x24 jam

Mengkaji secara konfrehensif tentang

skala nyeri dapat

nyeri meliputi karakteristik

berkurang/hilang, dengan criteria

penempatan, serangan, frekwensi,

hasil:

intensitas nyeri dan faktor presipitasi

Pain level :
210201 melaporkan nyeri
210203

Monitor kenyamanan klien terhadap


manajemen nyeri pada interval yang

frekwensi nyeri
210206
ekspresi masase muka nyeri

ditentukan

Berikan informasi tentang nyeri


seperti penyebab, berapa lam terjadi

210207

dan tindakan pencegahan

mengatur posisi badan

Gunakan komunikasi theraupetic


kepada pasien tentang pengalaman

Pain control :
160501
mengenali faktor penyebab
160502
mengenali serangan nyeri

nyeri
Patient controlled analgesia (pca)
assistance
bekerja sama dengan dokter, pasien dan
anggota keluarga di dalam memilih jenis
antipiretik untuk digunakan

Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Fever treatment :
2

Setelah dilakukan tindakan

Monitor suhu sesering mungkin

keperawatan selama ... x 24 jam

Monitor warna dan suhu kulit

diharapkan suhu badan klien

Monitor tekanan darah, nadi dan

turun/normal dengan kriteria hasil

RR

Berikan antipiretik

Thermoregulation :

Berikan pengobatan untuk

080002 suhu tubuh dalam

mengatasi penyebab demam

rentang normal

Selimuti klien

080012 nadi dalam

Kolaborasi pemberian cairan

rentang normal

080013 RR dalam rentang

intravena

normal

Kompres klien pada lipat paha


dan aksila

Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Sleep Enhancement :
3
Setelah dilakukan tindakan

Tentukan aktifitas tidur klien

Perkirakan waktu tidur kien yang

keperawatan selama ... x 24 jam


diharapkan pola tidur klien

teratur

adekuat dengan kriteria hasil :

terhadap pola tidur

Sleep :
000401 banyak waktu

000403 pola tidur

000404 kualitas tidur

000405 Efisiensi tidur

000414 TTV dalam

Sesuaikan lingkungan seperti


berisik, suhu, alas tidur dan
tempat tidur untuk meningkatkan
tidur

Bantu untuk membuang faktor


stress sebelum tiba waktu tidur

Monitor pola tidur dan lama tidur


klien dalam jam

tidur

Tentukan efek dari pengobatan

Monitor makanan sebelum tidur

rentang normal
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan

dan selingan yang tepat dengan


tidur

untuk tidur jika diperlukan

Setelah dilakukan tindakan

tidur klien
Anxiety reduction :

keperawatan selama ... x 24 jam


diharapkan persepsi sensori

Kaji rencana administrasi


pengobatan untuk mendukng

4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan

Naikkan peningkatan waktu

Ciptakan ketenangan,
mendatangkan ketentraman

Tinggal dengan klien untuk

auditori klien kembali normal

memantau kenyamanan dan

dengan kriteria hasil :

menciptakan keterbukaan

Anxiety control :

Anjurkan klien untuk tidak


melakukan aktifitas yang berat

140201 monitor intensitas

cemas

140202 menyingkirkan

keluhan dari klien

140203 menurunkan

140205 merencanakan
strategi koping

takut

140206 menggunakan
strategi koping efektif

Instruksikan klien untuk


menggunakan teknik relaksasi

140204 mencari informasi


untuk menurunkan cemas

Temani klien untuk mendukung


keamanan dan menurunkan rasa

stimulasi lingkungan
ketika cemas

Berusaha memahami keadaan


klien

tanda kecemasan

Dengarkan dan perhatikan

Berikan pengobatan untuk


menurunkan cemas dengan cara
yang tepat

140207 menggunakan
teknik relaksasi untuk
menurunkan cemas

140208 melaporkan
penurunan durasi dari
episode cemas

140213 melaporkan tidak


adanya gangguan persepsi
sensori

Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan

Setelah dilakukan tindakan


5

keperawatan selama ... x 24 jam

Anxiety reduction :

diharapkan rasa demas berkurang


atau hilang dengan kriteria hasil :

mendatangkan ketentraman

140201 monitor intensitas

menciptakan keterbukaan

cemas

140202 menyingkirkan

Tinggal dengan klien untuk


memantau kenyamanan dan

Anxiety control :

Ciptakan ketenangan,

Anjurkan klien untuk tidak


melakukan aktifitas yang berat

Dengarkan dan perhatikan


keluhan dari klien

tanda kecemasan

Kaji tingkat kecemasan dan

140203 menurunkan

reaksi fisik pada tingkat

stimulasi lingkungan

kecemasan (takikardi, takipnea,

ketika cemas

ekspresi cemas non verbal)

140204 mencari informasi

sentuhan (permisi) verbalisasi,

untuk menurunkan cemas

untuk meyakinkan klien tidak

140205 merencanakan

sendiri dan mengajukan

strategi koping

pertanyaan

140206 menggunakan
strategi koping efektif

Berusaha memahami keadaan


klien

menurunkan cemas

Temani klien untuk mendukung


keamanan dan menurunkan rasa
takut

140208 melaporkan
penurunan durasi dari

Sediakan aktifitas untuk


menurunkan ketegangan

140207 menggunakan
teknik relaksasi untuk

Gunakan pendekatan dan

Instruksikan klien untuk


menggunakan teknik relaksasi

episode cemas

Berikan pengobatan untuk

Keterangan :

menurunkan cemas dengan cara

1 = tidak pernah menunjukkan

yang tepat

2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aeskulapius FKUI :
Jakarta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume III. EGC :
Jakarta

Sosialisman & Helmi. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher Edisi V. FKUI : Jakarta

http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/otitis-media-akut/

http://www.geocities.com/kliniktehate/penyakit-telinga/otitis-media-akut.htm

http://www.indonesiaindonesia.com/f/13306-otitis-media-akut/

Anda mungkin juga menyukai