Arita Murwani, S. Kp
Disusun oleh :
D/KP/VI
Ari Siti Mardiyah
04.05.1135
Dian Is Suryaningsih
04.05.1143
04.05.1167
04.05.1168
Rina Zuliana
04.05.1172
Tutik Lamini
04.05.1179
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008
OTITIS MEDIA AKUT
A. DEFINISI
Otitis media akut adalah infeksi atau peradangan akut pada sebagian atau seluruh rongga
telinga tengah, sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya infeksi virus atau bakteri.
Pada penyakit bawaan seperti down syndrome dan anak dengan alergi sering terjadi. Terapi
antibiotika dan kunjungan ke dokter THT dalam proses perbaikan sangat disarankan.Otitis media
supuratif akut (OMA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena
infeksi bakteri piogenik.
B. ETIOLOGI
Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus,
Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus
influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas
aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien
anak berumur dibawah 5 tahun.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan
telinga tengah. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa tuba Eustachius, enzim, dan
antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Penyebab
utamanya adalah tersumbatnya tuba Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu.
Faktor pencetus terjadinya otitis media supuratif akut (OMA), yaitu : infeksi saluran nafas atas
(common cold) yang terjadi terutama pada pasien anak-anak Bayi lebih mudah menderita otitis
media supuratif akut (OMA) karena letak tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan
lebih horisontal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur
penderita. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap. Bisa terjadi
gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi
dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)
berdasarkan umur penderita, yaitu :
Bayi dan anak kecil Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39C (khas), sulit tidur,
tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang
telinga yang sakit.
Anak yang sudah bisa bicara Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu
tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang), mual, muntah, diare dan
demam sampai 40.5C.
Stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya
absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau
hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi (tidak dapat dideteksi). Stadium oklusi dari
otitis media supuratif akut (OMA) sukar dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa
akibat virus atau alergi.
3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu
edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur.
Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah
liang telinga luar.
Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.Stadium supurasi yang
berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani
akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis
terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya
iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus
berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.
Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah
kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah
akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran
timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali.
Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh
lagi.
4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah
yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadangkadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan
oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur
nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap
berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka
keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
5. Stadium Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga erforasi
membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini
berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi
kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif
kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan
sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa timbul jika otitis media tidak segera diobati adalah mastoiditis atau
petrositis (infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah), perforasi gendang telinga dengan cairan
yang terus menerus keluar. Komplikasi lebih lanjut seperti infeksi atau peradangan ke selaput
otak (meningitis) walau jarang masih mungkin terjadi, sumbatan pembuluh darah akibat
tromboemboli juga bisa terjadi. Disarankan segera bawa anak anda bila rewel dan memegangmegang telinga, tidak nyaman merebah demam dan keluar cairan pada telinga. Bila anda
memeriksakan secara dini otitis media bisa dicegah sebelum memberikan kerusakan lebih lanjut
dengan paracentesis atau miringotomi. Komplikasi lain yang serius adalah: Labirintitis (infeksi
pada kanalis semisirkuler), kelumpuhan pada wajah, tuli dan abses otak Tanda-tanda terjadinya
komplikasi antara lain : sakit kepala, tuli yang terjadi secara mendadak, vertigo (perasaan
berputar),
demam dan menggigil.
F. KLASIFIKASI
Otitis media terdiri atas :
1) Otitis media supuratif
a. Otitis media supuratif akut atau otitis media akut
G. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop.
Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan
lainnya dari telinga.
F. PENATALAKSANAAN
Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan
pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik dan antipiretik.
1) Stadium Oklusi tuba Eustachius.
Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun. HCl
efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang dewasa.
Tujuan : Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan
negatif dalam telinga tengah akan hilang.
Antibiotik diberikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media yang
disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).
2) Stadium Pre Supurasi (Hiperemis)
Terapinya
antibiotik,
obat
tetes
hidung,
analgetik
&
miringotomi.
jika terjadi alergi penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk
mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya
mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan
ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin
masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis pada pasien anak.
3) Stadium Supurasi
Terapinya : antibiotik & miringotomi
Selain antibiotik pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani
masih utuh sehingga gejala cepat hilang.
4) Stadium Perforasi
Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2
3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan
hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
5) Stadium Resolusi
Terapinya : Antibiotik
Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi. Tidak terjadinya
resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Curigai telah
terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik selama 3
minggu.
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi
drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar. Tindakan bedah kecil ini harus
dilakukan a vue (lihat langsung), pasien harus tenang dan dikuasai. Lokasi insisi di
kuadran posterior inferior.
Operator harus memakai lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, corng telinga
yang sesuai, serta pisau : parasentesis yang kecil dan steril.
Dianjurkan untuk melakukannya dengan narkosis umum dan memakai mikroskop.
Bila pasien mendapat terapi yang adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali
bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma liang telinga luar,
dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma nervus fasialis, dan
trauma pada bulbus jugular
Parasentesis
Parasentesis adalah pungsi pada membran timpani dengan semprit dan jarum khusus
untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik. Komplikasinya kurang lebih
sama dengan miringotomi.
A. PENGKAJIAN
Tanggal
: ....................
Jam
: ....................
Tempat: ....................
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama
Tempat,Tgl Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
No. CM
Tanggal Masuk RS
Diagnosa Medis
Tempat,Tgl Lahir
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Keterangan :
= Laki-laki meninggal
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Menikah
= Laki-laki
= Tinggal serumah
= Klien
= Anak
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilitas ditempat tidur
Pindah
Ambulansi
Makan
.
Keterangan :
0
: Mandiri
c. Pola istirahat/tidur
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur karena sering
terbangun dan sulit tidur
d. Pola nutrisi metabolik
Selama sakit klien bisa mengalami mual,muntah dan diare sehingga
menyebabkan nafsu makan klien menurun
e. Pola eliminasi
Selama sakit klien bisa mengalami diare
5) Harga diri
Nadi
Tekanan darah
: normal
Suhu
: 39C 40,5C
Pernafasan
BB
: normal
TB
: normal
Kepala
- Inspeksi : bentuk kepala simetris, rambut klien berwarna hitam
dengan persebaran merata, tidak ada lesi, rambut kuat
- Palpasi : kulit teraba hangat, tidak ada massa
2)
Mata
Bentuk bola mata normal, kelopak mata normal, konjungtiva
normal, sclera putih, kornea bening, pupil isokor
3)
Telinga
5)
6)
Hidung
Mulut
7) Leher
8) Dada
9) Abdomen
10) Genetalia
11) Ekstremitas
Atas : anggota gerak atas lengkap, tangan kanan dan kiri dapat
bergerak bebas
12) Muskuloskeletal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
Data obyektif :
Telinga kemerahan
Data Subyektif :
2. Analisis data :
No
1
Symptom
DS :
-
Problem
Nyeri akut
Etiologi
Infeksi pada telinga bagian
tengah
DO :
-
Telinga kemerahan
DS :
-
Hipertermi
Suhu : 39C 40,5C
DS :
-
DO :
-
DS : -
DO :
-
Klien mengalami
gangguan pendengaran
Telinga kemerahan
DS :
-
Cemas
Ibu klien menyatakan
bahwa klien sulit tidur
terbangun
DO :
-
D. RENCANA KEPERAWATAN
Waktu
No.
Tgl Jam
DX
1
Tujuan
Intrvensi
Pain management
hasil:
Pain level :
210201 melaporkan nyeri
210203
frekwensi nyeri
210206
ekspresi masase muka nyeri
ditentukan
210207
Pain control :
160501
mengenali faktor penyebab
160502
mengenali serangan nyeri
nyeri
Patient controlled analgesia (pca)
assistance
bekerja sama dengan dokter, pasien dan
anggota keluarga di dalam memilih jenis
antipiretik untuk digunakan
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Fever treatment :
2
RR
Berikan antipiretik
Thermoregulation :
rentang normal
Selimuti klien
rentang normal
intravena
normal
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Sleep Enhancement :
3
Setelah dilakukan tindakan
teratur
Sleep :
000401 banyak waktu
tidur
rentang normal
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
tidur klien
Anxiety reduction :
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Ciptakan ketenangan,
mendatangkan ketentraman
menciptakan keterbukaan
Anxiety control :
cemas
140202 menyingkirkan
140203 menurunkan
140205 merencanakan
strategi koping
takut
140206 menggunakan
strategi koping efektif
stimulasi lingkungan
ketika cemas
tanda kecemasan
140207 menggunakan
teknik relaksasi untuk
menurunkan cemas
140208 melaporkan
penurunan durasi dari
episode cemas
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Anxiety reduction :
mendatangkan ketentraman
menciptakan keterbukaan
cemas
140202 menyingkirkan
Anxiety control :
Ciptakan ketenangan,
tanda kecemasan
140203 menurunkan
stimulasi lingkungan
ketika cemas
140205 merencanakan
strategi koping
pertanyaan
140206 menggunakan
strategi koping efektif
menurunkan cemas
140208 melaporkan
penurunan durasi dari
140207 menggunakan
teknik relaksasi untuk
episode cemas
Keterangan :
yang tepat
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aeskulapius FKUI :
Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume III. EGC :
Jakarta
Sosialisman & Helmi. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher Edisi V. FKUI : Jakarta
http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/otitis-media-akut/
http://www.geocities.com/kliniktehate/penyakit-telinga/otitis-media-akut.htm
http://www.indonesiaindonesia.com/f/13306-otitis-media-akut/