Anda di halaman 1dari 23

BERAPA BANYAK KEBUTUHAN SEMEN,

PASIR, SPLIT UNTUK NGE-COR?


Posted on 1 March 2012 | 62 Comments

BAGAIMANA cara kamu menghitung kebutuhan bahan untuk ngecor?. Untuk 1:2:3 berarti
perbandingan masing masing untuk Semen : Pasir : Split
Ketentuan yg berlaku di Indonesia adalah bahwa perbandingan ini adalah perbandingan berat
misal 1 kg semen : 2 kg pasir : 3 kg split. Tapi untuk pekerjaan misal membuat dak di rumah
sendiri, bisa juga digunakan perbandingan volume.
Langsung saja kita misalkan perbandingan tadi sebagai ember, misal 1 ember semen : 2 ember
pasir : 3 ember split, atau juga 1 m3 semen : 2 m3 pasir : 3 m3 split.
Dalam praktek di lapangan, para tukang biasanya mengunakan takaran beragam, ada yang
menggunakan ember, sekop, dan juga dolak.
Oh ya patokan ukuran semua alat itu adalah mengacu pada 1 zak semen
1 zak semen = 5 sekop pengki
1 zak semen = 1 dolak
1 zak semen = 0,024 m3 (adalah pendekatan dari ukuran zak semen 50kg yaitu 10 cm x 40 cm x
60 cm)
Nah jadi campuran betonnya bisa menjadi 5 pengki semen : 10 pengki pasir : 15 pengki split
atau 1 dolak semen : 2 dolak pasir : 3 dolak split

atau 0.024 m3 semen : 0.048 m3 pasir : 0.072 m3 split.


Sampai disini mudah sekali di pahami kan?
Nah sekarang misal kita ingin membuat dak dengan ukuran 10 m x 6m dengan tebal 10 cm
berapa kebutuhan materialnya jika ingin dibangun dengan mutu beton 1:2:3 ?
1. Volume beton yang akan dibangun adalah 10x6x0.1 = 6 m3
2. Total campuran tersebut adalah 1+2+3 = 6, itu berarti 1/6 adalah semen, 2/6 adalah Pasir,
dan 3/6 adalah split.
3. Maka kebutuhan semen : 6 m3 x 1/6 = 1 m3 ; Pasir : 6 m3 x 2/6 = 2m3 ; Split : 6 m3 x
3/6 = 3 m3
4. 1 m3 semen adalah 1 : 0,024 = 41.6 = 42 zak semen
Selanjutnya sudah bisa di perkirakan berapa harga yang harus dikeluarkan untuk 42 zak semen, 2
kubik pasir, dan 3 kubik split (tanya harga di toko material tempat kamu membeli)
Masih bingung? selanjutnya bisa dilihat daftar komposisi beton sesuai standar yg berlaku di
Indonesia
Mutu Beton
7.4 MPa (K 100)
9.8 MPa (K 125)
12.2 MPa (K 150)
14.5 MPa (K 175)
16.9 MPa (K 200)
19.3 MPa (K 225)
21.7 MPa (K 250)
24.0 MPa (K 275)
26.4 MPa (K 300)
28.8 MPa (K 325)
31.2 MPa (K 350)

Semen (kg)
247
276
299
326
352
371
384
406
413
439
448

Pasir (kg)
869
828
799
760
731
698
692
684
681
670
667

Kerikil (kg)
999
1012
1017
1029
1031
1047
1039
1026
1021
1006
1000

Air (liter)
215
215
215
215
215
215
215
215
215
215
215

w/c ratio
0.87
0.78
0.72
0.66
0.61
0.58
0.56
0.53
0.52
0.49
0.48

Referensi tabel :
SNI DT 91- 0008 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept
Pekerjaan Umum.

Rangka Atap Baja Ringan GalvalumZincalum dan Plafon gypsum


Akhir akhir ini semakin banyak digunakan struktur rangka atap baja ringan Galvalum/Zincalum
dan plafond gypsum, masing-masing punya alasan khusus kenapa bisa sampai memilih material
ini, mungkin karena pertimbangan kepraktisan dalam pemasangan dan kemudahan dalam
perawatan, jika dulu lebih banyak menggunakan kayu yang seringkali merasa was-was kalaukalau lapuk dimakan rayap. sekarang ini ada alternatif menggunakan bahan baja yang anti rayap.
itu untuk eksterior atap sebagai penutup rumah, Untuk bagian interior bisa menggunakan plafond
gypsum agar ruangan nampak bersih, indah dan cantik, bermacam model baja ringan dan pola
plafond gypsum bisa didesain sedemikian rupa sehingga cocok dengan nuansa arsitektur
ruangan. berikut ini sedikit penjelasan mengenai kedua jenis material modern yang bisa menjadi
pilihan ini.

Rangka Atap Baja Ringan Galvalum/Zincalum

Keunggulan Rangka Baja Ringan ( Truss) :


1. Baja Ringan berkualitas tinggi
2. Garansi hingga 10 th

3. Bahan Galvalum/Zincalume Steel (HI TEN G550 43.5% Zinc + Aluminium 55% + Si 1,
5%)
4. Ketebalan pelapisan : 100 gr/m2 ( AZ 100 )
5. Anti Rayap & Tahan Karat
6. Tenaga Pemasangan yg terlatih
7. Tingkat keamanan tinggi
8. Ramah Lingkungan
9. Cocok untuk segala type atap : Seng, Spandek, Genteng metal, Genteng Keramik,
Genteng Beton, Onduline

Plafond Gypsum
Pemasangan plafond dan dinding patisi gypsum / GRC bisa menggunakanbermacam merk antara
lain Jayaboard, Elephant, Knauf, Aplus , GRC Versaboard dan merek lainya dengan standar
spesifikasi sesuai pabrikan.

Contoh Aneka Model Pemasangan Plafond & Partisi Gypsum


1. Plafond Flat Minimalis
2. Plafond Drop Ceiling

3. Plafond Drop Lampu Pendar/Sembunyi


4. Plafond Drop Oval
5. Partisi Single Side Gypsum
6. Partisi Double Side Gypsum

Menghindari Gagal Struktur pada Baja


Ringan
Fenomena gagal struktur menjadi sangat keren dan menjadi topik bahasan media ketika
Jembatan Kutai Kartanegara ambruk. Tanpa mengabaikan isu lain dibalik runtuhnya jembatan,
Keruntuhan tentu saja lebih banyak disebabkan faktor konstruksi. Para ahli konstruksi jembatan
menganalisis bahwa runtuhnya Jembatan Kartanegara, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur, disebabkan oleh faktor kegagalan struktur. Sejak dioperasikan tahun 2001,
struktur jembatan sudah mengalami pergeseran pada ujung atas tiang (pylon) jembatan. Kondisi
itu diperparah kegagalan sistem sambungan kabel utama dengan kabel penggantung. Pylon ialah
tiang tinggi yang berfungsi menopang kabel utama pada jembatan gantung.

Kegagalan struktur lainnya bisa terjadi pada pekerjaan lain seperti struktur dinding rumah, lantai
gedung, struktur atap, dan lain-lain. Struktur rangka atap baja ringan adalah salah satu konstruksi
yang rawan terjadi kegagalan struktur. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya keruntuhan atap
yang bisa disebabkan oleh banyak factor. Untuk menghindari kegagalan struktur pada pekerjaan
baja ringan, bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Perencanaan. Lakukan sebaik mungkin dengan memperhitungkan factor seperti panjang


bentang kuda-kuda, tinggi kuda-kuda, sudut kemiringan, jenis genteng, beban angin dan
beban orang bekerja, water heater, lebar ring balok, dan lain-lain.
2. Pemasangan. Pastikan setiap personal yang menjadi pemasang adalah mereka yang
terlatih. Pemasangan yang baik akan memperhatikan setiap detil dari gambar rencana dan
menyesuaikannya dengan lokasi proyek. Sudut yang ada dilembar kerja akan dicek
dengan bentuk di lapangan. Yang sering menyebabkan masalah adalah sopi-sopi, sering
terjadi kesalahan karena perbedaan menarik sudut antara pemasang baja ringan dengan
pembuat dinding. Hal lainnya yang perlu diperhatikan pada saat pemasangan adalah

penempatan braket, pelat kaki, penguatan struktur pada titik-titik yang direkomendasikan,
pemasangan tali angin, dan ikatan-ikatan lainnya sangat penting untuk diperhatikan.
3. faktor struktur bawah. Struktur bawah terdiri dari kolom, dinding, dan ring balok. Ketiga
struktur di bawahnya sangat penting dalam menopang struktur rangka atap.
4. Konsultasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan rangka atap dengan
produsen yang mengeluarkan produk baja ringan yang akan dipakai. Mintalah selalu
referensi hasil uji lab struktur untuk memastikan kekuatan dari material yang akan
digunakan.
5. Koordinasikan dengan semua pihak yang terlibat jika ada hal-hal yang harus
dikoordinasikan. Hal ini akan membuat pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan
menjadi lancar dan sesuai dengan harapan.

Kegagalan struktur bisa kita hindari dengan mematuhi semua kaidah struktur yang direncanakan
dengan baik. Tanpa harus mengurangi factor-faktor lainnya seperti bencana alam seperti gempa
bumi, angin ribut, badai, dll. Hindari juga Pengurangan-pengurangan pada elemen dasar struktur
rangka atap baja ringan seperti pengurangan bracing (ikatan-ikatan) atau aksesoris lainnya yang
penting bagi sistem sruktur tersebut. Struktur yang terjamin kuat akan memberikan tingkat
keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya

metode pemasangan baja ringan


Perkembangan teknologi baja di indonesia yang mampu berikan alternatif rangka atap rumah
dari kayu berubah menjadi baja ringan nampaknya makin di minati masyakat secara luas,
berbagai pertimbangan pun dapat menjadi alasan untuk lebih memilih rangka atap baja ringan,
namun sebenarnya diperlukan metode pemasangan baja ringan yang baik agar mendapatkan hasil
rangka atap baja ringan yang memuaskan, sedikit uraian berikut ini semoga dapat memberikan

gambaran, sebelumnya kita lihat begaimana perbedaan antara rangka atap baja ringan dan kayu
sebelum memutuskan untuk menggunakanya

Perbandingan rangka atap baja ringan dan kayu


bagaimanakah perbandingan antara kayu dan baja ringan sebagai rangka atap?
Rangka atap baja ringan

Konstruksi lebih ringan dan tahan lama serta murah dalam perawatan

Mudah didapat untuk daerah perkotaan

Bebas hama pemangsa seperti rayap dan jamur

Memerlukan perhitungan secara teliti untuk menentukan dimensi yang kuat dengan biaya
termurah.

Mudah dalam pemasangan karena sudah dipabrikasi sebelumnya oleh produsen dengan
bentuk profil baja sesaui kebutuhan lapangan.

memerlukan tenaga kerja dengan keahlian khusus untuk memasang dengan metode
pemasangan baja ringan yang benar.

Rangka atap kayu

Berkurangnya jumlah pohon dan upaya pelestarian lingkungan menyebabkan terbatasnya


jumlah kayu yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan oleh karena itu sebaiknya
kita ikut berpartisipasi untuk menyelamatkan lingkungan.

Metode pemasangan rangka atap kayu cukup mudah dan sebagian besar tukang bangunan
yang profesional bisa mengerjakanya.

tidak tahan terhadap hama pemangsa seperti rayap, dan jamur yang menyebabkan
berkurangnya dimensi kayu maupun pelapukan yang dapat menyebabkan berkurangnya
kekuatan struktur rangka atap.

Diperlukan upaya pengawetan khusus sebelum dipasang sehingga rangka atap kayu dapat
bertahan lama.

konstruksi mempunyai beban yang berat.

kekuatan kayu menyesuaikan kuailtas dan jenis kayu yang digunakan.

Metode pemasangan baja ringan


1. Buat sketsa rencana gambar atap yang akan dibangun.
2. Hitung struktur rangka atap sehingga didapatkan jenis dan dimensi profil baja ringan
yang kuat dan termurah untuk digunakan.
3. tuangkan hasil perhitungan struktur rangka atap baja ringan dan buat gambar kerja
mengenai bentuk atap yang akan dibangun lengkap dengan ukuran, sudut dan perletakan
masing-masing profil baja ringan.
4. Penyiapan lahan dan tempat yang akan dipasang rangka atap baja ringan.
5. Pengukuran lokasi pemasangan berdasarkan rencana gambar yang sudah dibuat
sebelumnya.
6. Pemasangan masing-masing profil baja ringan sesaui dengan rencana sebelumnya.
7. selalu check sambungan apakah sudah benar-benar bagus pada masing-masing bidang.
8. pekerjaan pemasangan penutup atap baru dapat dilaksanakan setelah rangka atap baja
ringan sudah terpasang 100% dan kuat menahan beban atap diatasnya.

Begitulah sedikit gambaran mengenai urutan metode pemasangan baja ringan, jika ada koreksi
atau tambahan dapat dimasukan dibawah

ALAT SAMBUNG BAJA RINGGAN SELF DRILLING CREW


Bagaimana Konstruksi Baja Ringan dirangkai? disinilah peran penting self drilling
screw. Sebuah benda mirip sekrup dengan mata bor di ujungnya, itulah self drilling
screw, alat sambung yang digunakan dalam konstruksi rangka atap baja ringan. Ia
biasanya merupakan sekrup sekali pakai, apabila mata bor dan dratnya sudah aus maka
ia tidak bisa digunakan lagi.
Dalam satu sambungan (joint) konstruksi atap baja ringan, jumlah self drilling screw
minimal dua buah. Namun demikian biasanya dalam satu sambungan terdapat 3 titik
srew dengan maksud agar apabila terjadi kegagalan di satu screw, maka masih dapat
dibebankan ke screw yang lain.
Jumlah screw di satu sambuntan ditentukan oleh hasil desain berdasarkan kapasitas
beban yang mampu ditanggung oleh setiap screw.
Pada sambungan kuda-kuda ke balok digunakan dynabolt yang dipasang pada balok
yang dibor sesuai ukuran dynabolt yang digunakan. Cara kerya dynabolt ialah setelah
dynabolt dimasukkan ke beton, baut dikencangkan sehingga menarik batang dynabolt
dan bagian sayat akan mencengkeram kuat ke beton

VARIABEL DESIGN RANGKA BAJA RINGAN


Dalam Konstruksi Rangka Atap Baja Ringan sebuah bangunan, banyak variabel yang
mempengaruhi bagaimana sebaiknya desain kuda-kuda, spesifikasi teknis material baja
ringan yang digunakan serta prosedur pemasangannya pada struktur bangunan yang
telah dulu ada.

Data lengkap yang diberikan oleh pemilik bangunan sangat membantu proses desaain
rangka atap baja ringan nantinya. Engineer kini telah banyak memanfaatkan alat
bantu khusus (software) guna menghasilkan desain yang sesuai dan efisien.
Lalu apa saja variabel penting penentu Desain Rangka Baja Ringan sebuah
bangunan? diantaranya kami ulas singkat sbb:
1. Lebar Bangunan (Bentang Bangunan)
Lebar bangunan menentukan hasil desain konstruksi rangka atap baja ringan. Jarak
antar kuda-kuda, jarak web, ketebalan bahan, ataupun penggunaan bahan yang
rangkap ditentukan dari lebar bangunan. Desain khusus digunakan pada bentang lebih
dari 10m. Pada dasarnya setiap bangunan mempunyai variabel desain yang berbedabeda.
Standarisasi lebar maksimal tiap produsen konstruksi atap baja ringan berbeda-beda,
tergantung hasil desain mereka. Misalnya, untuk bentang kuda-kuda kurang dari 6m
bisa menggunakan standar jarak web maksimal 1,7m, akan tetapi untuk bentang lebih
dari 10m hasil desain bisa jadi menentukan jarak web kurang dari 1,5m.
2. Jenis Genteng
Jenis genteng yang digunakan berpengaruh terhadap desain pembebanan dan harga.
Genteng yang berat seperti genteng keramik dan beton (45-50kg per m2) tentu
membutuhkan desain lebih kuat. Semakin berat bobot penutup atap, berbanding lurus
dengan semakin besar koefisien aman yang diperlukan dalam sebuah desain rangka
atap.
Pilihan jenis penutup atap (genteng) mempengaruhi harga sebuah pekerjaan konstruksi
rangka atap terutama disebabkan oleh perbedaan jarak antar reng untuk setiap jenis
genteng.
Untuk penutup atap berjenis beton/genteng beton sendiri bahkan memiliki beberapa
variasi kebutuhan jarak antar reng, tergantung varian genteng yang diaplikasikan.
Terdapat beragam jenis penutup atap, diantarnya yaitu genteng tanah liat, genteng
beton, genteng keramik, genteng metal, spandek serta aspes. Berikut kami sajikan
tabulasi daftar penutup atap beserta jarak rata-rata antar reng untuk aplikasi masingmasing jenis penutup atap tersebut.

No.

Jenis Penutup Atap Berat Rata- Jarak Reng


rata
cm
Kg/m2
Genteng Keramik

Genteng Beton
Flat

45-50

26,5

45-50

32

45-50

35-36

20-40

20-25

<15

35-38

<15

50-60

Genteng Beton
3
Genteng Tanah
4
Genteng Metal
5
Seng
6

3. Sudut Kemiringan Atap


Sudut kemiringan atap bisa dikategorikan sebagai variable fungsional maupun estetika
desain

sebuah

bangunan,

turut

berpengaruh

terhadap

pelaksanaan

pekerjaan

konstruksi rangka atap baja ringan. Untuk rumah tinggal, normalnya digunakan sudut
kemiringan atap sebesar 30-45 derajat.
Peran fungsional sudut kemiringan atap berpengaruh juga pada penggunaan jenis
genteng. Misal, untuk genteng keramik atau tanah, sudut minimal yang diarankan ialah
20 derajat agar ketika hujan turun disertai angin, air tidak berbalik arah dan
menimbulkan kebocoran melalui sela-sela penutup atap (genteng).
Sementara sudut kemiringan atap yang lebih rendah sangat mungkin diterapkan untuk
jenis penutup atap berupa seng, spandek atau galvalume yang berbentuk lembaraan
dan minim terpengaruh oleh tampias air hujan.
Pengaruh fungsional sudut kemiringan atap pada desain konstruksi rangka atap baja
ringan sendiri diantaranya, untuk sudut kemiringan atap yang tergolong ekstrem misal

60 derajat atau lebih, beberap produsen atau aplikator baja ringan masih terkendala
dengan keterbatasan software desain konstruksi untuk material ini.

Cara memasang kusen pintu jendela


aluminium
Kusen aluminium akhir-akhir ini banyak diminati masyarakat sebagai pengganti pintu kayu yang
sebelumnya telah populer, tampilan yang indah,mudah didapat serta anti rayap merupakan alasan
terbesar sehingga memutuskan untuk menggunakan jenis bahan bangunan logam ini. ya.. apapun
alasanya, disini kita akan mencoba menguraikan cara memasang kusen pintu atau jendela
aluminium sehingga bisa menghasilkan kualitas terbaik.

Bahan dan Alat untuk memasang kusen aluminium


Sebelumnya kita siapkan bahan-bahan yang akan dipakai yaitu
1. Sealent , semen atau mortar
2. Rangkaian pintu atau jendela yang sudah siap pasang, misalnya terdiri dari kusen, daun
pintu serta kaca.
3. Fischer
4. Skrup
5. Isolasi plastik atau kertas.
6. Kusen alumunium yang mau dipasang.
Setelah bahan bangunan sudah tersedia maka bisa kita lanjutkan dengan menyiapkan peralatan
pemasangan yaitu
1.

Obeng

2. Bor tembok.
3. Baji kayu atau karet.

Metode pemasangan kusen aluminium


1. Pada saat pemasangan dinding entah itu batu bata atau gypsum maka harus kita
persiapkan lobang kusen agar tidak perlu melakukan pembongkaran, ukuran lobang
disesuaikan dengan ukuran kusen ditambah 1 cm untuk tempat sealent.
2. Lalu kita masukan kusen kedalam lobang, mengatur agar posisinya pas dengan
menggunakan alat beji, setelah posisi pas maka kita stel kelurusan kusen dengan dinding,
ketegakan dan kedataran sampai benar-benar bagus.
3. Kita buat lobang untuk tempat skrup pada dinding melalui lobang kusen dengan
menggunakan alat bor, kemudian kita masukan fischer kedalam lobang bor yang telah
kita buat. lalu kita ambil obeng untuk mengencangkan fischer.
4. Kita siapkan daun pintu atau jendela yang sudah dirangkai penuh, misalnya sudah
terpasang kaca dengan sempurna.
5. Daun pintu atau jendela tersebut kita masukan ke lobang kusen, kemudian kita pasang
semua aksesorisnya seperti engsel, roda, rel, hendle, door closer dan yang lainya.
6. Kemudian kita lakukan finishing tembok dengan menggunakan bahan mortar/ semen dan
sealent. pengisian dilakukan sampai tertutup semua celah antara dinding dan kusen.
7. Selama proses pelaksanaan pembangunan berlangsung maka rawan terjadi goresan atau
benturan sehingga terjadi kerusakan kusen. oleh karena itu kita buat pelindung dengan
bahan isolaso plastik atau kertas.
Demikian sedikit gambaran tentang urutan pemasangan kusen aluminium, cara lain tentu saja
masih banyak karena yang namanya teknologi bangunan itu terus berkembang seiring daya
kreatifitas oleh pikir dan inovasi para pekerja atau pengusaha bangunan .

Metal furring dan Metal Stud adalah Rangka Plafon dan partisi gypsum. Metal furring
dan Stud ini terbuat dari bahan : Zincalume atau Galvani. Menerima pemasangan
plafond gypsum dan partisi gypsum dengan harga yang kompetitif.
Metal furring sebagai bahan untuk rangka plafond dimana proses pemasangan rangka
plafond lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan besi hollow karena proses
pemasangan metal furring menggunakan system knock down, sehingga metal furring
dapat dibongkar pasang kempartisi atau penyekat dinding gypsum atau sejenisnya.
Berikut gambar penggunaan Rangka Metal Furing

Posted in: Product Project

MEODE KERJA PEMASANGAN PLAFOND GYPSUM


1.0 REFERENSI
1.1. Gambar kerja plafond gypsum
1.2. Spesifikasi arsitektur untuk plafond gypsum
1.3 Mock up plafond gypsum

2.0 ALAT
2.1 Waterpass (autolevel) dan perlengkapan
2.2 Alat/mesin bor listrik + kabel listrik
2.3 Meteran (3 atau 5 meter), dan benang.
2.4 Ramset
2.5 Tang rivet
2.6 Benang dan alat sipatan, pensil/spidol
2.7 Steger, tangga aluminium
2.8 Kape, kape sudut, scrub, amplas, pita kain
3.0 LANGKAH KERJA
3.1 Persiapan
3.2 Pelaksanaan
a. Marking ketinggian dan bentuk plafond sesuai gambar kerja
b. Pasang rangka plafond pada dinding/keliling ruangan dengan acuan marking.
c. Marking titik gantung.
d. Fastener/penembakan siku (suspension bracket pada bawah dak beton atau bahan yang
lain).
e. Pemasangan rangka & gypsum terbagi atas 2 sistem berdasarkan material rangka yang
dipakai (tergantung permintaan owner) yaitu:
e.1 Pemasangan dengan Rangka Metal Furing
* Pasang suspension bracket.
* Pasang suspension bracket pada Top Cross Rail (TCR).
* Pasang Top Cross Rail (minimum 2 titik suspension setiap TCR), penyambungan harus saling
silang dan sebuah penyambung TCR digunakan untuk menyambung bersamasama. Semua
furring channel dipasang melintang berlawanan arah terhadap TCR. Sebuah connector clip
digunakan untuk menggabung keduanya bersamasama.
* Jarak furring channel tergantung pada jenis & ketebalan papan gypsum yang akan digunakan.
Jika furring channel harus disambung sebuah penyambung furring channel harus digunakan.
Penyambungan furring channel harus dilakukan saling silang.
* Cek leveling keseluruhan rangka.
* Pasang papan gypsum melintang berlawanan arah pada furring channel.
* Pertemuan bagian ujung papan gypsum (butt joints) harus tepat di tengahtengah furring
channel.
* Pertemuan bagian ujung harus dibuat saling silang.

* Papan gypsum dipasang menggunakan sekrup.


* Sekrup untuk pertemuan bagian ujung berjarak maksimum 200 mm.
* Sekrup untuk bagian tangan papan gypsum berjarak maksimum 300 mm.

e.2 Pemasangan dengan Rangka Hollow


* Pasang suspension bracket.
* Pasang suspension bracket pada Hollow clamp.
* Pasang Hollow 40X40 pada Hollow clamp.
* Pasang Hollow 20X40 pada Hollow clamp.
* Jarak pemasangan hollow 20X40 tergantung ketebalan panel gypsum (panel 12 mm berjarak
maksimum 600 mm, panel 10 mm berjarak maksimum 450 mm).
* Cek leveling keseluruhan rangka.
* Pasang papan gypsum melintang berlawanan arah pada hollow 20X40 mm.
* Pertemuan bagian ujung (butt joints) harus tepat di tengahtengah hollow.
* Pertemuan bagian ujung harus dibuat saling silang.
* Papan gypsum dipasang menggunakan sekrup.
* Sekrup untuk pertemuan bagian ujung berjarak maksimum 200 mm.
* Sekrup untuk bagian tangan papan gypsum berjarak maksimum 300 mm.

e.3 Prosedur Penyambungan Papan Gypsum :


e.3.1 Lapisan pertama (lebar lapisan 150 mm)
* Isi pertemuan gypsum dengan lapisan kompon setebal kirakira 6 mm.
* Lekatkan pita kain sepanjang sambungan, kemudian tekan kain ke dalam lapisan kompon
dengan scrub.
* Pegang kape dengan sudut 450 dari permukaan papan dan tarik sepanjang sambungan
dengan tekanan yang cukup untuk menghilangkan gelembung udara dibawah pita.
* Sisakan kompon secukupnya dibawah pita kertas untuk memperoleh perekatan yang baik.
* Segera lapisi pita kain dengan kompon (tipis saja), untuk mengurangi kemungkinan tepi pita
berkerut atau bergelombang yang dapat mengakibatkan keretakan.
* Tutup semua kepala paku/sekrup dengan kompon.
e.3.2 Lapisan kedua (lebar lapisan 200 mm)
* Setelah lapisan pertama kering, kikis bagian kompon yang menonjol, kemudian tutup dengan
lapisan kedua menggunakan scrub.

* Biarkan mengering.
e.3.3 Lapisan ketiga (lebar lapisan 275 mm)
* Setelah lapisan kedua kering, kikis bagian kompon yang menonjol sepanjang sambungan
untuk menghasilkan permukaan yang halus dan mulus.
* Aplikasikan lapisan kompon terakhir menggunakan scrub sampai selebar kira kira 275mm.
* Biarkan sampai benar- benar kering.
e.3.4 Pengampelasan
* Gunakan kertas amplas ukuran 120/150, amplas sambungan untuk memperoleh penyelesaian
akhir yang halus.
* Hindari pengamplasan secara berlebihan yang dapat mengoyak lapisan kertas.
e.3.5 Buat penguat bagi lubang-lubang M & E yang besar
4.0 PEMERIKSAAN /PENGETESAN
4.1. Persiapan
4.2. Pelaksanaan
5.0 REKAMAN
5.1. Pemeriksaan Pekerjaan Plafond Gypsum
6.0 LAMPIRAN
6.1. Form Pemeriksaan Pekerjaan Plafond Gypsum

METODE KERJA GALIAN TANAH


1.0 REFERENSI
1.1 Spesifikasi teknis pekerjaan galian tanah dan gambar-gambar pelaksanaan.
1.2 Rencana Mutu Proyek

2.0 ALAT
2.1. Alat ukur (survey); Theodolit dan Autolevel
2.2. Excavator
2.3. Dump truck
2.4. Dozer
2.5. Compactor

2.6. Pompa air


2.7. Pacul
2.8. Dan lain-lain
3.0 LANGKAH KERJA
3.1. Persiapan
a. Menentukan metode yang akan digunakan, dalam arti menentukan start penggalian, akses
masuk untuk alat berat, skala prioritas penggalian serta kaitannya dengan tahapan pekerjaan
lain yang diharapkan tidak terjadi tumpukan pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.
b. Akses masuk alat berat/ dump truck perlu diperhatikan agar disediakan akses masuk yang
baik, agar tidak terjadi tanah amblas, sehingga sirkulasi transportasi alat + dump truck menjadi
terganggu.
c. Schedule pelaksanaan dimana kaitannya terhadap penyediaan alat berat, jumlah dump truck,
faktor cuaca, kapasitas galian per hari, penentuan subkontraktor galian. Point subkontraktor
galian harus dilihat dari segi bonafiditas dan referensi yang ada, agar tidak terjadi pemutusan
hubungan kerja akibat kegagalan kontraktor yang mengerjakan sehingga berdampak terhadap
schedule.
d. Biaya:
- Analisa anggaran biaya yang tersedia untuk pekerjaan galian.
- Pelajari data hasil test tanah yang ada (sondir, dll), untuk kemudian dilanjutkan dengan metode
galian yang akan dipakai.
- Proteksi kelongsoran yang diakibatkan galian, oleh karena itu dengan melihat hasil test tanah
yang ada, serta spesifikasi tanah yang ada maka untuk mencegah kelongsoran galian dapat
dengan:
i. Permukaan galian dikamprot.
ii. Permukaan galian dikamprot (+ kawat locket)
iii. Cerucuk bambu
iv. Soil nailing
- Faktor pertimbangan kapasitas dump truck kecil = 7 m.
Faktor pertimbangan kapasitas dump truck besar = 17 m.
Durasi excavator sampai naik ke dump truck 20 sampai dengan 25 menit.
Berdasarkan survei jumlah ritase 1 dump truck/ hari = 4 sampai dengan 5 rit.
Lokasi pekerjaan, faktor cuaca, tingkat kemacetan, lokasi pembuangan tanah berpengaruh
terhadap jumlah ritase per hari.
- Korelasi dengan schedule
Lama pelaksanaan galian:

Volume galian total (m) = dump truck/ hari


Kapasitas 1 dump truck x jumlah ritase: dump truck/ hari
Jumlah dump truck per hari = Jumlah dump truck/ Waktu yang diinginkan
Waktu penyelesaian yang diinginkan
- Faktor yang harus dipertimbangkan:
i. Faktor kesulitan di lokasi penggalian lama pemuatan tanah dari excavator ke dump truck.
ii. Lamanya pembuangan tanah ke lokasi buangan, tingkat kemacetan dll, akan mempengaruhi
jumlah ritase per 1 dump truck.
iii. Kapasitas 1 buah excavator dalam 1 hari bisa mencapai 15 18 ritase/ hari 255 m 306 m.
iv. Apabila lokasi penggalian cukup luas dan schedule pekerjaan yang sangat singkat, apabila
lokasi memungkinkan maka dapat digunakan 2 buah excavator, tetapi perlu dipertimbangkan
dari segi biaya dll, lokasi pekerjaan memungkinkan atau tidak.
3.2. Pelaksanaan
A. Turap
a. Untuk bidang penggalian yang besar dan luas/ dalam dan berbatasan dengan bangunan lain,
untuk mencegah terjadinya kelongsoran perlu disiapkan Sheet Pile, Continous Pile, H pile.
b. Untuk bidang yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam dapat digunakan cerucuk
bambu dan permukaan tanah dikamprot, selama tidak terjadi hujan terus menerus cerucuk
bambu ini cukup untuk menahan kelongsoran.
c. Salah satu metode pencegah kelongsoran pun dapat menggunakan Soil Nailing yaitu dengan
pengeboran lubang pada bidang tegak, masukkan besi dan di grouting.
d. Pembuatan Caping Beam untuk turap-turap tersebut diatas.

B. Pengalian
a. Meneliti keadaan lapangan terhadap kemungkinan adanya pipa-pipa air, kabel listrik, telpon
dan lain-lain.
b. Menentukan batas daerah galian (survei dan marking koordinat serta elevasi). Perencanaan
yang matang untuk mengkorelasikan antara schedule per blok galian dengan jumlah alat berat
yang harus disediakan serta kapasitasnya.
c. Menyiapkan data kerja.
d. Perlu dibuatkan beberapa titik pemantauan kelongsoran, ditaruh di tempat yang aman,
sehingga apabila terjadi pergerakan bidang galian dapat diketahui sejak dini. Penggalian yang
sulit dijangkau oleh alat berat, harus dikombinasikan dengan menggunakan alat manual
(Manual Excavation).

e. Faktor safety terutama untuk manual excavation perlu mendapat perhatian yang lebih
terutama untuk tenaga kerja yang bekerja di lokasi galian.
f. Untuk penggalian dengan level di bawah muka air tanah, perlu disiapkan sump pit/ dewatering
untuk menjaga keseimbangan air di sekitarnya, karena apabila tidak disiapkan sistem
dewatering yang baik, maka resiko penurunan level air sekitar tinggi sekali dan kesulitan di
dalam penggalian.
3.3 Gangguan Air
a. Perlu mendapat perhatian yang besar untuk selalu mengontrol dan mengendalikan muka air
tanah dengan pompa-pompa submersible atau dewatering system.
b. Lokasi galian diusahakan harus kering.
c. Melindungi tepi-tepi/ lereng galian dari terpaan air yang terus menerus karena merupakan
faktor kelongsoran yang tinggi.
d. Harus disiapkan sump pit.
3.4 Perbaikan Pekerjaan
a. Jika terjadi pergerakan tanah atau kelongsoran segera hentikan pekerjaan.
b. Melakukan pencegahan kelongsoran selanjutnya dengan perbaikan turap yang ada ataupun
penambahan turap yang baru.
c. Jika karena gangguan air, maka air harus segera dikeringkan/ disalurkan.
d. Memeriksa keadaan Bench Mark, bangunan sekitar, jalan yang ada, agar tidak terganggu.
e. Jangan membebani tepi galian dengan penumpukan tanah galian maupun material lainnya.

4.0 PEMERIKSAAN / PENGETESAN


4.1. Persiapan
4.2. Batas galian
4.3. Kemiringan galian
4.4. Jenis tanah galian
4.5. Level (Awal dan akhir)
4.6. Proteksi (Jenis Sistem)
4.7. Dewatering
5.0 REKAMAN
5.1. Pemeriksaan Pekerjaan Galian Tanah

6.0 LAMPIRAN
6.1. Form Pemeriksaan Pekerjaan Galian Tanah

Anda mungkin juga menyukai