Anda di halaman 1dari 15

Praktek

Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
Universitas Andalas
BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)
A. Landasan Teoritis Penyakit
1.

Pengertian
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,

disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi
jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra
pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo).
BPH adalah pembesaran

progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada

pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan

aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000).

Hiperplasia prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara
umum pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral dan
pembatasan aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000). Kelenjar prostat
bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Poernomo, 2000).
2. Anatomi Fisiologi

a. Uretra
Uretra merupakan tabung yg menyalurkan urine keluar dari buli-buli melalui
proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani.
Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan bulibuli dan uretra, dan sfingter uretra skterna yang terletak pada perbatasan uretra
anterior dan posterior. Pada saat buli-buli penuh sfingter uretra interna akan terbuka
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
dengan
sendirinya
karena dindingnya terdiri atas otot polos yang disarafi oleh sistem
Universitas
Andalas
otonomik. Sfingter uretra ekterna terdiri atas otot bergaris yang dapat diperintah
sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter ini terbuka dan tetap
tertutup pada saat menahan kencing.
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra
anterior. Kedua uretra ini dipisahkan oleh sfingter uretra eksterna. Panjang uretra
wanita 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah
yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada
pria. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian uretra
yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea.
Dibagian posterior lumen uretra prostatika terdapat suatu benjolan verumontanum,
dan disebelah kranial dan kaudal dari veromontanum ini terdapat krista uretralis.
Bagian akhir dari pars deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat dipinggir
kiri dan kanan verumontanum, sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam
duktus prostatikus yang tersebar di uretra prostatika.
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum
penis. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare dan
meatus uretra eksterna.
Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi
dalam proses reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi berada di dalam diafragma
urogenitalis bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar littre yaitu kelenjar
parauretralis yang bermuara di uretra pars pendularis.
b. Kelenjar Postat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak tepat dibawah leher kandung
kemih, di belakang simfisis pubis dan di depan rektum (Gibson, 2002). Bentuknya
seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya + 20 gr, kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang
merupakan kelanjutan dari vas deferen.
Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan gladular yang terbagi dalam
beberapa daerah arau zona, yaitu perifer, sentral, transisional, preprostatik sfingter dan
anterior (Purnomo, 2000).
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
Asinus setiapAndalas
kelenjar mempunyai struktur yang rumit, epitel berbentuk kuboid
Universitas
sampai sel kolumner semu berlapis tergantung pad atingkat aktivitas prostat dan
rangsangan androgenik. Sel epitel memproduksi asam fostat dan sekresi prostat yang
membentuk bagian besar dari cairan semen untuk tranpor spermatozoa. Asinus
kelenjar normal sering mengandung hasil sekresi yang terkumpul berbentuk bulat
yang disebut korpora amilasea. Asinus dikelilingi oleh stroma jaringan fibrosa dan
otot polos. Pasokan darah ke kelenjar prostat berasal dari arteri iliaka interna cabang
vesika inferior dan rectum tengah. Vena prostat mengalirkan ke pleksus prostatika
sekeliling kelenjar dan kemudian ke vena iliaka interna.
Prostat berfungsi menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu
komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus
sekretoriusmuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan
semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini merupakan + 25 % dari volume
ejakulat.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah menjadi kanker ganas
dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran
kemih. Kelenjar prostat dapat terasa sebagai objek yang keras dan licin melalui
pemeriksaan rektal. Kelenjar prostat membesar saat remaja dan mencapai ukuran
optimal pada laki-laki yang berusia 20-an. Pada banyak laki-laki, ukurannya terus
bertambah seiring pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua pertiga dari semua
laki-laki mengalami pembesaran prostat yang dapat menyebabkan obstruksi pada
mikturisi dengan menjepit uretra sehingga mengganggu perkemihan.
Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan
plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula
seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen
Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul
fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian
proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram,
dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
2,5 cm.
Universitas Andalas
Prostat merupakan organ genetalia pria yang terletak di depan rektum dan
membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 3 x 4 x 2,5
cm dan beratnya 20 gram. Sebagian prostat mengandung kelenjar grandular dan sebagian
lagi otot involuter dan menghasilkan suatu cairan yang di sebut semen, yang basa dan
mendukung nutrisi sperma.
Cairan prostat merupakan kurang lebih 25% dari seluruh volume ejakulat. Jika
kelenjar ini mengalami hiperlasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat
membantu uretra posterior dan mengakibatkan obstruksi saluran kemih
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus, yaitu :
-

lobus medius

lobus lateralis (2 lobus)

lobus anterior

lobus posterior

Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi
satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak
tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan
kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.
Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis, yaitu :

Kapsul anatomis

Kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya
(outer zone) sehingga terbentuk kapsul.

Kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner
zone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.

BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung
banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior
daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya
perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami
hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
Universitas Andalas

3. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor
lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa factor
kemungkinan penyebab antara lain :
a. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
c. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast

growth

factor dan

penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma


dan epitel.
d. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan

Naldia, S.Kep
1541313026

proliferasi sel transit.

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
4. Patofisiologi
Universitas Andalas
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong (1998) umumnya BPH terjadi setelah usia
pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan
terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau
mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula
bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke
dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan
peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus
destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung
kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi
kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara
efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung
kemih.
Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi
air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan
drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat
dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan
beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif
bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan
natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan
hipovelemia.
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat
sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat,
leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya
serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa
buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari
dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat
detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan
apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang
apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
yang berlanjut
pada hidronefrosis
Universitas
Andalas dan disfungsi saluran kemih atas.
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala Obstruktif
-

Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
adanya tekanan dalam uretra prostatika.

Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena


ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.

Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.

Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor


memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.

Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

b. Gejala Iritasi
-

Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.

Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


a. Pemeriksaan Diagnostik

Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara
obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan
penilaian :
-

Flow rate maksimal 15 ml / dtk

Flow rate maksimal 10 15 ml / dtk = border line

Flow rate maksimal 10 ml / dtk


Naldia, S.Kep
1541313026

= non obstruktif

= obstruktif.

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
Pemeriksaan
Imaging dan Rontgenologik
Universitas
Andalas
-

BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase


pada tulang.

USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume


dan

besar prostat juga keadaan buli buli termasuk residual urin.

Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra


pubik.
-

IVP (Pyelografi Intravena), digunakan untuk melihat fungsi exkresi


ginjal dan adanya hidronefrosis.

Pemeriksaan Panendoskop, digunakan untuk

mengetahui

keadaan

uretra dan buli buli.


b.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula
digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.

Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.

PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan


adanya keganasan.

7.

Penatalaksanaan
a. Observasi, yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian
setiap tahun tergantung keadaan klien.
b. Medikamentosa
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan
berat

tanpa

phitoterapi

disertai

penyulit. Obat

yang

digunakan

(misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens),

berasal

dari:

gelombang

blocker dan golongan supresor androgen.


c. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
-

Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut

Klien dengan residual urin 100 ml

Klien dengan penyulit

Terapi medikamentosa tidak berhasil


Naldia, S.Kep
1541313026

alfa

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
- FlowmetriAndalas
menunjukkan pola obstruktif
Universitas
Pembedahan dapat dilakukan dengan :
-

TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90 - 95 %)

Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy

Perianal Prostatectomy

Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy

d. Alternatif lain (misalnya:

Kriyoterapi, Hipertermia, Termoterapi, Terapi

Ultrasonik .

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
Patofisiologi
Universitas Andalas
Peningkatan Sel Sterm
Berkurangnya sel yang mati

Peningkatan 5 Alfa reduktase

Proses Menua

Interaksi Sel Epitel dan Stroma

dan reseptor endogen

Ketidakseimbangan hormon
(
Estrogen dan testoteron

Hiperplasia pada epitel dan stroma pada kelenjar prostat


Penyempitan Lumen Ureter Protatika
Menghambat Aliran Urina
Retensi Urina

Peningkata tekanan intra vesikal

Hidro Ureter

Hiperirritable pada bladder

Hidronefritis

Peningkatan Kontraksi Otot detrusor dari buli-buli

Penurunanan
Fungsi ginjal

Hipertropi Otot detrusor,trabekulasi


Terbentuknya Sekula-sekula dan difertikel buli-buli
Frekuensi

Intermiten

Naldia, S.Kep
1541313026

Disuria

Urgensi

Hesistensi

Terminal dribling

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
B. LANDASAN
TEORITIS
ASUHAN KEPERAWATAN
Universitas
Andalas
1. Pengkajian
a. Idenditas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, no register, dan diagnosa medis. Jenis kelamin
dalam hal ini klien adalah laki laki berusia lebih dari 50 tahun dan biasanya
banyak dijumpai pada ras Caucasian.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada klien BPH pasca TURP adalah nyeri yang
berhubungan dengan spasme buli buli. Pada saat mengkaji keluhan utama perlu
diperhatikan faktor yang mempergawat atau meringankan nyeri ( provokative /
paliative ), rasa nyeri yang dirasakan (quality), keganasan / intensitas ( saverity )
dan waktu serangan, lama, kekerapan (time).
c. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang


Kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh BPH dikenal dengan Lower Urinari
Tract Symptoms ( LUTS ) antara lain : hesitansi, pancar urin lemah,
intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah selesai miksi, urgensi,
frekuensi dan disuria. Perlu ditanyakan mengenai permulaan timbulnya
keluhan, hal-hal yang dapat menimbulkan keluhan dan ketahui pula bahwa
munculnya gejala untuk pertama kali atau berulang.

Riwayat kesehatan dahulu


Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan keadaan
penyakit sekarang perlu ditanyakan . Diabetes Mellitus, Hipertensi, PPOM,
Jantung Koroner, Dekompensasi Kordis dan gangguan faal darah dapat
memperbesar resiko terjadinya penyulit pasca bedah. Ketahui pula adanya
riwayat penyakit saluran kencing dan pembedahan terdahulu.

Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat penyakit pada anggota keluarga yang sifatnya menurun seperti :
Hipertensi, Diabetes Mellitus, Asma perlu digali.

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
d. Universitas
Pemeriksaan Andalas
fisik
1) Keadaan umum
Setelah operasi klien dalam keadaan lemah dan kesadaran baik, kecuali bila
terjadi shock. Tensi, nadi dan kesadaran pada fase awal (6 jam) pasca operasi
harus diminitor tiap jam dan dicatat. Bila keadaan tetap stabil interval
monitoring dapat diperpanjang misalnya 3 jam sekali.
2) Sistem pernafasan
Klien yang menggunakan anasthesi SAB tidak mengalami kelumpuhan
pernapasan kecuali bila dengan konsentrasi tinggi mencapai daerah thorakal
atau servikal.
3) Sistem sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat atau menurun pasca TURP. Lakukan cek Hb
untuk mengetahui banyaknya perdarahan dan observasi cairan (infus, irigasi,
per oral) untuk mengetahui masukan dan haluaran.
4) Sistem neurologi
Pada daerah kaudal akan mengalami kelumpuhan (relaksasi otot) dan mati rasa
karena pengaruh anasthesi SAB.
5) Sistem gastrointestinal
Anasthesi SAB menyebabkan klien pusing, mual dan muntah. Kaji bising usus
dan adanya massa pada abdomen .
6) Sistem urogenital
Setelah dilakukan tindakan TURP klien akan mengalami hematuri. Retensi
dapat terjadi bila kateter tersumbat bekuan darah. Jika terjadi retensi urin,
daerah supra sinfiser akan terlihat menonjol, terasa ada ballotemen jika
dipalpasi dan klien terasa ingin kencing. Residual urin dapat diperkirakan
dengan cara perkusi. Traksi kateter dilonggarkan selama 6 24 jam.
7) Sistem muskuloskaletal
Traksi kateter direkatkan di bagian paha klien. Pada paha yang direkatan
kateter tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan.

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
e. Universitas
Pola fungsional
Gordon
Andalas
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Timbulnya perubahan pemeliharaan kesehatan karena tirah baring selama 24
jam pasca TURP. Adanya keluhan nyeri karena spasme buli buli
memerlukan penggunaan anti spasmodik sesuai terapi dokter.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien yang di lakukan anasthesi SAB tidak boleh makan dan minum sebelum
flatus. Kemudian biasanya klien mengeluhkan nafsu makan menurun.
3) Pola eliminasi
Pada klien dapat terjadi hematuri setelah tindakan TURP. Retensi urin dapat
terjadi bila terdapat bekuan darah pada kateter. Sedangkan inkontinensia dapat
terjadi setelah kateter di lepas.
4) Pola aktivitas dan latihan
Adanya keterbatasan aktivitas karena kondisi klien yang lemah dan terpasang
traksi kateter selama 6 24 jam. Pada paha yang dilakukan perekatan kateter
tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan.
5) Pola tidur dan istirahat
Rasa nyeri dan perubahan situasi karena hospitalisasi dapat mempengaruhi
pola tidur dan istirahat.
6) Pola kognitif perseptual
Sistem Penglihatan, Pendengaran, Pengecap, peraba dan Penghidu tidak
mengalami gangguan pasca TURP.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dapat mengalami cemas karena ketidaktahuan tentang perawatan dan
komplikasi pasca TURP.
8) Pola hubungan dan peran
Karena klien harus menjalani perawatan di rumah sakit maka dapat
mempengaruhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga tempat kerja
dan masyarakat.
9) Pola reproduksi seksual
Tindakan TURP dapat menyebabkan impotensi dan ejakulasi retrograd.

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
10) Pola penanggulangan
Universitas
Andalas stress
Stress dapat dialami klien karena kurang pengetahuan tentang perawatan dan
komplikasi pasca TURP. Gali adanya stres pada klien dan mekanisme koping
klien terhadap stres tersebut.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya traksi kateter memerlukan adaptasi klien dalam menjalankan
ibadahnya .
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi :
-

Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran


prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih unmtuk
berkontraksi secara adekuat

Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli

buli, distensi

kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria


-

Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi


prosedur bedah

Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi

Post Operasi :
-

Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada
TUR-P

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama


pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering

Resiko tinggi cidera: perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan

Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten


akibat dari TUR-P

Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek
Profesi
Keperawatan
Medikal Bedah II
Fakultas
Keperawatan
Universitas Andalas DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Purnomo. (2000). Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam
Terbitan (KTD): Jakarta.
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidayat, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC.

Naldia, S.Kep
1541313026

Anda mungkin juga menyukai