LP Cidera Kepala
LP Cidera Kepala
Bedah II
Fakultas Keperawatan, Universitas
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA
A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
1. Pengertian
Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari
luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois,
Rutland-Brown, Thomas, 2006).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit
kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik
secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi & Rita
Yuliani, 2001).
Cedera kepala atau trauma kepala adalah cedera yang terjadi pada
tulang tengkorak, otak atau keduanya disertai atau tanpa disertai
adanya kerusakan struktur otak. Cedera kepala dapat bersifat primer
atau sekunder. Cedera primer adalah cedera yang menimbulkan
kerusakan langsung setelah cedera terjadi misalnya fraktur tengkorak,
laserasio, kontusio. Sedangkan cedera kepala sekunder merupakan
efek lanjut dari cedera primer seperti perdarahan intrakranial, edema
serebral, peningkatan intrakranial, hipoksia, dan infeksi (Hickey, 2003).
Naldia, S.Kep
1541313026
yang
menyerupai
busa.
Lapisan
dalam
membentuk
cairan
serebrospinal
yang
memperkecil
benturan
atau
goncangan.
Naldia, S.Kep
1541313026
darah
vena
ke
sinus
transversus
dan
sinus
hebat.
menyebabkan
melalui
Hematoma
gejala-gejala
pembedahan.
subdural
neurologis
Petunjuk
yang
besar,
yang
biasanya
dikeluarkan
dilakukannya
pengaliran
meningea
terletak
antara
dura
mater
dan
adalah
membrana
vaskular
yang
dengan
erat
dengan
epineuriumnya.
Arteri-arteri
yang
masuk
Serebrum
atau
otak
besar
terdiri
dari
dari
bagian,
Lobus frontalis
Lobus frontalis pada korteks serebri terutama mengendalikan
bervariasi,
tergantung
kepada
ukuran
dan
lokasi
teralihkan,
kegembiraan
yang
berlebihan,
suka
yang
agak
luas
bisa
menyebabkan
hilangnya
ataksia
dan
untuk
menentukan
arah
kiri-kanan.
bisa
mempengaruhi
ingatan
akan
bentuk
yang
temporalis
menyimpan
juga
memori
memahami
dan
suara
mengingatnya
dan
gambaran,
kembali
serta
Naldia, S.Kep
1541313026
2) Cereblum
Terdapat dibagian belakang kranium menepati fosa serebri
posterior dibawah lapisan durameter. Cereblum mempunyai aski
yaitu;
merangsang
dan
menghambat
serta
mempunyai
mengatur
fungsi-fungsi
vital
seperti
pernafasan,
frekuensi
yang
pusatnya
terletak
dibelakang
pusat
saraf
penggerak mata.
5) Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)
Sifatnya majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga
buah cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini
merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
Nervus oftalmikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak
maksilaris.
Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi
otot-otot
pengunyah.
Serabut-serabut
Sifatnya
motoris,
mensarafi
otot-otot
orbital.
Fungsinya
serabut-serabut
3. Etiologi
Rosjidi (2007), penyebab cedera kepala antara lain:
a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda,
dan mobil
b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan
c. Cedera akibat kekerasan
d. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah
dimana dapat merobek otak
Naldia, S.Kep
1541313026
4. Patofisiologi
Cedera kepala terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar
pada permukaan otak, laserasi cedera robekan, hemoragi, akibatnya
akan terjadi kemampuan autoregulasi cerebral yang kurang atau tidak
ada pada area cedera, dan konsekuensinya meliputi hyperemia.
Peningkatan / kenaikan salah satu otak akan menyebabkan jaringan
otak tidak dapat membesar karena tidak ada aliran cairan otak dan
sirkulasi pada otak, sehingga lesi yang terjadi menggeser dan
mendorong jaringan otak. Bila tekanan terus menerus meningkat
akibatnya tekanan pada ruang cranium juga terus meningkat. Maka
aliran darah dalam otak menurun dan terjadilah perfusi yang tidak
adekuat, sehingga terjadi masalah perubahan perfusi serebral. Perfusi
yang idak adekuat dapat menimbulkan tingkatan yang gawat, yang
berdampak adanya vasodilatasi dan edema otak. Edema akan terus
bertambah menekan / mendesak terhadap jaringan saraf, sehingga
terjadi peningkatan tekanan intracranial.
Edema jaringan otak akan mengakibatkan peningkatan TIK yang
akan menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak.
Dampak dari cedera kepala :
a. Pola pernafasan
Naldia, S.Kep
1541313026
Trauma
serebral
ditandai
dengan
peningkatan
TIK,
yang
ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
yang
akan
pernapasan
chyne
stoke,
selain
itu
herniasi
juga
c. Keseimbangan cairan
Trauma kepala yang berat akan mempunyai masalah untuk
mempertahankan status hidrasi hidrat yang seimbang, sehingga
respon terhadap status berkurang dalam keadaan stress psikologis
makin banyak hormone anti diuretic dan makin banyak aldosteron
diproduksi sehingga mengakibatkan retensi cairan dan natrium
pada trauma yang menyebabkan fraktur tengkorak akan terjadi
kerusakan pada kelenjar hipofisis/hipotalamus dan peningkatan TIK
pada keadaan ini terjadi disfungsi dan penyimpanan ADH sehingga
terjadi penurunan jumlah air dan menimbulkan dehidrasi.
d. Aktifitas menelan
Naldia, S.Kep
1541313026
cerebral
disertai
gangguan
mungkin
semua
bentuk
bahasa
sehingga
dapat
stimulus
fagus
yang
dapat
menyebabkan
hipokardium.
5. Klasifikasi
Menurut Jenis Cedera :
a. Cedera Kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang
tengkorak dan jaringan otak.
Naldia, S.Kep
1541313026
progresif)
Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma intracranial
Tanda neurologist fokal
Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur cranium
Naldia, S.Kep
1541313026
Membuka mata :
Spontan
Dengan perintah
Dengan Nyeri
Tidak berespon
Dengan Perintah
Melokalisasi nyeri
Motorik :
Ekstensi
Tidak berespon
Berorientasi
Bicara membingungkan
Verbal :
7. Manifestasi Klinis
a. Nyeri yang menetap atau setempat.
b. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
c. Fraktur dasar tengkorak: hemorasi dari hidung, faring atau
telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva,memar diatas
mastoid (tanda battle),otorea serebro spiral ( cairan cerebros
piral keluar dari telinga ), minorea serebrospiral (les keluar dari
hidung).
d. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
e. Penurunan kesadaran.
f. Pusing / berkunang-kunang.
g. Absorbsi cepat les dan penurunan volume intravaskuler
h. Peningkatan TIK
i. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralysis edkstremitas
j. Peningkatan TD, penurunan frek. Nadi, peningkatan pernafasan
Naldia, S.Kep
1541313026
8. Komplikasi
a. Epilepsi Pasca Trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang
terjadi beberapa waktu setelah otak mengalami cedera karena
benturan di kepala. Kejang bisa saja baru terjadi beberapa tahun
kemudian setelah terjadinya cedera. Kejang terjadi pada sekitar
10% penderita yang mengalami cedera kepala hebat tanpa adanya
luka tembus di kepala dan pada sekitar 40% penderita yang
memiliki luka tembus di kepala.
Obat-obat anti-kejang (misalnya fenitoin, karbamazepin atau
valproat) biasanya dapat mengatasi kejang pasca trauma. Obatobat tersebut sering diberikan kepada seseorang yang mengalami
cedera kepala yang serius, untuk mencegah terjadinya kejang.
Pengobatan ini seringkali berlanjut selama beberapa tahun atau
sampai waktu yang tak terhingga.
b. Afasia
Afasia
adalah
hilangnya
kemampuan
untuk
menggunakan
atau
lobus
frontalis.
Pengobatan
ditujukan
kepada
dan
merasakan
sebuah
benda
tetapi
tidak
dapat
sudah
lama
berlalu.
Penyebabnya
masih
belum
dapat
hanya
berlangsung
selama
beberapa
menit
sampai
predisposisi
untuk
kejang
lanjut;
kejang
dini
Naldia, S.Kep
1541313026
Puncak edema
tidak
TIK.
teratur
merupakan
Penekanan
gejala
dikranium
klinis
adanya
dikompensasi
oleh
neulorogis:
Perubahan
TK
Naldia, S.Kep
1541313026
perubahan
struktur
tulang
(fraktur),
yang
berperan
dalam
10.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan Awal
1) Air dan Breathing
- Perhatian adanya apnoe
- Untuk cedera kepala berat lakukan intubasi endotracheal.
Penderita mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai
diperoleh AGD dan dapat dilakukan penyesuaian yang
tepat terhadap FiO2.
Naldia, S.Kep
1541313026
Tindakan
hiperventilasi
dilakukan
hati-hati
untuk
perburukan
adanya
pada
kehilangan
CKS.
Hipotensi
darah
yang
merupakan
cukup
berat,
normal
Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan GCS dan
isotonis
lebih
efektif
mengganti
volume
Ht,
periksa
darah
perifer
Hematoma epidural
Edema cerebri
Fraktur kranium
Pada pasien yg koma ( skor GCS < 8) atau pasien dgn tandatanda herniasi lakukan:
-
Elevasi kepala 30
Hiperventilasi
Konsul
bedah
saraf
bila
terdapat
indikasi
opoerasi
a.
Naldia, S.Kep
1541313026
Diantaranya
pendidikan,
b.
c.
yaitu
nama,
pekerjaan,
umur,
jenis
suku/bangsa,
kelamin,
alamat
dan
agama,
data-data
terkait lainnya.
Keluhan Utama
Biasanya terjadi penurunan kesadaran setelah trauma.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
d.
e.
kepala.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya tidak ada hubungannya dengan penyakit turunan.
2. Pengkajian Kesehatan Fungsional Gordon
a. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Cara pasien dalam memelihara kesehatan, kebiasaan dalam
mengkonsumsi obat-obat tertentu untuk menahan rasa sakit.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pola nutrisi metabolik pada pasien yang mengalami cedera
kepala akan menjadi terganggu, biasanya akan mual, muntah,
perubahan selera makan. Muntah (mungkin proyektil) dan
gangguan menelan (batuk, disfagia).
b. Pola eliminasi
Biasanya BAB/BAK inkontinensia/disfungsi.
c. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas dan latihan klien akan terganggu karena klien
lemah,
lelah,
kaku
dan
hilang
keseimbangan,
perubahan
Naldia, S.Kep
1541313026
diplopia,
gangguan
pengecapan/pembauan.
Naldia, S.Kep
1541313026
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta ed 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 3. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta: EGC; 1999.
Naldia, S.Kep
1541313026